Akhirnya So Eun mulai berbalik dan menciptakan langkah untuk segera menyingkir dari hadapan Kim Bum. Sungguh, So Eun bisa berubah menjadi daging merah jika terus di sana

"So Eun..."

"Oh Sialan...", Umpat So Eun dalam hati sambil menahan langkah kaki mendengar Kim Bum memanggilnya. Apapun itu, haruskah pria itu mengatakannya saat ini? Dalam keadaan ini?

So Eun berbalik dan memasang senyuman paksa paling hebatnya. Kemudian dilihatnya Kim Bum menunjuk ke arah kanan.

"Pintunya di sana", ujar Kim Bum yang seketika menambahi malunya So Eun berkali lipat menyadari kecanggungan itu membuatnya lupa letak pintu kamar Kim Bum.

"Benar, pintunya", balas So Eun dengan senyuman kikuk. Kemudian melanjutkan langkah keluar dari sana untuk pulang atau ke neraka sekalian.

Kim Bum tidak lagi menjawab, ia hanya berdecak keras mengutuk dirinya sendiri setelah So Eun benar-benar menghilang dari kamarnya.

Ya, ini bukan persoalan So Eun atau dengan siapa dirinya tidur. Tapi mengapa ia sampai di titik sekacau itu, hingga kehilangan kendali terlalu parah. Dia bahkan tidak pernah terpikir melirik seseorang, sekarang dia meniduri seseorang? Dan itu Sekretarisnya sendiri? Serusak itukah sudah dirinya karena patah hati?

"Mengapa orang sepertiku bisa hidup?" Decak Kim Bum pada diri sendiri sambil membuang napas. Berjalan menuju kamar mandi karena dia harus membersihkan diri dan bekerja.

Sekacau apapun saat ini pagi dan juga harinya, Kim Bum harus tetap melakukan apa yang harus dilakukan. Dia tetap harus pergi ke kantor, dia bukan pemilik perusahaan yang bisa datang kapanpun dia mau. Kim Bum masih digaji, dan masih bekerja untuk orang lain, artinya apapun alasannya Kim Bum harus tetap melakukan kewajiban. Salah satunya tetap ke kantor seburuk apapun pikiran dan hidupnya.

Tentang So Eun? Baiklah, itu biar menjadi urusan nanti. Bagaimana mereka saling menghadapi, atasi saat bertemu saja.

Ya, Kim Bum dan So Eun adalah orang dewasa. Hal-hal yang mereka lakukan sudah tidak aneh jika terjadi. Tidak perlu membuatnya semakin rumit dengan membawa-bawa dosa.

-Love Me, Love Me Not-

Kim Bum memerlukan puluhan menit untuk bersiap ke kantor, dan 45 menit lebih mengemudi di jalan, dan beberapa menit melalui basement hingga sampai di lantai kantor dimana ia bekerja.

Beberapa langkahnya disapa pagi para Karyawan di sana, dan seperti biasa Kim Bum menebar senyum. Berjalan menapaki lantai untuk sampai di ruangannya.

Langkah itu harus diinterupsi oleh getaran ponsel pada saku coatnya. Di depan pintu masuk ruangannya, Kim Bum sempat mengeluarkan ponsel, memeriksa siapa yang memiliki kepentingan dengannya sepagi ini.

Sambil mendorong pintu ruangan, Kim Bum membaca namanya dan segera ia mengehala napas. Tidak ada hentinya Kim Ji Won melakukan panggilan. Secinta itu sang mantan kekasih, dan Kim Bum sok menjadi Tuhan yang mengetahui hal terbaik untuk Ji Won dengan meninggalkannya.

Diputuskan Kim Bum mengabaikan panggilan itu, kemudian meredupkan ponsel kembali. Setelah mulai menciptakan langkah ke dalam sambil memasukkan ponsel itu kembali ke dalam saku. Namun, tiba-tiba langkahnya berhenti tak sengaja bertemu mata dengan So Eun, sang Sekretaris yang ternyata sampai di sana lebih dulu.

Untuk sampai di ruangan kerja Kim Bum, memang dipintu utama harus melewati Sekretarisnya lebih dahulu sebelun Kim Bum. Kemudian dinding kaca yang menjadi pemisah ruangan mereka.

Jadi, untuk siapapun yang memiliki kepentingan dengan Kim Bum, mereka harus melewati So Eun dahulu.

Tak sengaja bertemu, dilihatnya So Eun segera mengalihkan tatapan ke arah lain, dan membungkuk singkat kepadanya.

Love Me, Love Me NotWhere stories live. Discover now