Part 11: where are you?

3K 10 1
                                    

Ga dibaca ulang, jadi kalau ada typo I'm sorry :)
Happy reading~

***

Embun POV

Semua ini sama sekali tidak adil untukku.

Pertama, Josua dan aku memang menikah tanpa cinta. Tapi pada akhirnya aku justru mencintainya terlebih dahulu.

Kedua, Josua masih berhubungan dengan gadis cantik berpostur tubuh bagaikan model. Sementara aku? Haha. Aku seharusnya juga masih berhubungan dengan Rico dan tak memerdulikan Josua, bukannya malah semakin mencintai Josua dan mulai melupakan Rico yang pernah menjadi seseorang yang begitu spesial bagiku.

Ketiga, Josua sama sekali tidak mencintaiku, tapi entah kenapa tingkah lakunya seakan memberiku harapan. Apakah dia cemburu kalau aku lebih mudah tersenyum di hadapan orang lain, dibandingkan dia?

Hal itu pasti tak akan terjadi. Nyatanya Josua malah mengatakan aku 'murahan'. Kenapa dia tidak mengatakannya pada pacarnya yang sangat centil itu? Aku tidak melakukan hal-hal yang disebut 'murahan'. Apa salahku?

Dengan air mata yang masih mengalir dan sialnya membuat make up ku sedikit acak-acakkan, aku keluar dari kamar mandi, meninggalkan Josua yang seharusnya mengerti kenapa aku menamparnya.

Aku berjalan cepat-cepat, berusaha menghindari banyak orang yang penasaran melihatku sebegini kacau. Harga diriku jatuh begitu saja, karena Josua justru tidak mengejarku. Tidak ada suara beratnya yang memanggilku agar tidak pergi. Sebenarnya aku ingin sekali berteriak di depan wajahnya, melepaskan segala kekesalanku yang memuncak.

Tanpa kusadari aku terlalu tergesa-gesa, sampai-sampai satu anak tangga yang tak kulewati malah membuatku tersandung. Sangat memalukan.

Tidak ada rasa sakit di tubuhku, namun nyatanya aku mencium harum yang begitu menyesakkan. Begitu membuatku terlena, sampai-sampai rasanya aku ingin memejamkan mata dan tertidur di pelukan lelaki yang telah menolongku ini.

"Embun."

Suara itu membuatku merinding seketika dan kesadaranku bangkit. Dua manik mata hitam menatapku dengan tajam.

Sungguh, aku sangat merindukan pelukan dan genggaman tangannya. Dan kini, aku bisa merasakannya kembali.

"Embun? Kamu baik-baik aja, kan?"

"Eh. Ya, Ric."

Sial. Kenapa Rico bisa ada di sini? Dari sekian banyak orang yang bisa menolongku, kenapa malah dia yang menolongku.

Astaga, Embun. Kenapa kamu bisa begitu plinplan? Kenapa rasa rindu ini bisa kembali hadir di sana dan meruak kembali?

Kenyataannya aku masih menyayangi lelaki ini.

"Nggak, kamu ga baik-baik aja. Kamu abis nangis kan?"

Aku bangkit berdiri dan sedikit menjauh dari Rico. Memeluk tubuhku sendiri yang kedinginan karena udara dingin di luar gedung.

"Engga, Ric. Kamu kenapa ada di sini?"

Rico mengernyit tak percaya, lalu menghembuskan napas. "Aku nemenin Papa di sini. Kamu sendiri?"

"Aku nemenin... Josua."

Rico tersenyum. "Oh, iya. Aku lupa kalau kamu sekarang udah jadi isteri orang."

Aku mengangguk. Tak tahu harus bersikap apa.

"Apa kamu bahagia, Embun?"

Tanganku mengepal.

"Setidaknya aku lebih bahagia sekarang daripada bersama orang yang berselingkuh terang-terangan."

Rasanya aku ingin menggigit bibirku. Aku malah membela Josua yang nyatanya juga berselingkuh.

Unbreak My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang