*Ceklek, pintu kamar terbuka... Tay masuk ke kamar krist tanpa mengetuk pintu.

"Ayo makan bersama" ucap tay.

"Tidak"

"Ini hari pertama mama dan off pulang! Jangan membuat ulah, matikan rokok mu krist!"

Krist masih setia menghisap rokoknya tanpa menghiraukan ucapan kakaknya itu. Wajah tay memerah menahan amarah, krist benar-benar keras kepala.

Tay merebut rokok tersebut dari tangan krist dan membuangnya begitu saja.

"Jangan sentuh benda itu lagi!"

"Jangan mengatur hidup ku!"

"Apa kamu tak dengar apa yang di katakan off tadi? Jangan menyentuh rokok!"

Krist masih diam dan masih menatap ke bawah mengabaikan keberadaan tay di sampingnya.

"Aku tunggu di meja makan" ucap tay sembari berlalu pergi dari sana.

Setelah tay keluar krist juga keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur, semua sudah menunggunya di sana, krist duduk di samping off baru mereka memulai makan siang.

"Apa kamu merokok krist?" Tanya off.

"Tidak phi" ucap krist.

Dia benar-benar ceroboh, seharusnya ia mengganti pakaian dan mencuci mulutnya lebih dulu tadi.

"Aku tak mau kamu merokok, pikirkan kesehatan mu krist" ucap off.

"......."

"Aku selesai" ucap krist sembari melepas sendoknya.

"Apa masakan ku tak enak?" Tanya singto.

"Pantas saja, benar-benar tak enak" ucap krist sembari berlalu pergi dari meja makan.

"Masakan mu enak sing" ucap off, membuat singto tersenyum mendengarnya.

Setelah makan siang bersama, tay membawa mamanya ke kamar sedangkan singto membantu off ke kamarnya.

"Phi sakit apa?" Tanya singto, namun off hanya diam.

"M-maafkan aku"

"Tidak masalah, dari mana asal mu?"

"Dari kota X dan baru beberapa minggu pindah ke sini"

"Sering-sering main ke sini"

"Aku bahkan setiap hari ke sini"

"Benarkah?"

"Hmm, aku mengganggu phi krist berkerja dan sekarang aku ingin mengganggunya lagi" ucap singto sembari beranjak.

"Phi off selamat istirahat"  ucap singto.

"Iya"

Singto keluar dari kamar off dan berjalan menuju kamar krist kemudian masuk begitu saja. Bau asap rokok memenuhi ruangan kamar krist sehingga membuat singto merasa sesak, singto membuka pintu yang menghubungkan ke balkon kamar agar udara bisa masuk dan menghidupkan AC.

Ia melihat krist yang sepertinya tengah berkerja. Bahkan tak menghiraukan kedatangannya itu, jangan lupakan rokok yang selalu bertengger manis di celah bibirnya, sudah seperti menghisap permen bahkan seperti oksigen untuk krist.

"Phi lagi apa?"

"Sibuk" jawab krist singkat.

Krist sudah tak heran lagi jika melihat anak kecil tak tahu malu masuk ke dalam kamarnya dan menganggap kamarnya seperti miliknya sendiri.

Ia sudah sering menegur singto agar tak melakukan itu tapi singto tetaplah singto, ucapan krist seperti tak terdengar olehnya. Bahkan berulang kali di usir keesokan harinya singto tetap kembali lagi ke rumahnya.

"Apa kamu tak punya kegiatan lain selain mengganggu ku!"

"Lagi pula aku juga tak punya teman, mama sedang berkerja jadi di rumah tak ada siapa-siapa"

"Bukankah ada phi off, phi tay, phi new dan juga ajun, banyak orang di rumah ini, sing! Jangan ganggu aku!"

"Phi off sedang istirahat, ajun di suruh tidur siang oleh phi new, sedangkan phi tay aku tak melihatnya lagi setelah makan tadi"

"Ajun tidur siang? Itu berarti kamu juga harus tidur siang"

"Aku tidak mengantuk, lagi pula aku bukan anak kecil lagi yang harus di suruh tidur siang tepat waktu"

"Cih, tak sadar diri" gumam krist.

"Aku memang sudah dewasa"

"Jika sudah dewasa pasti tahu membedakan orang menyukai kehadiran mu atau tidak"

"Aku tahu phi krist tak menyukai kehadiran ku"

"Benar, sekarang pergi dari kamar ku! Jangan pernah ganggu aku lagi!"

"Sudah ku bilang aku tak punya teman lagi yang bisa ku ganggu"

"Aku bukan teman mu!"

"Tapi aku menganggap phi krist teman ku"

"Apa kamu tak kuliah?"

"Apa phi ingin mengenal diri ku lebih dalam? Baiklah aku ceritakan aku tak kuliah, aku hanya tamat SMA mama sudah sering memaksa ku untuk kuliah, tapi aku tak mau. menyelesaikan pendidikan SMA saja sudah cukup berat bagi ku jadi aku tak mau membebani diri ku lagi dengan masuk universitas dan sampai sekarang di usia ku yang sudah menginjak 20 tahun aku masih berstatus pengangguran"

Krist benar-benar tak mendengar apa yang di ucapkan singto, dia hanya fokus dengan perkerjaannya sedari tadi, apa yang singto ucapkan bahkan tak di hiraukan-nya sedangkan singto masih setia berbicara tentang dirinya, apa yang menjadi kesukaannya dan apa yang tak di sukai-nya walau tak ada sahutan dari krist sekali pun.


















Tbc.

Introvert ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora