Your Parents Like Me, You Do Know That, Right?

212 34 26
                                    

Bright keluar dari maserati hitam miliknya. Ia menatap ke sekeliling rumah bercat putih di hadapannya. Tidak terlalu besar, namun juga tidak bisa dikatakan kecil.

Ia berjalan mendekat ke pintu gerbang, namun sebelumnya ia mengambil sebuah bingkisan di kursi penumpang dan mengunci otomatis pintu mobilnya.

"Ya, siapa disana?"

Suara dari intercom terdengar usai Bright memencet bel.

"Saya Bright teman kuliah Tu. Bisa bertemu dengan Tu?"

Tak ada jawaban yang Bright dengar setelahnya selain suara kunci pintu yang dibuka secara otomatis.

Dengan sedikit linglung, Bright masuk ke dalam pekarangan rumah Tu. Memperhatikan seluruh tumbuhan yang terlihat sangat terawat, belum lagi suara gemericik air kolam ikan yang membuat suasana pekarangan itu terasa syahdu.

Sudut-sudut bibir Bright tertarik keatas.

Nyaman.

Itu adalah kata yang langsung muncul di pikiran Bright usai merasakan suasana rumah Tu.

Pemuda itu hampir mengumpat kasar saat pintu di depannya tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok wanita berumur empat puluhan yang kini tengah tersenyum kearahnya.

"Halo ganteng." Sapa wanita itu ramah. "Cari Tu ya? Dia kebetulan lagi keluar sebentar. Tunggu di dalem aja, yuk."

Dengan kaku Bright mengikuti langkah wanita itu memasuki rumah. Beberapa kali matanya tak sengaja menatap jejeran foto Tu yang di pajang diatas meja hias. Dan beberapa kali pula ia tersenyum kembali.

"Nah, kamu boleh nunggu Tu disini." Ujar wanita itu sambil menunjuk sebuah set sofa yang menghadap langsung ke arah kolam renang.

Bright mengangguk sopan, "oiya tante..." Panggilnya pelan sambil menyerahkan sebuah parcel buah, "ini bingkisan dari saya, semoga Tu cepet sembuh."

Alis wanita itu terangkat, "cepat...sembuh...?" Ulangnya dengan keheranan. Namun sedetik kemudian ia terkekeh pelan, "aduh anak muda, tante jadi inget waktu berantem sama om dulu. Tante sempet bohong ke om, bilang kalo lagi sakit biar om nengokin. Persis kayak yang sekarang Tu lakuin ke kamu."

"Hah?"

Wanita itu tersenyum lagi, "kelarin masalah kalian, ya? Tante mau ke belakang dulu. Bentar lagi Tu pulang, kok."

Usai mengatakan hal tersebut, wanita yang Bright yakini adalah ibu dari Tu Tontawan itu berlalu meninggalkannya sendirian di ruang keluarga. Dan Bright langsung tertawa kesal karena menyadari ia berhasil di bohongi oleh seorang Prim Chanikarn.

Tak lama suara pintu terbuka dan membuat Bright segera mendatangi sumber suara. "Gua gak pernah nyangka seorang Tu Tontawan absen kuliah." Ujarnya pada gadis yang baru saja memasuki rumah.

Tu yang tengah menutup pintu langsung berbalik dan terkejut melihat sosok Bright Vachirawit yang berdiri sambil memasukan kedua tangannya ke saku celana; memandangnya dengan tatapan mengintimadasi.

"K-kok...kamu bisa tau rumah saya??" Tanya Tu yang kini meremas kuat-kuat plastik minimarket yang ia genggam.

Bright tersenyum sinis, "sakit ya katanya?" Pemuda itu lalu meneliti sosok Tu dari atas kepala hingga ujung kaki. "Tapi kok gak keliatan ya, Tu?"

"U-udah mendingan." Jawab Tu tergagap.

Bright mengangguk, "tapi nyokap lu kayaknya juga baru tau kalo lu sakit."

Mata Tu kini membulat. Ia meringis sebelum akhirnya menatap nyalang ke arah Bright, "ekhem, jadi kamu udah tau kan kalo saya bohong?" Ujar Tu dengan percaya diri. "Itu tandanya saya gak mau ngeliat kamu, makanya saya bohong sakit. Sampe sini kamu paham, kan? Udah, sana pulang!"

Bright langsung menahan lengan Tu yang berjalan melaluinya begitu saja. Menarik lengan kurus itu agar mendekat kearahnya. Tatapan Bright sangat tajam kearah Tu. Ia benar-benar tak suka diperlakukan seperti parasit oleh gadis itu.

"Lu tuh..." Ucapan Bright terpotong karena pintu rumah Tu tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok pria berumur dengan setelan jas yang berhasil memancarkan aura kharismatik di mata Bright.

Pria itu sempat mengernyitkan dahi melihat anak gadisnya yang berdiri berdekatan dengan seorang pemuda di depan pintu rumahnya, namun sedetik kemudian pria itu tersenyum hangat, "loh Tu, kok temennya gak disuruh duduk?"

Tu mengerjapkan matanya cepat dan dengan tergagap ia menjawab pertanyaan ayahnya, "i-itu...di-dia...udah mau pulang...iya, dia udah mau pulang!"

Bright langsung menoleh cepat kearah Tu. Mau pulang katanya? Bright saja baru tiba, dan ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa tak akan pulang sebelum mendengar Tu akan masuk kuliah dan menjadi mentornya esok hari.

Pria berumur yang masih kharismatik itu kini menatap Bright dengan tatapan yang sulit diterka. Membuat Bright akhirnya tersenyum canggung pada pria yang ia yakini adalah ayah Tu Tontawan.

"Siapa nama kamu, nak?" Tanya ayah Tu pada Bright dan dengan penuh sopan santun pemuda itu menjawab dengan menyebutkan namanya. "Nah nak Bright, sebentar lagi makan malam. Kamu makan disini saja dulu baru pulang."

Tu melebarkan kedua matanya usai mendengar tawaran sang ayah kepada pemuda yang Tu harapakan segera pulang dan tak mengganggunya itu. "P-pah..." Cicitnya pelan. "Bright mau pulang, dia barusan udah pamit."

Untuk ke sekian kalinya Bright kembali menoleh kearah Tu. Ia mengerling malas ketika menyadari bahwa gadis itu akan melakukan apa saja agar membuatnya pulang.

Ayah Tu tersenyum penuh arti melihat gelagat Tu beserta pemuda yang belum ia ketahui lebih lanjut apa statusnya di hidup putri kesayangannya itu. "Kalau nak Bright tidak keberatan untuk sedikit lebih lama disini, om pasti senang sekali."

"Papa!" Teriak Tu yang tak terima Bright diperlakukan sehangat itu oleh ayahnya.

Bright tersenyum tipis, sangat tipis hingga orang tidak menyadari bahwa ia tengah tersenyum. "Saya takut ngerepotin om dan tante." Jawabnya sopan, berusaha sebisa mungkin terlihat merendah, meski rasanya ia ingin sekali menggoda Tu yang kini pasti seperti cacing kepanasan.

Ayah Tu terkekeh, berjalan mendekat ke arah Bright lalu menepuk pelan bahu sebelah kiri pemuda itu. "Gak ngerepotin kok. Toh biar om ada temen makan. Soalnya anak bujang om, lagi gak ada di rumah."

Bright tersenyum hangat sebagai balasan atas ucapan dari ayah Tu. Ia menoleh sebentar kearah Tu, melempar tatapan mengejek kepada gadis itu sebelum akhirnya menerima tawaran ayah Tu dengan senang hati.

Tu yang kini masih dilanda shock akibat dualisme sifat Bright yang berbeda itu, bahkan tak menyadari bahwa dirinya sudah ditinggal sang ayah yang telah berlalu ke ruang makan bersama Bright.

Hati Tu makin gondok kala melihat bagaimana sikap hangat ibunya yang menawarkan Bright berbagai makanan untuk dicoba pemuda itu, atau bagaimana ayahnya yang selalu memancing obrolan antar keduanya hingga beberapa kali mereka tertawa.

Dan disaat seperti itu, Tu berani sumpah ia melihat Bright yang sengaja menoleh kearahnya, lalu menggerakan bibirnya seperti memberitahu Tu sesuatu tanpa suara.

"Orang tua lu suka sama gue, lu tau, kan?"

.

.

.

Tbc

Makasih buat support kalian semua 💞💞
Aku terharu 🤧

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DATING #BrighttuWhere stories live. Discover now