***

“Kemarilah, Younji.” panggil Nyonya Lee dengan suara yang sangat bersahabat sambil menarik tangan Younji. Younji menoleh ke belakang dan melotot pada Onew saat Nyonya Lee terus saja menariknya masuk ke dalam sebuah butik bridal. Onew hanya tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya sebagai bentuk dukungan pada Younji.

Onew duduk di sebuah sofa panjang berwarna merah tua dan mengambil sembarang majalah yang berada di tumpukan teratas di meja sambil sesekali memerhatikan Younji dan Nyonya Lee yang berdiri di depan deretan gaun putih. Sesekali Nyonya Lee akan menunjuk sebuah gaun yang dirasanya bagus pada Younji dengan wajah berbinar, sementara Younji menggeleng dengan sopan untuk menolak gaun pilihan Nyonya Lee yang terasa sangat WAH bagi Younji.

Onew terkekeh sepelan mungkin saat melihat tingkah lucu kedua orang wanita itu. Onew kembali menatap Younji, kali ini dengan wajah serius. Wanita itu kelak akan menjadi istrinya dalam hitungan hari. Semuanya berlangsung dengan sangat cepat hingga Onew tidak benar-benar yakin apakah ini adalah kenyataan atau hanya mimpi belaka.

Roda kehidupannya berputar sepuluh kali lebih cepat dari yang ia bayangkan. Setelah Younji menyetujui lamarannya yang cukup dadakan, ia langsung membawa Younji untuk menemui Nyonya Lee pada malam hari. Dan keesokannya, di sinilah mereka sekarang. Di sebuah butik bridal untuk mengepas gaun pengantin yang akan dipakai Younji 6 hari dari sekarang.

“Jinki-ya, bagaimana pendapatmu tentang gaun ini?” Nyonya Lee menarik sebuah gaun keluar dari barisannya lalu memamerkannya pada Onew. Onew memicingkan matanya dan menggeleng. Gaun itu terlalu mewah, dan Onew yakin Younji pun tidak akan suka memakainya. Onew beranjak dari tempat duduknya, merangkul Nyonya Lee yang tengah memberengutkan wajahnya.

“Jangan cemberut, Eunri-ssi. Gaun itu memang bagus. Tapi kurasa, gaun itu tak akan bisa memperlihatkan pesona yang dimiliki Younji.” hibur Onew. Masih dengan wajah yang cemberut, Nyonya Lee menyetujui kata-kata Onew.

Onew melepaskan rangkulannya, melihat gaun-gaun itu sekilas lalu menarik sebuah gaun berwarna putih krem yang sangat polos. Onew mengangkat gaun itu, meletakkannya dihadapan Younji, seolah-olah wanita itu tengah memakai gaun itu sekarang.

“Cobalah yang ini. Kupikir ini akan terlihat cocok untukmu.” ujar Onew. Younji mengangguk dengan senang hati, bersyukur karena Onew memilihkan sebuah gaun sederhana untuknya. Seorang pelayan wanita membawa Younji untuk mencoba gaun yang dipilih oleh Onew. Setelah kain tirai tertutup dan sosok Younji menghilang dibaliknya, Nyonya Lee mendorong pundak Onew dengan pelan, memintanya untuk ikut mencoba tuxedo.

“Bagaimana? Apakah kau suka modelnya?” tanya Nyonya Lee setelah Onew keluar dari ruang ganti.

“Ya, aku suka.” jawab Onew singkat.

“Aigoo, anakku memang sangat tampan!” puji Nyonya Lee.

“Tentu saja, karena aku memiliki seorang Eomma yang sangat cantik.” Onew balas memuji Nyonya Lee. Selang beberapa detik, hp Onew berdering lalu ia berjalan keluar untuk mengangkat telponnya karena suara-suara berisik dari dalam butik menganggu pendengarannya.

“Nona Younji sudah selesai memakai gaunnya.” salah satu pelayan wanita yang tadi membantu Younji memakai gaunnya memberitaukan Nyonya Lee tentang kesiapan Younji. Tirai terbuka, sosok Younji yang kini telah terbalut gaun putih krem—meski tidak terlihat mewah—membuat Nyonya Lee memandangnya dengan kagum. Nyonya Lee berjalan mendekati Younji, ia ingin melihat sosok calon menantunya dengan lebih saksama.

“Kau terlihat sangat cantik, sangat mempesona.” puji Nyonya Lee tulus. Pipi Younji yang merona semakin membuat sosoknya terlihat berkilau. Younji tersenyum malu-malu, merasa senang atas pujian yang diberikan oleh Nyonya Lee.

Married by AccidentWhere stories live. Discover now