Thanks

6.7K 351 42
                                    

"Oppa, lepas. Kau membuatku tak bisa bernapas." Keluh seorang wanita yang terganggu akibat tingkah lelaki dibelakangnya.

"Aku suka memeluk tubuh mungilmu, Jen." Balasnya dengan suara serak. Seakan tak merasa bersalah, dia malah mengeratkan pelukan pada sang kekasih.

"Rasanya bahagia sekali bisa memelukmu seperti ini setiap pagi." Lanjutnya mensyukuri apa yang telah dia dapatkan saat ini.

"Tapi kau selalu mengganggu tidur ku, Oppa." Pungkas wanitanya tak suka.

Tanpa ada terbesit rasa ketersinggungan, sang lelaki membalik tubuh wanitanya. Hingga kedua mata sayu karena tidak tidur cukup itu terbuka sedikit untuk menatap lekat pada sosok didepannya.

"Kenapa kau terlihat semakin menggemaskan ketika merajuk, Jenn? Kau membuatku semakin candu padamu."

Wanita yang berukuran mini ketika disandingkan dengan lelaki yang tengah memeluknya itu, mendongakkan kepala.

"Apa karena itu Oppa memaksaku untuk ikut terbang bersama ke Jeju?"

Senyuman tipis namun begitu tulus dari lubuk hati, terukir di bibir lelaki yang terlihat sangat tampan meskipun dalam keadaan bangun tidur. Surainya yang berantakan bahkan tidak mampu melunturkan pesona yang dimiliki.

"Kita tidak memiliki kenangan seperti anak muda pada umumnya, Jenn. Dan aku rasa, sudah saatnya kita mendapatkannya dan menjauh sejenak dari kesibukan pekerjaan. Apalagi sekarang, aku memiliki banyak waktu luang setelah aku dan teman-temanku memilih untuk fokus pada diri masing-masing."

"Oppa benar. Pekerjaan yang kita lakukan membuat kita harus merelakan masa-masa itu."

"Saat ini aku tengah berusaha menebusnya. Meski kita tidak bisa sebebas itu ketika berada di luar." Katanya seraya memberikan elusan lembut di surai sang wanita.

"Aku bingung Oppa. Apa yang kita lakukan membuatku senang dan sekaligus merasa takut. Aku senang bisa menghabiskan waktu berdua denganmu disela jadwal padatku. Namun aku juga takut jika hubungan kita sampai tercium media."

"Kita sudah cukup lama berada di industri ini, Jenn. Kau tak perlu lagi takut dengan pemberitaan yang diberikan media. Pembenci akan tetap menjadi pembenci. Dan yang menyayangimu akan seterusnya mendukungmu."

"Tidak, Oppa. Kami wanita memiliki kedudukan yang berbeda dari kalian para lelaki. Apa yang kami lakukan akan menjadi sorotan tajam dari masyarakat. Berbeda dengan kalian para lelaki. Bahkan ketika kalian membuat salah, masyarakat masih bisa memberikan pemakluman. Dan ketika kami yang melakukannya, mereka akan memaki kami seakan kami telah melakukan dosa besar yang tak pantas mendapat pengampunan."

"Itu tidak benar. Laki-laki maupun perempuan memiliki nilai yang sama dimasyarakat."

"Oppa bisa berkata begitu karena Oppa belum pernah dicaci maki dengan sebutan pelacur. Oppa tidak pernah dituduh menjadi selingkuhan petinggi perusahaan. Dan Oppa tidak pernah dihujami hujatan atas apa yang tidak pernah dilakukan. Tidak, Oppa. Oppa tidak pernah merasakannya. Jadi jangan berusaha menyangkal kenyataan itu, Oppa." Jelasnya panjang dengan mata berkaca. Hatinya seketika merasakan nyeri mengingat apa yang selalu dia dapatkan dari orang-orang.

Bahkan penggemar yang seharusnya menyukainya pun tak jarang berbalik untuk ikut menyerangnya. Menyedihkan bukan. Harus mendapatkan rasa sakit dari orang-orang yang disayang.

Lelaki itu menghela napas dalam. Mencium penuh arti kening sosok yang berhasil merampas hatinya. Sosok yang menjadi alasan bagi lelaki itu untuk berjuang dalam mempertahankan hubungan mereka.

"Kau sangat hebat, Jenn. Kau kuat menghadapi mereka semua. Aku sangat bangga mencintai wanita sepertimu. Maaf karena aku belum bisa melindungimu dari ujaran kebencian yang mereka berikan.Maaf karena sudah menjadi kekasih yang tidak bisa kau andalkan."

THEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang