23. Mulai Retak

174 22 2
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

"Seragamnya pas di kamu, Za?" 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Seragamnya pas di kamu, Za?" 

Pertanyaan sekonyong-konyong itu melayang dari speaker bersama ekspresi penuh penasaran di layar ponsel yang membuat Mirza gemas pada kekasihnya. Sambil duduk di depan meja belajar masing-masing dan ponsel berdiri tegak menggunakan tripod, Mirza dan Erina saling bertukar kabar melalui video call sebagai pengobat rindu selama jauh. 

Pada siang hari yang terik di luar, Mirza merasa tentram bisa melihat wajah Erina yang manis dan ceria meski harus puas hanya di layar. Terhitung sudah dua minggu lamanya libur semester berjalan, Mirza dan Erina baru bertemu tiga kali untuk jalan-jalan baik menonton atau sekadar makan bersama di luar. 

Sebagai keponakan tertua, Erina ikut sibuk membantu persiapan tantenya yang mulai mengurus fitting seragam untuk keluarga, memantau nama para tamu agar sesuai saat ditulis dalam kartu undangan, termasuk mempersiapkan diri jadi pengiring wanita ketika akan membantunya naik ke pelaminan saat resepsi.

 Akibat kesibukan itu, Mirza harus menahan rindu untuk bertemu. Beruntung Erina selalu menyempatkan diri untuk melakukan video call agar mereka tetap bertatap muka saat gagal berjumpa. 

"Pas banget, kok. Enggak perlu dikecilin apalagi kekecilan. Makanya aku kaget banget itu seragam bisa pas, soalnya aku nggak ikut ngukur badan, tiba-tiba dikasih aja." 

Erina tertawa lepas mendengar jawaban Mirza tentang seragamnya berupa batik berwarna biru untuk dikenakan saat resepsi. "Ukurannya ada di aku, Za." 

Mirza terkekeh pelan untuk menanggapi gurauan Erina. "Kok bisa di kamu, El?" 

"Kan aku suka meluk kamu, jadi mulai hafal sama postur kamu." 

Sudah siap tertawa, Mirza malah dibuat salah tingkah oleh gombalanㅡtepatnya gombalan asal-asalanㅡdari Erina yang tetap memasang ekspresi lempeng seakan ucapannya adalah hal remeh tanpa perlu diberi reaksi lebih. Mirza malah tidak bisa diam. Pemuda itu sembunyikan wajah menggunakan kedua telapak tangannya, sedangkan Erina yang menyaksikan malah mengernyit heran karena yakin ucapannya tidak salah hingga diberi reaksi se-lebay itu. 

"Kamu kenapa sih, Za? Aku lihatnya bingung." 

Mirza menarik kembali tangannya dan tersenyum lebar sampai menerbitkan senyum serupa di bibir Erina. "Habisnya kamu gemes banget, El. Aku jadi makin kangen sama kamu, tapi nggak bisa maksain ketemu." 

"Sabar, ya. Selesai nikahan tante aku sepuluh hari lagi, nanti kita puas-puasin ketemu. Mumpung libur juga lama. Tiap hari ketemu juga aku iyain biar kamu puas, Za." 

Godaan itu memunculkan bara api di dada Mirza yang tidak sabar ingin segera mewujudkan kata-kata Erina agar rindunya dilampiaskan. Kepala Mirza mulai membuat daftar apa saja yang harus dia lakukan bersama Erina jika bertemu nanti. Tentunya Mirza berharap bisa bertemu Erina sebelum pesta pernikahan, minimal satu kali. Namun, Mirza tidak boleh memaksa jika kesibukan Erina sudah sama repotnya seperti yang akan menikah. 

My First and Last Where stories live. Discover now