"Jaehyun," panggil Taeyong pelan dan tidak mendapat respon apapun dari suaminya.
"Kau mau kubuatkan kopi?" Tanya Taeyong.
"Tidak," Jaehyun berdehem singkat untuk singkirkan rasa malunya saat menginginkan hal lain, "Aku hanya ingin susumu."
Taeyong tersentak saat mendengar permintaan Jaehyun, "S-susuku?" Tanyanya lagi dengan gugup. Demi apapun, Jaehyun berbicara terlalu ambigu!
"Ah, tidak." Jaehyun menggeleng dengan canggung saat sadar atas ucapannya, yang mungkin membuat Taeyong salah paham, "Maksudku, susu yang sering kau minum. Yang seperti biasanya."
"Ohh." Taeyong mengangguk mengerti, walaupun sedikit bingung karena tidak biasanya Jaehyun suka dengan yang manis, suaminya itu lebih suka kopi dengan gula sedikit.
Taeyong membuat susu yang Jaehyun pinta, untungnya saja masih tersisa dan hanya cukup untuk satu gelas. Mungkin Taeyong akan beli lagi nanti. Walaupun Jaehyun terlihat ketus dan cenderung kasar padanya, Jaehyun masih memenuhi kewajibannya sebagai suami ; memberi nafkah, dengan mengisi rekeningnya setiap bulan secara teratur. Jadi, Taeyong masih bisa memenuhi kebutuhannya setiap hari. Berbelanja bahan dapur pun, menggunakan uangnya, tanpa diberi tambahan lain.
Taeyong meletakkan gelas susu itu didepan Jaehyun dan langsung diminum oleh pria tampan itu sedikit-sedikit karena masih terasa hangat. Taeyong menarik kursi disamping Jaehyun, duduk dan meminum teh yang juga ia buat.
Taeyong melenguh lega, saat tenggorakannya yang pahit, kini terbasahi dengan cairan teh hangat yang manis.
Jaehyun membereskan beberapa map yang berserakan diatas meja, lalu memasukannya kedalam tas kerja. Taeyong menoleh menatap Jaehyun, dan gelas susu itu ternyata sudah kosong.
"Jaehyun."
Pria itu hanya berdehem pelan menyahuti istrinya.
"Aku minta izin untuk kedokter siang ini, apa boleh?" Jaehyun masih suaminya, jadi wajar kan jika ia minta izin dulu?
"Kau sakit?"
"Sedikit pusing dan mual." Cicit Taeyong.
"Kau tidak boleh pergi."
Jawaban Jaehyun yang melarangnya membuat Taeyong mendongak sepenuhnya menatap Jaehyun.
"Kenapa?"
Jaehyun memijit pelipisnya, "Kau lupa apa yang terjadi, terakhir kali kau keluar rumah?"
Taeyong kembali menunduk. Kini bayangan tentang tujuh orang pria bertubuh besar yang mengerumuninya kembali teringat. Nafasnya semakin menderu, saat menahan rasa sesak yang menyakitkan.
Apa pantas seharusnya ia menyalahkan Jaehyun tentang kejadian waktu itu?
Tidak. Ia tidak boleh menyalahkan Jaehyun. Dialah yang salah karena tidak bisa melawan dan menjaga diri sendiri.
Apa setelah ini, ia benar-benar tidak bisa memiliki kesempatan untuk membuat Jaehyun luluh padanya?
Melihat Taeyong yang hanya menunduk, membuat Jaehyun mendengus, ia segera beranjak dari duduknya untuk keluar dari area dapur.
Taeyong tersentak, ia ikut berdiri dan mengejar Jaehyun yang sudah sampai diruang tengah hampir sampai didepan pintu.
"Aku akan pergi dengan Doyoung." Ucap Taeyong terengah saat berada tepat dibelakang Jaehyun. Tubuhnya masih lemas karena pusing, jadi berlari sebentar sudah cukup membuatnya lemah.
Kim Doyoung, pria itu adalah teman satu-satunya yang ia punya sekaligus sepupu dari suaminya.
Jaehyun berbalik untuk melihat wajah Taeyong yang memang sedikit pucat.
"Aku bilang tidak ya tidak," Jaehyun menghela nafas. "Hanya pusing kan? Aku masih punya obat, kau bisa mencarinya dilaci nakas kamarku."
"Tapi, Jaehyun. Bukankah dosisnya akan berbeda?"
Jaehyun mendesis, "Sama saja. Jika tidak mau, tidak perlu minum obat."
"Jaehyun—"
"Kembali ke kamarmu. Diam dirumah, jangan berani coba untuk pergi keluar." Ucap Jaehyun final, ia berbalik lalu membuka pintu utama dan keluar dari rumah.
Menutup kembali pintunya dengan kasar. Taeyong memutar kenop pintu itu berkali-kali tapi tidak bisa. Taeyong memundurkan langkahnya, tanpa sadar ia menggigit jarinya karena terlalu panik dan gelisah. Jaehyun menguncinya dari luar.
Merasa kepalanya semakin memberat, akhirnya Taeyong kembali kekamarnya dengan langkah yang lemah. Setelah susah payah menaiki tangga akhirnya, tubuhnya bisa mendarat dengan nyaman diatas kasur, menutupi tubuhnya dengan selimut dan tertidur lagi, walaupun masih pagi. Setidaknya ia akan lupa dengan rasa pusing ketika sedang tidur.
—tbc.
YOU ARE READING
HURT - JAEYONG
FanfictionANGST || SAD || HURT || BXB || JAEYONG Taeyong ingin sekali mengetahui bagaimana rasanya dicintai juga di kasihi oleh suami sendiri. Karena Taeyong tidak pernah merasakannya sedikit pun. 🏅#5 - jaehyun 🏅#2 - angst 🏅#1 - nctu ______________ Ini ha...
Part 4.
Start from the beginning
