Habit Of Fever

80 11 0
                                    

Ada satu kebiasaan saat kecil, dimana saat Runa muda terserah penyakit; demam misalnya, bocah berambut biru itu akan selalu membutuhkan orang lain didekatnya. Sulit untuk meninggalkan Runa sendiri karena dia akan menangis saat tak seorangpun ada untuk menggenggam tangannya.

Haoran yang harus bertanggung jawab. Saat dimana keempat orang tuanya sibuk urusan masing-masing, dia harus turun tangan. Dia mengerti saat adik-adiknya yang lebih kecil memerlukan perhatian dan pekerjaan juga tidak bisa ditinggalkan, dialah yang akan menemani Runa.

Haoran tidak masalah tangannya digenggam sampai keringat terasa tidak nyaman, atau harus berada diposisi yang sama berjam-jam, Runa yang clingy sudah cukup membayarnya. Haoran selalu berpikir Runa sangat manis saat sakit, seperti demam atau terluka. Bukan berarti dia ingin Runa selalu terluka. Haoran cuma menyukainya, pun sampai kapanpun tidak akan dia akui.

==>

"Oh, halo, mr. Perfect. Butuh bantuan?" Sulit untuk tidak menggoda Runa saat ada kesempatan. Sayang sekali Kamisato tidak sedang pada posisi bisa membalas, terbaring lemas pada ranjang ruang kesehatan.

Haoran tenang menghampiri, menduduki kursi samping ranjang yang sudah tersedia–seolah memang ditujukan untuk ditempatinya. Permata hijau rumput sedari tadi mengikuti geraknya, diam memperhatikan Alpha lain.

"Aku dengar ada orang yang pingsan di kelas, eh?" Perkataan Haoran dibalas pandangan datar dari Runa. "Siapa yang selalu menolak dinasehati, aku penasaran"

"Raann.." Rengek Runa. Haoran terkekeh.

"Tangan..." Pinta Runa. Menggeser tangannya sendiri. Gerakan meminta.

Haoran menurut begitu saja, sudah terbiasa dengan tingkah Runa. Tangan itu digenggamnya erat meski keringat lengket karena suhu tubuh yang belum turun.

"Kamu.. Bolos kelas, huh, Ran?"

"Hmmm~ Apa maksudmu kamu tidak mendengar bel istirahat Ruu?"

"Iya.. Kah?" Selalu linglung. Haoran menahan senyum gemas. Bertahun-tahun terlewat tapi kebiasaan tidak bisa untuk diubah.

"Yup. Aku akan menemanimu 1 jam ke depan" Sambil tersenyum.

"Makan siangmu?"

"Aku sudah makan" Itu bohong. "Tenang saja dan istirahatlah, aku akan disini"

Runa sudah tau kebohongannya, tapi ia pun tak ingin dia pergi, ia ingin egois sekarang, menahan dia disini. Tak terlalu peduli kenapa ia menjadi seperti ini, mungkin hanya perubahan emosi karena sakit.

"Berjanjilah" Runa pun mulai menutup mata, masih menggenggam erat tangan sahabatnya, dia tak ingin Haoran pergi.

<==

"Run—" Zhongli menghentikan panggilannya begitu pandangan sepasang anak saling bergandengan diatas kasur terlihat.

Haoran dan Runa membuat hatinya menghangat. Kedua anak tersebut sudah lelap, meski begitu tangan mereka masih terhubung sebagai mana saat Zhongli meninggalkan mereka terakhir kali.

Sambil menarik selimut menutupi mereka Zhongli meninggalkan kecup di masing-masing kepala. Kemudian berdiri dan meredupkan ruangan sebelum meninggalkan keduanya.

Sebelumnya Runa menawarkan menemani Haoran yang sakit, mungkin untuk balas budi karena selalu ditemani, itu meringankan Zhongli yang harus mengurus si kembar yang rewel–dibantu Renard juga. Sekarang Zhongli tidak perlu khawatir, karena mereka bisa menjaga diri masing-masing.

Happy × Issue × familyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin