Bab 1

9 1 5
                                    

Tin...tin...tin..., suara klakson gocar yang sedang ditunggu ibuku dan aku.

"Tumben cepat sekali datangnya", ungkap ibu sembari melanjutkan memasukkan barang-barang di dalam tasnya dengan sedikit terburu. Aku hanya tersenyum dan segera menghampiri sopir gocar memberitahu untuk menunggu sebentar.
"Pak bisa tunggu sebentar ya, kita masih siap-siap gak lama kok" kataku sambil merapatkan tangan meminta maaf karena kami belum siap.
"Ya mbak ndak apa, segera ya", kata sopir gocar dengan wajah sedikit kesal, mungkin karena takut menunggu terlalu lama.

Aku dan ibuku berencana pergi ke Rumah Sakit menengok saudaraku yang sedang dirawat disana. Karena Rumkitnya jauh jadi kami memutuskan untuk naik gocar supaya tidak capek di perjalanan.

"Maaf nggeh pak ngrantos dangu" kata ibuku, dengan nafas sedikit tersengal karena berlari menuju mobil.
"Njih bu mboten nopo-nopo, badhe teng Rumkit nggeh?" Saut pak sopir
"Nggeh pak nyambangi sederek", jawab ibu.

Di tengah perjalanan, mereka bercerita menggunakan bahasa jawa krama. Aku tidak terlalu mempedulikan karena sedang menunggu balasan chat dari dosenku.
"Bu nanti siap-siap di rumah sakit itu antrinya luama", kata pak sopir yang masih dengan bahasa kramanya.
"Iya pak karena di rumah sakit itu pasiennya banyak sekali. Biasanya kita yang hanya menjenguk juga disuruh untuk gantian kalau ada penjenguk lainnya", sahut ibu menambahi. Mendengar hal tersebut aku langsung bertanya lagi kepada pak sopir.
"Ada ruang tunggunya ndak pak??", kataku cukup memaksa pak sopir untuk segera menjawab.
"Alhamdulillah ad mbak, tapi tidak banyak kursinya, kadang ad beberapa pengantre yang tidak kebagian tempat duduk, jadi ada yang duduk di bawah", ujarnya sedikit memberi sinyal was-was kepada kami.
Aku cukup was was dengan statement bapak sopir itu.
Sesampainya aku dan ibu benat-benar mengantre di ruang tunggu. "banyak sekali", ujarku.
Tidak ada tulisan 'Ruang Tunggu' tapi banyak sekali orang yang menunggu disini. Selang beberapa waktu, aku dan ibuku akhirnya masuk kedalam ruang besuk, disana nampak saudaraku sedang menunggu dokter untuk memberikan suntikan.
Setelah diberikan suntikan saudarakupun kembali isturahat. Bibiku yang bercerita panjang lebar bagaimana saudaraku bisa masuk ke RS dan kesabaran antre yang telah mereka alami.
Hari cukup melelahkan mendengar dan mengalami secara pribadi bagaimana pengalaman antre yang luar biasa lamanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Catatan Ruang TungguWhere stories live. Discover now