PROLOG

6 3 0
                                    

Holaa. Ini cerita perdana aku. Jadi masih amatiran ya, mohon maap.
.
Selamat membaca
.

"Haaa!" teriak seorang gadis menggema di seluruh sudut rumah. Lantas semua yang mendengarnya berlari datang ke arah kamar milik gadis tadi—Violetta.

"Kenapa dek? Kenapa teriak?" tanya seorang pria yang dikenal sebagai ayahnya. Mukanya risau, memandangi tubuh anaknya yang tergeletak di atas lantai, gemeteran.

Mamah dan adiknya juga terlihat sama. Hanya bisa melihat putrinya itu dari luar ruangan—suaminya menghalangi jalan masuk menuju kamar.

"Itu pah! Ada lelaki tiba-tiba muncul di kamar Vio." Dia mengatakannya sambil terbata-taba. Refleks, semua langsung melihat ke arah pojok ruangan, dekat jendela.

Wajahnya sangat segar dan bersih. Benda mengkilat seperti mahkota ada di kepalanya. Juga selendang, warnanya hijau, serasi dengan celananya. Dia tak memakai baju, hanya ditutupi beberapa macam perhiasan sehingga sela-sela tubuhnya bisa terlihat. Lelaki itu balas menatap mereka tanpa takut.

"Ohh lelaki mesum!" Ayah Vio mengumpat. "Bisa-bisanya kau datang kemari, mengganggu putriku, ingin kupukul?" lagi katanya dengan tangan yang sudah mengepal, siap memukul.

Lelaki itu tetap tenang, meskipun ayahnya Vio sudah memasang kuda-kuda untuk memukulnya. Namun tetap saja, bola matanya itu masih sempat memperhatikan satu-satu diantara keluarga ini.

"Jangan Pah! Jangan pukul dia, tenaga dia kuat!" cegah Vio seraya menahan sakit pada perutnya. Lelaki itu yang menyakitinya. Dan dia tak ingin ayahnya juga terluka.

"Kamu gak perlu menahan papah, dek. Sudah seharusnya papah melakukan ini!" Sebuah pukulan langsung dilayangkan ke arah lelaki itu.

Bug!

Suara orang terlempar ke arah dinding. Begitu keras hingga jatuhnya pun terdengar seakan menabrak lantai. "Papah!!" teriak histeris Vio juga yang lainnya. Sang papah tergeletak di atas lantai, langsung pingsan.

"Kau! Apa yang kau lakukan pada suamiku?" bentak Ibu Vio dengan nada bertanya.

"Bukan. Bukan apa yang kulakukan. Hanya aku membalas pukulan miliknya!" ucap lelaki itu dingin. Menakutkan!

Adik Vio menangis. Ibunya sudah bergegas melakukan panggilan darurat. Tapi Vio masih tercengang dengan apa yang terjadi. Lelaki macam apa dia?

"Mah! Telepon ambulance, jangan polisi!" celetuk Vio.

Bersambung...

.
.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya!

Dia BramaKde žijí příběhy. Začni objevovat