01. Malaikat Maut

1.8K 83 4
                                    

_____________

"Ayudya Riana!" Seruan itu membuat seisi kelas menoleh pada gadis yang saat ini menundukkan kepalanya ke bawah.

Bukan, gadis itu bukan tertidur. Tetapi bermain ponsel disaat kelas kuliah sedang berlangsung. Gadis bernama lengkap Ayudya Riana itu seketika menoleh dengan wajah pias khas seseorang yang tengah tertangkap basah melakukan kesalahan. Ya jelas namanya kesalahan, Dosen didepan sedang menerangkan, ia malah asyik bermain ponsel dilaci meja.

Apalagi kali ini adalah kelasnya Malaikat Maut. Sudah pasti tak akan selamat dengan nilai dan juga hukumannya yang tak manusiawi. Terkiller dari dosen-dosen killer lainnya di Kampus ini.

"Sedang apa kamu! Apa yang kamu lihat dibawah? Bermain ponsel di jam kelas berlangsung?" Cerca Malaikat Maut yang tak lain adalah Arghario.

"Mampus lo Ri! Malaikat Maut udah nunjukin taringnya." Celetukan pelan itu mampir ditelinga Riana dari salah satu teman yang duduk tak jauh darinya. Dapat dipastikan jika hanya orang yang disekitar Riana saja yang bisa mendengarnya. Sementara Dosen yang kerap disapa Pak Argha itu tak akan mendengarkannya.

"Ke depan sekarang juga!" Ucap Pak Argha dengan tegas.

Riana yang wajahnya sudah memucat hanya bisa menunduk, malu, kesal, dan takut sekaligus. Kira-kira, apa yang akan dilakukan Dosen tampan itu padanya saat ia maju ke depan? Apakah ia disuruh keluar dari kelas? Atau membuat makalah 100 lembar? Masalahnya, riwayat para mahasiswa yang mendapat hukuman dari Malaikat Maut tak ada yang bisa selamat alias nyerah dan tepar tak berdaya selama seminggu lebih. Riana takut sekali dengan hukuman yang mungkin akan diberikan Pak Argha padanya.

"Dalam hitungan ke tiga jika kamu tidak ke depan juga, saya akan seret kamu!" Ucap Pak Argha yang sudah kesal melihat Riana yang hanya diam saja.

"Saya tidak main-main Riana!" Ungkap Pak Argha. Kilat tajam dari mata Malaikat Maut membuat siapapun yang melihatnya bergidik ngeri.

"Satu!" Ucap Pak Argha yang kini mulai menghitung. Ia tampak berang karena Riana tak kunjung maju.

Semua mahasiswa dan mahasiswi teman Riana menoleh, dan menyuruh Riana untuk segera maju. Riana bahkan kini sudah gemetar melihat Dosen tampannya itu marah. Tidak maju maka resikonya ia akan dipermalukan didepan teman-teman kelasnya. Jika maju pun juga akan tambah malu karena mungkin Pak Argha akan mencak-mencak padanya.

"Dua!" Kembali terdengar suara dosennya itu menghitung.

Riana memejamkan matanya, menguatkan hatinya. Jika ia tidak akan apa-apa jika maju ke depan menghadap Dosen tampannya. Ia yakin, Pak Argha tidak mungkin akan memukulnya. Baiklah, Riana akan maju ke depan.

Riana beranjak, tak lupa meletakkan ponselnya di laci meja, dan mulai melangkah maju ke depan kelas. Pak Argha yang melihat itu berdecak sangat kesal.

"Bawa ponselmu juga, Riana!" Titah paduka raja Argha.

Dan mau tidak mau, Riana kembali ke mejanya. Mengambil ponselnya yang ia tinggal di laci meja. Sampai dihadapan Pak Argha, Riana menggenggam erat ponselnya karena Pak Argha sudah mengulurkan tangannya. Meminta ponselnya yang kemungkinan akan dilihat isinya atau yang terparah, akan disita. Tamat sudah riwayat Riana kali ini.

"Berikan ponselmu, Riana!" Tegur Pak Argha karena Riana tak kunjung memberikan ponselnya pada Dosennya yang tampan itu.

Dengan berat hati Riana memberikan ponselnya pada Argha. Argha yang mendapati ponsel Riana berpassword langsung menyodorkan kembali pada Riana.

"Buka, dan atur jangan di password lagi!" Ucap Pak Argha.

"Tapi Pak-" belum sempat menyuarakan protestannya, Pak Argha malah menatap Riana dengan tajam.

Istri Rahasia Sang Dosen | [On Going]Where stories live. Discover now