"RAINA!!" Panggil seseorang. Aku menoleh.

Ia berlari menghampiriku, "Raina, boleh menumpang? mobilku sedang ada di Bengkel. Bisa tolong antarkan aku ke Bengkel? Aku mau mengambil mobilku, please.." Ia memohon kepadaku sambil memelas.

Ku lipat tangan didada, "Tidak bohongkan?" Aku memincingkan mata menyelidiknya. Aku takut ia hanya modus.

Pria itu menatapku, "Aku tidak bohong, aku berani bersumpah!" Ia mengangkat dua jari bertanda peace.

"Awas ya kalau bohong, aku tendang kamu keluar!!" Ia malah terkikik.

Akhirnya aku menyetujui untuk mengantarkannya. Melajukan mobil menuju Bengkel yang ia katakan tadi. Di dalam mobil kami mengobrol ringan, sesekali tertawa.

Temanku ini mulai mengajak ku mengobrol lagi, "Raina, Vino dan Rini masih cuti ya?"

Aku diam sesaat, "Sepertinya iya" sahutku singkat.

"Kamu tidak datang ya ke acara pernikahan mereka?"

"Tidak" jawabku dingin.

"Kenapa? Padahal waktu itu aku mengajakmu datang bersama"

"Aku ada urusan jadi tidak bisa datang" Jawabku tersenyum palsu, tapi tidak dengan tanganku yang mencengkram setir mobil dengan erat.

"Kalian teman waktu kuliahkan ya?"

"Oia, Bengkelnya itu bukan?" Ku tunjuk sebuah Bengkel didepan. Aku mengalihkan pertanyaan yang membuatku tak nyaman. Rasa benciku masih berbekas dihatiku hingga kini. Mendengar nama mereka disebut, amarahku meletup-letup.

Ia melihat yang ku tunjuk, "Ah, iya benar" Ku beri lampu sen kiri, mobilku berhenti di depan Bengkel.

Ia membuka pintu mobil, berbicara lewat kaca yan terbuka. "Terimakasih, sudah mengantarku. Sebagai tanda terimakasih, maukah malam minggu besok kita makan malam bersama?"

"Ehmm... Akan aku pikirkan"

"Ku harap jawaban mu 'Iya', Raina" ucapnya penuh harap.

"Aku tidak janji, Eka" tekanku.

Eka mengangguk pelan, "Baiklah, sekali lagi terimakasih.. bye" Aku mengangguk.

Apartementku gelap, semua lampu ku matikan hanya ada cahaya dari layar datar TV yang menyala. Aku duduk di sofa sambil memeluk bantal, pandanganku ke arah ke depan menonton TV. Tapi pikiranku sedang melalang buana. Hening itulah yang kurasakan. Ada kebosanan akan hidupku.

Aku mengingat obrolanku dengan Eka di mobil tadi. Si Brengsek sekaligus kedua sahabatku sudah menikah 1 minggu yang lalu. Mereka belum masuk kerja karena sedang cuti berbulan madu ke Bali. Aku tersenyum getir untuk apa aku datang ke pernikahan mereka. Melihat wajah Vino sama saja melihat masa laluku yang suram. Mereka berbahagia diatas penderitaanku.

ddrrrtt ddddrrrrrtttt

Handphoneku bergetar sengaja tidak memakai suara. Ku baca ID yang tertera di layar sentuh handphoneku. Ibuku menelepon. Ku sentuh tombol yang berwarna hijau.

"Hallo, assalamua'alaikum Mah"

"Wa'alaikumsalam, sayang. Bagaimana kabar mu?" tanya Mamaku yang terdengar khawatir.

"Baik, Mamah dan Papah bagaimana?" Ku peluk erat bantal sofa yang ada di pangkuanku," Mah, aku sangat merindukan kalian" ucapku pelan dengan sorot mata meredup.

"Baik, sayang. Kami pun merindukan mu" sahut Mamahku dengan nada pilub yang menunjukan bahwa ia juga merindukanku.

Mataku berkaca-kaca, aku ingin memeluk Mama. Meluapkan kegundahaku yang berbulan-bulan ada di dalam hati.

Remember You  (KUBACA & INNOVEL)Where stories live. Discover now