"Sayang, pulanglah ke rumah. Mama dan Papah merindukanmu, adik mu juga. Sudah lama kamu tak pulang. Besok hari libur panjangkan, kamu datang ya. Nanti Mama buatkan Ayam Rica-Rica kesukaannmu. Rain, Kata Papa mu juga ingin membicarakan sesuatu kepada mu. Papa menyuruh mu pulang besok"

Aku tersenyum, Mama tau makanan kesukaanku Ayam Rica-Rica yang sangat pedas. Aku rindu masakan Mama. "Iya, Mah. Besok Raina pulang, Papa mau bicara tentang apa?" tanyaku.

"Sebaiknya kamu pulang dulu, kita bicarakan di rumah. Kami menunggu mu, sayang" ucapan Mamahku terdengar bahagia.

"Iya, Mah. Pagi-pagi aku berangkatnya ke Bogor. I love you, Mom"

"I love you too" Aku menutup sambungan teleponku.

Aku masuk ke kamar untuk packing membawa beberapa pakaian. Ku masukan pakaianku ke dalam tas yang berukuran besar. Ku bawa pula perlengkapan nake up ku, semuanya sudah selesai. Aku menuju kamar mandi mencuci muka, rutinitas sebelum aku tidur.

Aku naik ke ranjang mengambil jam weker yang berada di atas nakas untuk mengatur jam. Besok aku harus bangun lebih pagi, mengejar waktu agar tidak terjebak macet. Malam ini ada seulas senyuman terpantri bibirku, aku senang karena akan bertemu orangtuaku.

***
Aku mengenakan jeans dan kaos berwarna putih yang pas di tubuhku. Ku buka pintu mobil, pandanganku lurus ke depan sebuah rumah minimalis dengan perkarangan yang cukup luas. Aku menghirup udara sejuk yang ada disekitar ku. Bibirku tak lepas dari senyuman. Aku melihat Rio, adikku yang sedang membawa sebuah ember keluar rumah sepertinya akan mencuci Motor kesayangannya. Aku berdiri memperhatikannya, ia tak menyadariku ada didekatnya.

Aku berdiri di depan pagar rumah. Saat ia akan menyalakan keran air, ia menoleh ke arahku. Matanya terbelalak tak percaya, langsung berlari menubrukku. Ia memelukku erat.

"Kak Raina" ucap pertamanya, aku membalas pelukannya. "Aku merindukan mu, kakak" ucapnya parau.

Aku mengusap punggungnya, "Kakak juga merindukannmu, Rio" Pipiku sudah basah.

Rio melonggarkan pelukannya, ia tersenyum hangat. "Kita masuk yuk, Kak" tangan kananku hapus air mata, aku mengangguk. Digandengnya tanganku masuk ke dalam rumah.

Suasana rumah masih sama tidak ada yang berubah. Foto yang berjajar terpajang di dinding ruang tamu. Fotoku waktu kecil, Rio dan juga foto keluarga kecil orangtuaku. Mamaku hanya mempunyai 2 anak yaitu aku anak pertama dan Rio adikku.

Rio menunjuk dengan dagunya ke ruang TV, disana ada seorang Pria yang membuatku hadir di dunia ini. Ia sedang duduk menonton TV posisinya membelakangi kami. Rambutnya sudah memutih.

Rio mengedipkan matanya kepadaku, "Papah, aku bawa calon istriku ini" candanya adikku. Papaku menengok ke belakang sembari mengerutkan dahinya yang sudah berkerut karena usia. Lalu merubahnya menjadi senyuman hangat saat melihatku. Tertera raut wajah bahagianya menyambutku.

Aku tertawa, air mataku sudah tertumpuk di pelupuk mata. Aku berlari ke arahnya. Memeluk Papa yang aku sayangi..

"Papah..." ucapku di sela tangisanku.

"Putri kecil Papa sudah pulang?" Aku mengangguk didadanya.

Di usapnya air mataku, "Dasar cengeng" Aku mengerucutkan bibirku. "Wanita itu tidak kamu peluk juga?" Godanya.

Aku tersenyum, Wanita itu berdiri di dekat Rio. Wanita yang aku cintai seumur hidupku, Mama. Aku menghampirinya, memeluknya meluapkan rasa rinduku selama ini. Seketika beban yang tertahan di diriku hilang begitu saja. Pelukan Mama adalah obat yang mujarab untukku.

"Mama.. Mama.. Mama" ucapku berulang-ulang, aku menangis bahagia.

"Iya, sayang..." Kami berdua menangis, saling merindukan. Usapan tangannya dipunggungku membuatku tenang.

Rasa rindu kepada keluargaku sudah menguap. Melihat mereka dalam keadaan baik-baik saja membuatku tenang. Aku senang bisa berkumpul lagi dengan keluargaku. Keluarga yang aku sayangi. Keluarga yang akan aku lindungi dengan nyawaku sendiri. Walaupun aku pernah mencoreng nama baik keluargaku, mereka masih merangkulku.

Aku pernah membuat kedua orangtuaku kecewa karena Cinta. Cinta yang membawa kehancuran dalam hidupku. Cinta yang membuatku kehilangan Putriku. Cinta membawa petaka. Aku berjanji kepada diriku sendiri, aku tidak akan mengecewakan nereka lagi.

Makan siang bersama keluarga senangnya bukan main. Mama melayaniku sampai Papa tidak dipedulikan. Aku dan Rio tertawa melihat Papa kesal sendiri. Mama membuatkanku Ayam Rica-Rica sesuai janjinya. Papa dan Rio sampai menggelengkan kepalanya melihat dipiringku hanya penuh dengan sambalnya.

"Hati-hati dengan lambung mu itu, Rain!" Tegur Papaku.

Aku menghentikan kunyahanku, aku tertegun. Kata-kata ini pernah ku dengar dari seseorang. Kata-kata yang selalu ia ucapkan saat kami makan bersama.

"Terserah yang penting aku sudah bilang, hati-hati dengan lambung mu"

"Bayu..." bisikku dalam hati.

Maaf ya kalau TYPO n Masih acak"an dri bahasa n Alurnya.. ^^
#Bow

Sorry Typo & Absurd

Happy Reading!!^^

Remember You  (KUBACA & INNOVEL)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora