"Aku hanya memilih jalan yang benar", jawab jaemin santai, "aku tak perduli dia ayahku atau bukan. Dia bahkan sudah meninggalkanku sendiri demi bisnis kotornya. Disaat aku terpuruk, Baba zhou datang dan mengulurkan tangan nya untukku. Baba zhou baik le, aku merasa aman dan merasakan kasih sayang darinya", Ucap jaemin tulus

Chenle mengangguk membenarkan perkataan jaemin, "Kau benar"

"Ah!", chenle menatap jaemin yang ingin mengucapkan sesuatu

"lusa jisung kembali dari vietnam. Mau menjemput nya?? Aku tau kau merindukannya karena hampir dua minggu ini kau tak bertemu dengannya", jaemin menaik turunkan alisnya untuk menggoda chenle

"Boleh. Aku memang merindukan Bayiku itu"

"Ini sudah malam Jun. Lebih baik kau pulang sekarang lalu beristirahat lah, Jernihkan pikiranmu dan jangan katakan yang tidak - tidak", nasihat taeil kepada jun. Mereka kini sedang berada di cafe untuk mengisi perut yang sedari siang tak terisikan

Jun menyeruput minumannya lalu menatap taeil serius, "Aku serius hyeong! Hyeong hanya perlu menyampaikan apa yang aku katakan kepada mereka"

Taeil menghembuskam nafasnya panjang dan kembali menatap jun dengan tatapan sendunya, "Jangan begini, hyeong mohon..."

Jun tersenyum, senyuman teduh yang mampu membuat dirinya hangat dan melupakan rasa gundah dihatinya tentang amanat yang jun berikan kepadanya

"hyeong kenal betul aku bagaimana. Aku hanya ingin ini semua segera berakhir hyeong. Aku ingin melihat kalian hidup bahagia tanpa adanya lagi ancaman dan tekanan seperti sebelumnya, Percaya padaku hyeong..."

Taeil merintikan air matanya untuk kesekian kalinya karena oknum yang sama, Jun terkekeh lalu mengejek taeil membuat taeil menatapnya tajam

"Katanya Seme, Kok kelakuannya Uke??" 

"diam Kau bocah!!", delik taeil tak terima akan ucapan jun, sedangkan pria munyil itu sudah tertawa. Tawanya jun membuat perasaan taeil menghangat

Setidaknya biarkan renjun merasakan kebahagiaan sebelum hari itu tiba.

"hyeong akan mendukung apapun yang kamu lakukan Jun, jika itu keinginanmu, hyeong tak bisa menghentikannya. Hyeong harap kau selalu bahagia"

Dinegara lain, lebih tepatnya kanada, terlihat segerombolan Pria sedang sibuk dengan tugasnya masing - masing

Terutama Jan yang sedang mengemas barang - barangnya untuk ia masukan kedalam koper. Keadaanya sudah lebih baik sekarang, walau terkadang dirinya merasakan sakit diperut kirinya karena penyakit yang sekarang ia derita akibat tusukan malam itu

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar mengalihkan atensi pria manis itu

"Masuk!", Titahnya dan setelahnya pintu itu terbuka menampilakan seorang pria berwajah tampan yang sudah rapi

"Sudah selesai Jan?", jan tersenyum, "Belom mark. Apa kau sudah selesai mengemasnya?"

"hem... Biar ku bantu", mark membantu jan menaruh barang seperti Buku, Bingkai foto dan beberapa boneka kecil Moomin kedalam koper

"Makasih", ucap jan, mark tersenyum

"Dah... Biar kubawakan kopermu. Baba zhou dan daddyku sudah menunggu dibawah", jan sebenarnya ingin menolak tetapi mark memberikan gesture tegas sehingga jan mengalah

"Nah... Itu mereka...", ucap Daddy mark. Sang supir yang melihat mark sedang membawa koper Milik Jan pun langsung membantunya dan membawanya kedalam bagasi mobil

"Apa kau yakin Jan? Lebih baik kita disini, kondisimu masih buruk", ujar Zhou dengan lembut dan terlihat jelas raut khawatir diwajahnya

Jan menghela nafas, "Dan membiarkan Jun berjuang sendirian? Baba! Jun menjadi incaran Na seungmin dan baba mengkhawatirkan diriku yang jelas bahwa aku aman?? Khawatir kan juga Jun baba, dia Putramu juga"

Jan menatap kecewa Zhou. Dirinya paham bahwa zhou mengkhawatirkan dirinya, tetapi zhou juga harus ingat bahwa Ada putra lainnya yang sedang dalam keadaan tak baik - baik saja

Perkataan jan membuat zhou sadar bahwa Masih ada putra lainnya yang kini berjuang sendirian, "kau benar...", Tatapan Zhou berubah menjadi sendu

Jan yang melihat raut wajah sang baba pun memeluknya, "Maafkan jan baba... Bukan maksudku begitu, hanya saja aku ingin mengingatkan baba bahwa jun masih ada. Jangan bersikap seolah jun tak ada baba... Jan tak suka itu"

Zhou membalas pelukan sang putra sulung dan bergumam kata maaf atas perkataannya tadi.

Jan melepaskan pelukannya kemudian menatap zhou yang juga menangis sepertiya, "Jangan menangis Baba... Jelek tau!", Zhou terkekeh

"benarkah? Asal kau tau, babamu ini sangat tampan meskipun umurnya sudah tak muda lagi", Ucap zhou yang kini menghapus jejak air mata jan, jan terkekeh Lucu, "Yayaya... Baba memang tampan. Jan akui itu, Aku dan Jun menuruni kecantikan eomma, Huhh.. Bahkan banyak yang mengira bahwa kami ini adalah cewek"

Mark tertawa, "Ya benar! Awal aku melihatmu saja Kukira kamu cewek jan, eh tau - taunya cowok. Sampai - sampai jeno mencintaimu"

"Jeno? Anaknya Lee Dong Han?", Tanya Daddy mark untuk menyakinkan Pertanyaan dibatinnya

Mark mengangguk, "ya, adik kembarmu Dad. Lee dong Han, adiknya Lee Dong yan", dong Yan mengangguk, "Sudah lama aku tak mengetahui kabar Jeno dan juga jaehyun. Aku merindukan keponakanku"

Zhou berucap, "Kau bisa menemui mereka ketika kita sampai diseoul", Dong Yan mengangguk, "Hem! Akan kubawa mereka bersamaku"

Mark mengangguk setuju, "ya.. Jangan biarkan mereka bersama dong han walaupun nyatanya mereka sudah pisah rumah"

"jadi... Sekarang kita harus kebandara segera"

Jan And Jun [Jaemren] ENDWhere stories live. Discover now