1

52 13 9
                                    

Aydan mahasiswa biasa yang kere namun pintar ini sedang mengumpat, dengan kasar ia melempar buku tebal itu. Aydan sangat kesal dengan alur cerita tersebut, ditambah uang yang telah ia gunakan untuk buku tebal itu tidaklah sedikit.

Mengingat harga buku novel itu membuat perasaan Aydan semakin kesal, ia menjambak rambutnya frustrasi. Sudah kere, duitnya hangus pula.

"ARGH! GAK BISA DIPERCAYA, INI KENAPA ANTAGONISNYA BODOH BANGET!"

"BUCIN LO ANJIIINGG!"

Wajah Aydan memerah karena marah, matanya menatap tajam buku tebal di sudut kamarnya.
Bukunya terlihat masih baru dan bersih, tentu saja karena buku tersebut baru saja ia beli siang tadi.

Aydan menghela nafas kasar, ia kembali duduk di sisi ranjangnya mencoba menenangkan perasaannya.

"Lebih bodoh lagi gue yang beli itu buku."

Aydan kembali menghela nafas, raut wajahnya berubah datar mengingat the one and only teman baiknya yang merekomendasikan buku romansa itu.

Sudah tahu ia tidak menyukai cerita romansa, ia malah direkomendasikan novel itu. Parahnya lagi novel itu termasuk ke dalam best seller, Aydan yang awalnya ragu jadi yakin karena tulisan best seller tersebut.

"Hah... paham cinta kagak, emosi iya" Gumam Ayden sebal.

Selain tidak paham apa itu cinta, Aydan juga tidak peka. Sikapnya yang tidak peka itu membuat teman satu kerja Aydan gemas sendiri, antara ingin dihujat atau dibanting.

Aydan ini tidak terlalu tampan, tapi postur tubuhnya yang ideal membuatnya digemari banyak orang. Sehingga tidak jarang Aydan punya pengagum rahasia.

Drrt drrt

Dengan enggan Aydan mengambil ponselnya, tanpa melihat nama sang penelepon Aydan mengangkatnya.

"AYDAANN!!"

Mendengar suara teriakan cempreng yang tidak asing ditelinganya, Aydan segera menjauhkan ponselnya dari telinganya.

Ia berdecak sebal, siapa pun tolong buat dirinya merasa tenang sekali saja.

"Apa?"

"Ck, ketus banget lu jadi orang, heran gue banyak yang demen sama lu"

"Berisik, kenapa?"

Wanita yang menelepon Aydan itu memutar bola matanya- walaupun tidak dapat dilihat oleh Aydan.

"Restoran lagi rame-"

Tut tut

Ayden tahu pasti manajer restoran tempat ia bekerja memintanya untuk datang.

Sedangkan wanita yang merangkap menjadi temannya menatap ponselnya tidak percaya, ia ingin marah tapi ia juga sedang bekerja.

Wanita itu mencengkeram erat ponselnya, ingin ia banting tapi sayang.

"Dilla! Udah teleponnya? Ayo sini, resto makin rame!"

Dilla menoleh, ia mengangguk.

"Oke!"

Ia harus stok banyak kesabaran jika sudah bersama Aydan, yang entah bagaimana bisa menjadi teman baiknya.

Dilain sisi Aydan sedang bersiap-siap, ia sudah mandi dan memakai kemeja putihnya.

Setelah mengambil kunci motor dan jaketnya, Aydan segera mengeluarkan motornya dan berangkat ke Restoran tempat kerjanya.

Aydan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.

Sedikit curiga karena jalanan tidak seperti biasanya yang selalu ramai, entah kenapa suasana jalan sepi.

I Want U [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang