KENCAN PERTAMA DAN TERAKHIR

25 2 0
                                    

ONESHOOT

Cast: Kim Jisoo, Dong Si Cheng (Winwin), Jaehyun NCT and Mingyu svt
Genre: AU, Tragedy dan Sad.
Author: Sunflowers95
Jumkat : 3405 Word
 
 

 
Seorang gadis berambut panjang tengah duduk di bangku taman bunga salah satu sudut Kota Seoul. Wajahnya terlihat begitu ceria dengan memakai dres biru langit selutut menambah kecantikan dan penampilannya sempurna. Sesekali dia melihat ke sudut jalan menunggu seseorang.
 
1 jam
2 jam
3 jam
 
Gadis itu masih setia duduk manis namun wajahnya sudah nampak lelah. Sesekali dia mendengkus kesal. Jemarinya berkali-kali menekan nomor di ponsel, tapi tidak ada jawaban dari sebrang sana.
 
“Kenapa, tidak ada jawaban sama sekali, bahkan memberi kabar juga tidak! Di mana dia? Apa terjadi sesuatu padanya?” ucap gadis bernama Jisoo itu dengan rasa cemas yang mulai timbul.
 
Taman dan jalanan yang tadi ramai, kini mulai sedikit sepi karena malam sudah semakin larut. Dengan perasaan kesal, cemas dan sedih, gadis itu akhirnya menyerah. Dia beranjak dari bangku taman dan melangkahkan kakinya untuk kembali pulang.
 
Ditengah langkah menelusuri jalanan kota Seoul. Gadis itu melihat kerumunan orang dan polisi di jalanan, disana juga ada mobil ambulan. Karena penasaran, dia ikut menghampiri dan ternyata ada kecelakaan. Perasaannya tiba-tiba tidak enak, dia mencoba bertanya pada orang di sekitarnya.
 
“Maaf Paman, apa yang terjadi?”
 
“Ada kecelakaan, sebuah mobil tangki minyak menabrak sebuah motor. Si pengendara motor tewas mengenaskan terlindas truk, jasadnya sudah di bawa ke rumah sakit.” Jelas paman tersebut.
 
Jisoo menutup mulutnya, dia membayangkan kekasihnya yang tidak kunjung datang saat janjian hari ini. Pikirannya sedikit kacau, dia segera mengambil ponselnya untuk menghubungi kekasihnya. Tapi, sial! Baterainya habis.
 
“Ah bagaimana ini, aku benar-benar cemas. Kenapa dia tidak datang dan memberiku kabar? Apa aku... Ke rumahnya saja ya? Tapi, ini sudah malam. Tidak pantas seorang wanita berkunjung kerumah pria. Tidak, aku tidak boleh berpikir macam-macam. Lebih baik aku pulang.”
 
 
-@@@-
Jisoo mengambil ponsel yang sudah di charger penuh semalam.
 
 TRING!
Dilihatnya beberapa pesan masuk. Gadis itu tersenyum melihat si pengirim. Dia adalah kekasihnya.
 
-From My Heart -
✉ “ Pagi Chagia, maafkan Gege yang baru memberimu kabar. Dan maaf, semalam aku tidak bisa datang. Semoga, kau tidak marah dan baik-baik saja.”
 
✉ “Pagi Gege, iya aku maafkan. Tapi, kenapa semalam Gege tidak datang?”
 
Pesannya tidak dibalas, Jisoo menunggu dan terus menatap layar ponselnya. Namun tidak ada balasan lagi. Gadis itu merasa heran, tidak biasanya pesannya tidak di balas, kalaupun tidak ada pulsa, dia pasti akan menghubungi dengan ponsel temannya.
 
“Kenapa? Ada apa dengannya, kenapa pesanku tidak dibalas! Harusnya aku yang marah, bukan dia kan?” gerutunya sambil melempar ponselnya ke tempat tidur, lalu bergegas ke kamar mandi.
 
-@@@-
Di sebuah rumah, seorang pria tengah resah. Sedari tadi dia terus mondar-mandir sambil memijit keningnya. Sementara, seorang namja lagi yang sedang duduk, pusing melihatnya.
 
“Jaehyun-aa, bisakah kau tenang sedikit huh! Kepalaku sakit, melihatmu mondar-mandir terus!” tegur Mingyu.
 
Jaehyun mendelik mematap tajam pria berwajah anime itu “Tenang sedikit katamu?! Bagaimana kita memberi tahu dia huh!? Dan lagi...”
 
“Ya sudah, kalau begitu beritahu saja yang sebenarnya. Tapi, jangan sebut namaku!” tegas Mingyu.
 
“Enak saja kau bicara, dasar tidak punya hati!” ketus Jaehyun.
 
Mingyu hanya menanggapi dengan senyuman miring. Dia mengambil jaket dan kunci mobilnya kemudian beranjak pergi.
 
“Mau kemana kau?” tanya Jaehyun.
 
“Menemui seseorang setelah itu ke kampus” jawab Mingyu dengan ekspresi datar.
 
-@@@
Jisoo tersenyum saat keluar dari rumah, dia melihat kekasihnya tengah menjemputnya pagi ini. Namun, dia sedikit heran, karena kekasihnya terlihat pucat.
 
“Gege, kau sakit?” tanya Jisoo sambil menyentuh kening Winwin. Tapi, tidak terasa panas.
 
“Aku baik-baik saja, sayang.” jawabnya sambil tersenyum simpul lalu memakaikan helm pada Jisoo.
 
“Baik-baik saja gimana? Wajah Gege terlihat p_hmmmp”
 
Winwin mencium bibir Jisoo untuk menhentikan ocehannya yang suka panjang lebar nantinya. “Sudah Gege bilang, baik-baik saja. Ayo naik, nanti kau terlambat jam kuliah pertama.”
 
Jisoo tidak lagi membantah, dia segera naik ke motor dengan tangan melingkar di pinggul Winwin. Tidak lama, hanya sisa kepulan asap yang tertinggal.
 
-Kampus-
 
Sepanjang perjalanan menuju kampus hingga sampai di tempat tujuan, Winwin hanya diam. Jisoo merasa heran karena tidak seperti biasanya kekasihnya itu diam membisu seperti itu, bahkan terlihat aneh, entah kenapa.
 
“Gege, kenapa semalam kau tidak datang? Kenapa pesanku juga tidak di balas?”
 
Winwin menoleh lalu tersenyum, tangannya menggandeng tangan Jisoo. “Maaf, karena Gege tidak menepati janji semalam."
 
“Hanya itu? Yak! Kenapa Gege mengatakan itu seolah mudah sekali! Gege tahu, aku menunggu hingga berjam-jam dan larut malam. Tapi, Oppa hanya bilang maaf saja? Dasar menyebalkan!” kesal Jisoo menghentakan tangan Winwin agar melepaskan genggamannya lalu pergi meninggalkan kekasihnya.
 
Pria itu hanya diam menatap punggung kekasihnya yang sudah di cintainya selama 3 tahun. Tapi baru kemarin mereka menyatakan perasaan masing-masing. Senyuman miris terukir di wajah tampannya. “Maafkan aku sayang, aku tidak bisa menepati janjiku.”
 
Jisoo terus berjalan beberapa meter, kemudian berbalik berharap kekasihmya itu mengejarnya. Tapi, nihil! Bahkan Winwin tidak ada di belakangnya, dia pergi begitu saja entah kemana. Gadis itu benar-benar kesal sekarang. Tidak biasanya kekasihnya yang begitu perhatian dan lembut kini berubah menjadi pendiam dan tidak begitu peka. Tapi, wajahnya yang pucat membuat Jisoo cemas dan khawatir dengan kondisinya.
 
“Kemana Dia, bukannya mengejarku malah hilang, cepat sekali perginya bahkan aku tidak mendengar suara motornya.” Gumam Jisoo.
 
“Kau bicara dengan siapa?” sapa seseorang membuat Jisoo terkesiap.
 
“Jaehyun Sunbae?! Oh aku tadi bicara dengan Op_” ucapan Jisoo terhenti saat menoleh dan tidak mendapati siapapun.
 
“Siapa?” tanya Jaehyun.
 
“Winwin Ge, tadi aku bersamanya. Tapi, dia pergi begitu saja. Cepat sekali.”
 
Mendengar ucapa Jisoo, Jaehyun mengernyitkan dahinya “Oia, kau ada jadwal kuliah sampai jam berapa?”
 
“Mmm--- Jam 2 siang. Kenapa?”
 
“Aku ingin minta tolong. Antarkan aku ke toko dvd ya. Bisa kan?”
 
“Maaf Sunbae, sepulang kuliah nanti aku ada janji dengan Winwin Gege untuk jalan-jalan.”
 
“Janji de–dengan Wi–winwin ?!  Ba–baiklah kalau begitu, lain kali saja. Aku pergi dulu.” Jaehyun segera pergi, perasaan dan pikirannya seketika kacau, keringat dingin merembas di dahinya. “Tidak, tidak mungkin, mana bisa se_”
 
“Kau kenapa Jaehyun? Bicara sendiri dan... Wajahmu pucat seperti orang ketakutan. Apa yang terjadi?” tanya Ten.
 
Jaehyun menatap Ten sejenak kemudian menggeleng sambil mengusap keringatnya dengan kasar. Lalu pergi meninggalkan temannya yang masih menatapnya heran lalu mengikutinya.
 
-@@@-
 
Jisoo menikmati tteobokki dan odeng yang dibelikan oleh Winwin. Mereka duduk di tempat jajanan kaki lima.
 
"Gege, kau tidak ikut makan?"
 
Winwin tersenyum. "Tidak, melihatmu makan dengan lahap saja, Gege sudah kenyang dan senang melihatnya."
 
Bibi penjual itu sesekali melirik ke Jisoo dengan tatapan aneh. Gadis itu sebenarnya sedikit tidak nyaman dan ingin menegurnya tapi selama tidak mencurigakan. Jadi Jisoo diam saja.
 
"Jisoo, bagaimana kalau nanti malam---kita kencan?"
 
"Kencan? Tapi kan bukan malam Minggu?"
 
"Memangnya kencan harus malam minggu? Tidak, kan?"
 
"Tapi aku harus mengerjakan tugas kelompok nanti malam. Bahkan sudah janji akan mengerjakannya di rumah Nana."
 
Raut wajah Winwin terlihat kecewa.
 
"Kalau begitu, sebelum ke rumah Nana. Kita jalan-jalan dulu, ya? Kencan sebentar tidak apa, kan?"
 
Jisoo masih diam. Dia bingung untuk menjawab.
 
"Aku mohon untuk untuk kali ini saja. Kencan terakhir. Please---"
 
"Kencan terakhir? Kenapa Oppa bilang begitu? Memangnya, oppa ingin pergi kemana?"
 
Winwin hanya tersenyum sambil memeluk Jisoo, mengusap lembut surai kecoklatan gadisnya.
 
"Kemana saja yang peting kita habiskan waktu malam ini."
 
-@@@-
 
Jaehyun menemui Mingyu dengan wajah yang terlihat tegang dan panik.
 
"Kenapa? Kau masih memikirkan kejadian itu? Sudahlah, lupakan! Bukankan kau tidak ingin punya saingan. Begitu juga denganku. " kata Mingyu.
 
"Bukan itu. Ta–tadi, saat si kampus. Aku dengar kalau dia janjian dengan si cupu. Itu artinya, dia masih hidup, kan?"
 
Mingyu terkejut mendengarnya. "Ma–masih hidup?! Mungkin kau salah dengar atau gadis itu jadi stres karena_"
 
"Aku tidak budeg! Aku dengar dengan jelas. Kalau kau tidak percaya, tanyakan saja padanya langsung." kata Jaehyun.
 
Mingyu ikut gelisah. 'Tidak mungkin kalau dia masih hidup'batinnya.
 
"Yak! Kenapa kau malah diam saja? Apa kau ingin_"
 
"Tidak, aku tidak percaya. Karena aku sudah memastikan kalau dia sudah mati!"
 
"Mungkin saja keajaiban datang."
 
-@@@-
Jisoo begitu bahagia, dia memutar-mutar badannya di depan cermin untuk memastikan penampilannya. Sampai seseorang membuatnya terkejut.
 
“Sampai kapan kau membuatku menunggu chagia?”
 
“Uh, Gege?! Da-darimana kau masuk? Aku tidak mendengar suara pintu dibuka?”
 
Winwin tersenyum berjalan mendekati Jisoo lalu menyentuh dagu kekasihnya “Kau yang terlalu fokus bercermin sampai tidak menyadari kedatanganku. Aigoo, apa begini ya kalau wanita sudah di depan cermin, akan berjam-jam menatapnya.”
 
Jisoo cemberut “Maaf, aku ingjn memastikan penampilanku agar cantik di depanmu, apa salah?”
 
Winwin mengusap lembut pipi Jisoo “Asal kau tahu sayang. Bagaimanapun penampilanmu, bagiku, kau selalu terlihat cantik dan mempesona.”
 
Wajah Jisoo langsung merona. Winwin terus mengukir senyumnya kemudian mendekatkan wajahnya dan...chup~ ciuman mendarat beberapa detik.
 
“Seperti biasa, cheery. Aku suka bibirmu yang manis beraroma cheery.” Ucap Winwin.
 
"Berhenti menggodaku. Ayo kita pergi. Tapi---kita ingin jalan-jalan kemana?"
 
"Kemana saja, yang penting malam ini kita bisa menghabiskan waktu bersama. Sebelum ---"
 
"Sebelum apa?" Jisoo merasakan sesuatu yang aneh sambil menatap Winwin bingung.
 
"Sebelum kau kerumah Nana untuk kerja kelompok."
 
"Ya ampun, Gege! Kau membuatku berpikir yang aneh-aneh."
 
Winwin dan Jisoo jalan-jalan. Masih ada waktu 1 jam untuk menghabiskan waktu berdua.
 
Sementara itu, Jaehyun gelisah. Dia panik mencari sesuatu, isi lemarinya berantakan.
 
Mingyu kembali mendengkus kasar melihat sahabatnya yang satu itu.
"Kenapa lagi? Apa yang kau cari huh?"
 
Jaehyun masih terus mencari tanpa menoleh. "Aku mencari botol obat itu."
 
"Apa?! K–kau tidak membuangnya?! Sudah ku bilang buang, kan?"
 
Mingyu ikut mencari. "Bagaimana kalau polisi menemukan siapa pelakunya dan menggeledah rumah kita?"
 
Jaehyun menjambak rambutnya frustasi. "Ini semua karena kau!"
 
"Kau menyalahkanku? Bukankah kau juga menyetujui ideku itu? Lagian, niatku hanya bercanda tapi malah jadi begitu. Mana aku tahu." tandas Mingyu.
 
* Flasback *
 
Dong Si Cheng atau di panggil Winwin memberitahu kedua sahabatnya. Baginya kebahagian itu harus di bagi. Dia memberi tahu Jaehyun dan Mingyu, kalau nanti malam akan kencan dengan Jisoo. Itu kencan pertamanya setelah menyatakan perasaannya kemarin.
 
Jaehyun dan Mingyu terkejut mendengarnya. Karena Winwin tidak pernah terbuka dengan cerita asmaranya. Sekalinya tahu, sudah jadian saja dengan Jisoo.
 
"Jadi, kau akan kencan dengan Jisoo?!" ujar Mingyu melirik sebentar ke Jaehyun.
 
"Sejak kapan kau jadian dengannya? Kau tidak pernah cerita pada kami." tanya Jaehyun.
 
"Maaf, karena aku tidak memberitahu kalian. Aku sudah lama menyukainya sejak masuk kampus pertama kali, dan aku baru berani untuk menyatakan perasaanku kemarin."
 
"Aigoo, hebat sekali kau menyembunyikan kisah asmaramu dari kita selama ini. Tiba-tiba saja kau kencan. Aku pikir kau cuek dengan kisah asmara." cetus Mingyu.
 
"Selamat ya. Aku ikut senang mendengarnya. Semoga hubungan kalian langgeng." kata Jaehyun.
 
"Terima kasih, brother."
 
Mingyu memandangi Jaehyun. Dia tahu kalau Jaehyun juga menyimpan perasaan pada gadis itu. Bahkan jauh sebelum Winwin. Karena, Jaehyun menyukai Jisoo sejak SMA. Iya --- Mingyu, Jaehyun dan Jisoo satu sekolah saat SMA.
 
"Jae, kau baik-baik saja, kan?" tanya Mingyu sambil memegang bahunya.
 
Jaehyun menarik napas dalam-dalam menghembuskannya perlahan. “Kau pikir orang yang patah hati akan baik-baik saja? Jujur saja, aku tidak rela kalau Winwin dengan Jisoo. Kenapa harus Jisoo? Aku lebih dulu menyukainya dan menunggu waktu yang tepat. Tapi, Dia malah seenaknya mengambil moment itu dariku."
 
"Aku tahu kalau kau terluka. Tapi, kau tidak bisa menyalahkan Winwin, karena dia tidak tahu dengan perasaanmu itu. Dan lagi, Jisoo menerimanya, itu artinya, Jisoo juga menyukai Winwin."
 
Memang benar apa yang di katakan Mingyu. Tapi, hati Jaehyun tidak bisa memaafkan Winwin bersama Jisoo.
 
"Mingyu-ah, bisakah kau membantuku?"
 
"Membantu apa?"
 
"Bantu aku mengerjai Winwin. Aku ingin menggagalkan kencannya malam ini, dan aku ingin, kau membantuku."
 
"Jangan begitu. Bagaimanapun juga kau harus terima. Mungkin saja bukan takdirmu bersama Jisoo."
 
"Cih! Sok baik kau. Bukankah kau juga sedikit kesal dengan Winwin. Karena nilai kuliahmu selalu saja lebih kecil darinya? Kau merasa tersaingi. Iya, kan?"
 
Mingyu diam lalu tersenyum sinis. "Iya kau benar. Baiklah, aku akan menbantumu. Tapi hanya mengagalkan kencannya malam ini, kan? Tidak lebih dari itu?"
 
"Iya."
 
Jaehyun menjelaskan rencana pada Mingyu dengan suara pelan dan sedikit waspada karena khawatir Winwin datang.
 
"Apa?! Kau ingin memberinya obat sakit perut?"
 
Jaehyun mengangguk. "Nanti aku yang akan beli obatnya. Nanti aku masukan ke dalam air minumnya saat dia ingin pergi."
 
"Baiklah."
 
Winwin sudah rapih dengan penampilannya. Dia juga menghubungi Jisoo sambil keluar dari kamarnya.
 
["Tunggu ya. Gege akan segera meluncur."] ucapnya mengakhiri teleponannya.
 
Jaehyun dan Mingyu sedang asik duduk di depan rumah sambil berbincang-bincang dan menunggu Winwin untuk melancarkan aksinya.
 
Mingyu sudah menambahkan obat sakit perut di dalam minuman Winwin.
 
"Wah, kau terlihat rapih dan wangi sekali. Berbeda dari penampilanmu sehari-hari." puji Mingyu.
 
Winwin tersenyum lebar. "Kalian berdua, cepatlah punya pacar. Nanti kita kencan bertiga."
 
"Ck! Sombong sekali karena sudah laku." kata Jaehyun.
 
"Oia, sebelum berangkat, minumlah dulu agar kau tidak haus saat kencan nanti karena gugup." kata Mingyu sambil memberikan minuman soda.
 
Tanpa curiga dan pikir panjang. Winwin langsung meminumnya sampai habis. Jaehyun tersenyum miring sambil menatapnya.
 
"Baiklah, aku pergi dulu ya. Dah!" pamit Winwin.
 
'Kita lihat, apa kau akan kencan dengan Jisoo atau berakhir di tengah jalan.' batin Jaehyun.
 
"Hei, berapa lama obatnya akan bereaksi? Kalau sampai dia sakit perut di jalan. Bagaimana?" tanya Mingyu sedikit khawatir.
 
"Ayo, kita ikuti. Siapa tahu kita bisa bantu dia di jalan." ajak Jaehyun.
 
Mingyu dan Jaehyun mengikuti Winwin dengan mobil. Sedangkan Winwin mengendarai motor.
 
Setelah menempuh jalan beberapa meter. Winwin merasakan matanya begitu kantuk, bahkan kepalanya terasa berat dan sedikit pusing. Tapi, dia terus mengendarai motornya dan mengurangi kecepatannya. Lambat laun, matanya semakin berat tapi Winwin berusaha untuk tetap seimbang sampai akhirnya ada cahaya terang yang menyilaukan dari arah depan.
 
BRAKK
KRAKK
 
Jaehyun dan Mingyu langsung berhenti. Mereka berdua langsung turun dari mobil dan berjalan tertatih melihat seseorang terkulai tak berdaya, sedangkan motornya hancur. Tidak ada seorangpun di sana karena kebun dan hutan. Mobil truck yang menabrak langsung kabur.
 
Kedua kaki Jaehyun lemas, otaknya tidak mampu untuk berfikir. Mingyu juga sama. Mereka terus mendekat, tubuh Jaehyun gemetar saat itu juga, lidahnya kelu tak mampu berucap.
 
"Win–winwin-ya," ucap Mingyu terbata-bata dan suaranya bergetar.
 
Entah apa yang terjadi. Mingyu yang masih kuat menahan kedua kakinya untuk tetap berdiri kokoh. Langsung menarik Jaehyun.
 
"Ayo kita pergi dari sini! Jangan sampai ada yang melihat. Mereka akan mengira kita pelakunya. Ayo!"
 
"Tidak! Aku harus memanggil ambulan dan_"
 
"Dasar bodoh! Kau ingin di penjara huh?! Sudah biarkan saja. Dia juga sudah tidak bernyawa. Ayo pergi!" Mingyu menarik Jaehyun, menyeretnya dengan kuat karena Jaehyun meronta-ronta.
 
Mereka langsung pergi meninggalkan Dong Si Cheng yang sudah tidak lagi bernyawa. Kondisinya juga sangat mengerikan, helmnya hancur menyatu dengan wajahnya, tangan dan kakinya patah dan motornya juga hancur.
 
Jaehyun shock berat. Dia diam terduduk dengan tatapan kosong. Sedangkan Mingyu uring-uringan dan gelisah.
 
"Kenapa bisa ini terjadi? Harusnya dia sakit perut, kan?"
 
"Tidak, itu bukan obat sakit perut."
 
Mingyu mengernyitkan dahinya, jantungnya semakin terpacu.
"Lalu? O–obat apa yang kau---"
 
"Itu obat tidur. Aku memberinya obat tidur dengan dosis yang lebih banyak."
 
"Apa?! Ka–kau sudah gila Jung Jaehyun!" Mingyu menarik baju Jaehyun, mencengkram keras kerahnya membuat pemuda itu sedikit mendongak karena terangkat. "Kau, kenapa kau berbohong padaku! Kau sudah menipuku, bahkan kau sudah membuat sahabat kita menjadi korbanmu! Kau pembunuh!" teriak Mingyu.
 
BUGH!
 
Satu pukulan keras berhasil membuat Jaehyun tersungkur.
 
"Buang botol obat itu! Bila perlu bakar agar tidak meninggalkan bukti. Kalau nanti, polisi menemukan kita."ujar Mingyu.
 
"Jung Jaehyun!"
 
"Diam! Iya, aku memang melakukan ini semua tapi, kenapa kau malah membiarkan Winwin tergeletak di sana huh?! Setidaknya kita masih bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memindahkan jasadnya ke rumah sakit!" Kelakar Jaehyun.
 
"Apa kau ingin di penjara? Kau tidak sadar dengan kondisi jalanan yang sepi. Bahkan truck itu kabur karena tidak ada seorangpun di sana. Kalau nanti kau menelpon ambulam atau lainnya, mereka akan mengira kalau kita yang menabraknya! Silahkan kalau kau ingin di penjara. Tapi, jangan melibatkan aku." Tandas Mingyu.
 
***
 
"Aku benar-benar menyesal. Aku pikir, dengan kepergian Winwin. Aku bisa mendekati Jisoo dan bersamanya. Tapi, Jisoo masih memikirkan Winwin bahkan dia bilang, kalau dia ada janji dengan dia."
 
"Ba–bagaimana bisa? Apa Jisoo sudah tahu kalau Winwin tidak ada, lalu---dia berhalusi karena masih belum menerima kepergiannya atau--- Winwin benar-benar masih hidup. Tapi, kondisinya saat itu kan_"
 
"Aku harus pergi menemui Jisoo. Aku harus mengatakan padanya kalau Winwin_"
 
"Jangan! Kita harus tetap diam." sela Mingyu.
 
-@@@-
 
Winwin dan Jisoo sudah berkeliling bersama. Mulai dari makan, jalan-jalan ke pasar malam dan bersenang-senang. Sampai waktunya Jisoo untuk pergi karena ada tugas kelompok di rumah salah satu temannya.
 
Winwin mengantar Jisoo sampai ke rumah temannya. Saat Jisoo menyuruhnya untuk pulang, dia masih diam sambil tersenyum memandangnya.
 
"Kenapa? Apa kencannya masih kurang?" tanya Jisoo.
 
Winwin memeluk Jisoo. "Terima kasih sudah memenuhi keinginanku. Hutangku padamu sudah lunas."
 
"Hu–hutang?! Memang Gege berhutang padaku? Kenapa mengatakan sesuatu yang aneh seperi itu?"
 
Winwin terus tersenyum. "Hutang kencan yang waktu itu. Malam ini sudah tebayar, kan? Maaf, karena tidak bisa menepati janjiku malam itu dan mulai sekarang, mungkin tidak bisa berkencan lagi, karena---"
 
 
"Yak! Kenapa kau bicara seperti itu eoh?! Jangan membuatku takut! Gege bicara seolah-olah akan pergi selamanya." pungkas Jisoo yang perasaanya tiba-tiba tidak enak.
 
"Gege akan pergi. Ayah dan ibu memintaku untuk ikut ke sana. Tempat yang jauh dan mungkin terlihat sangat indah." tutur Winwin.
 
Jisoo ingin sekali menangis. "Ya ampun! Gege akan pergi, kemana? Sampai kapan? Kau akan kembali ke Korea, kan?"
 
Gege mengangguk. "Aku akan pergi ke luar negeri dan akan kembali."
 
"Kalau begitu, Kau harus menghubungiku setiap hari. Hati-hati ya. Aku akan selalu setia menunggu Gege."
 
Winwin menggeleng. "Jangan menungguku. Jalani hidupmu seperti biasa saja, ya." tegasnya.
 
Pria itu menatap dalam Jisoo, entah kenapa tatapannya begitu kosong. Lalu menciumnya dengan begitu lembut sambil memeluknya erat.
 
"Aku pergi ya." pamit Winwin.
 
Jisoo mengangguk. "Hati-hati. Kalau sudah sampai di rumah. Hubungi aku, ya."
 
Winwin hanya tersenyum lalu pergi dengan motornya.
 
-@@@-
 
Jaehyun menemukan botolnya dan masih ada sisa obat di dalamnya. Dia benar-benar stress saat ini. Dia mencoba mengeluarkan sisa obatnya dengan tangan yang gemetar.
 
"Aku tidak bisa hidup seperti ini terus, aku harus mengakhiri semuanya. Aku harus menebus semua kesalahanku." gumamnya lalu memasukan semua sisa obatnya kemulut.
 
"Jaehyun-ah,"
 
Jaehyun berhenti saat hendak meminum obat-obat itu. Dia terkejut melihat seseorang berdiri tidak jauh darinya. Wajah pucat dengan senyum mengembang.
 
"Wi–winnie?! Ba–bagaimana bisa k–kau_"
 
"Aku ingin pamit padamu dan juga Mingyu."
 
Jaehyun menangis, dia segera berlutut di depan sahabatnya. "Maafkan aku Winwin-ah. Aku tidak bermaksud untuk membuatmu seperti ini. Aku hanya ingin mengerjaimu karena_"
 
"Tidak Jaehyun-ah, ini semua bukan kesalahanmu. Aku hanya lalai."
 
"Tidak, itu semua salahku. Kalau saja aki tidak memberimu obat tidur ditambah dosis yang tinggi, kau tidak akan merasa kantuk dan akhirnya tidak konsentrasi. Sampai menyebabkan_"
 
"Ini sudah takdir. Tapi, kenapa kau lakukan itu padaku?"
 
"Aku melakukannya karena, aku tidak ingin kalau kau kencan dengan Jisoo. Aku tidak rela kau bersama Jisoo. Aku menyukainya bahkan lebih dulu sebelum kau. Tapi, kau malah bersamanya."
 
"Maafkan aku, Jaehyun-ah."
 
Jaehyun menggelengkan kepalanya. "Tidak, kau tidak perlu minta maaf. Aku yang harusnya minta maaf. Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku Winwin-ah, aku menyesal."
 
"Tidak ada yang harus kau sesali. Aku sudah memaafkanmu. Yang perlu kau lakukan adalah hiduplah dengan baik dan jagalah Jisoo, buatlah dia bahagia bersamamu."
 
Jaehyun terkejut mendengarnya. Tangisanpun meledak. Mingyu pun datang, saat itu juga di terkejut bahkan tersungkur karena menabrak kursi.
 
"Wi–winwin?! Ka–kau kan_"
 
"Mingyu-ah, aku ingin pamit. Terima kasih, karena kalian sudah menjadi sahabat ku. Hiduplah dengan baik. Selamat tinggal." Winwin perlahan memudar lalu menghilang.
 
-@@@-
Sementara itu Jisoo yang sudah sampai rumah, melihat koran yang berserakan di lantai. Bukan anak kecil ataupun sang ayah yang membuatnya berantakan. Tapi, karena anjing miliknya yang merobek-robeknya.
 
Saat mengambil salah satu koran. Dia membaca judul di salah satu halamannya.
 
Tangannya gemetar, kedua kakinya langsung lemas sampai terduduk. Dia menggeleng sambil menutupi mulutnya. Matanya memanas mengeluarkan air matanya.
 
Dia membaca berita yang tertulis. Beberapa hari yang lalu. Tentang pemuda dengan identitas bernama Dong Si Cheng berusia 25 tahun.
 
Jisoo tidak percaya. Dia segera menghubungi nomor Winwin tapi tidak aktif. Dia semakin panik dan kalap. Dilihatnya jam dinding menunjukan pukul 22:30 kst. Tanpa pikir panjang, Jisoo segera pergi menuju ke suatu tempat. Tidak peduli malam sudah semakin larut dan dingin tapi jalanan Seoul masih ramai.
 
Jaehyun menangis. Mingyu hanya bisa menepuk - nepuk bahunya untuk menenangkan. Bukannya kuat, tapi Mingyu mencoba untuk kuat karena tidak ingin membuat Jaehyun semakin terpuruk, saat ini.
 
Jisoo sampai di tempat di mana mereka janjian untuk kencan pertamanya. Firasatnya yang terasa aneh dan ucapan Winwin yang seolah ingin pergi jauh itu ternyata ini jawabnnya.
 
Dan selama ini juga. Ternyata Jisoo jalan bersama bayang-bayang Winwin. Pantas saja orang-orang di sekelilingnya sampai bibi yang menjual jajanan pinggir jalan aneh melihatnya. Karena Jisoo bicara sendiri.
 
Kencannya tadi, adalah kencan pertama dan terakhirnya. Jisoo menangis sejadi-jadinya di tempat itu. Perasaannya benar-benar terluka dan hancur.
 
 
-END-
Tempat Singgah, Juni 2022

Kumpulan Fanfiction Oneshoot dan TwoshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang