Penyihir Tanpa Tongkat

61 8 0
                                    

BY: Meyrum

Angin bertiup pelan menerbangkan rambut silver milik Claire. Remaja cantik berumur 15 tahun itu terlihat sangat serius. Mata coklatnya bergerak mengikuti setiap bait tulisan yang dibacanya.

'Mereka yang jiwanya murni akan abadi menjadi pengikut para dewa. Terbang mengelilingi dunia dan menjadi pengantar para pahlawan menuju nirwana

Tarararam Parararam Voila Afaksia kau akan menjadi penghubung antara manusia dan roh jika bisa menguasai mantra ini dengan baik dan benar'.

"Tarararam parararam voila afaksia," ucap Claire pelan sambil menutup gulungan yang berisi mantra sihir tingkat tinggi. Gulungan yang baru saja didapatkannya beberapa hari lalu saat memasuki gua milik petapa tua yang telah lama memasuki alam dewa.

"Claire, apa yang kau lakukan di atas sana," teriak Huugoi sambil mendongakkan kepalanya.

"Tidak ada, Hugoi. Aku hanya menikmati hembusan angin. Dari mana saja kau seharian ini?"

"Aku … Turunlah aku punya sesuatu untukmu, Clai." Huugoi melambaikan tangannya.

"Clai, berapa kali aku harus mengatakan padamu untuk berhenti bermain-main. Ingatlah kita adalah seorang Witch.

Claire melompat turun dari pohon setinggi dua meter dengan mudah. Gaun ungu dengan gradasi emas di bawahnya menambah kecantikan gadis penyihir itu.

"I'm not kidding, Huugoi. Didn't I say I was enjoying the wind. Dan satu lagi, never ever akan statusku sebagai seorang penyihir. Itu seperti penghinaan yang terdengar di telingaku," dengus Claire sebal dengan raut wajah marah yang semakin memperlihatkan kecantikannya.

"Mengapa? Bukankah semua ucapanku benar adanya, penyihir?" tanya Huugoi menekan kata-kata terutama saat menyebutkan kata penyihir.

Claire menatap teman satu-satunya yang dia punya. Hanya Huugoi–lah orang yang mengerti dirinya selain kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia beberapa tahun lalu. Jangan pernah kalian berpikir jika menyandang gelar penyihir lalu tidak bisa mati. Tidak! Tidak seperti itu sama sekali konsepnya. Buktinya orang tua Claire mengalami kematian yang tragis saat melawan ras iblis dalam sebuah pertarungan.

"You're right, Huugoi.  Tetapi apa ada penyihir seperti diriku yang tak memiliki tongkat sihirnya?" tanya Claire sambil mengembus nafas pelan.

Huugoi menatap Claire dengan prihatin. Remaja pria dengan tubuh gemuk itu tak tahu harus mengatakan apa lagi saat seperti ini. Dia ingin membantu tetapi tidak tahu bagaimana caranya.

"Kau tahu, Huugoi. Aku telah menghapal banyak mantra sihir. Namun, semuanya terasa sia-sia. Itu tidak akan berguna jika tanpa tongkat sihir yang mendukung." Claire berjalan di depan Huugoi lalu duduk di atas rerumputan hijau.

Saat ini mereka berada di atas bukit Stars yang memperlihatkan semua pemandangan yang ada di bawahnya. Desa tempat tinggal Claire dan Huugoi salah satunya.

"Oh ya, ada apa kau mencariku."

"Ketua ada memintaku untuk memberikan ini padamu," ucap Huugoi lalu menyerah sebuah gulungan yang terlihat tua pada Claire.

"Dia juga mengatakan agar kau berhati-hatilah dan semoga berhasil. Kau adalah seorang yang terpilih katanya," lanjut Huugoi.

"Terpilih? Apa maksudnya?"

"Entahlah!" Huugoi mengangkat kedua bahunya.

"Tidak, tidak. Tidak sekarang Clai. Tetua mengatakan kau harus membukanya saat seorang diri saja." Huugoi memperingati Claire yang ingin melepaskan ikatan pada gulungan itu.

KUMCER Opmem Gen 7 WGAWhere stories live. Discover now