02 - Problematika

64 9 1
                                    


FYUHH~ Asap rokok melewati wajah lesu lelaki itu.

"Lima hari? Dua belas hari? Tiga minggu? Atau hampir dua bulan?" Ocehnya tak menentu.

Kembali menghela nafas kesal. Kini ia menyimpulkan senyum miring. "Anjir, gimana cara bilangnya, bangsat" Gumamnya frustrasi.

KLEKK! Pintu berdenyit kemudian tertutup rapat. Seorang perempuan dengan surai panjang hitam lengkap dengan jaket macannya yang badai keluar dari tempat karaoke yang sama. Membenahi rok selututnya dulu, kemudian menata poni. Bagai di rapal mantra, ia berjalan penuh percaya diri menghapiri Samsul yang berdiri sendiri di depan kios.

"Sam? Kok lama banget sih?"

Samsul senyap. "Anjay. Mana harus ke sekolah." Batinnya dengan wajah datar.

"Sam?" Gadis tadi berusaha menegur lamunan Samsul. Ia berjalan maju sampai matanya pun menyorot beberapa puntung rokok yang sudah padam di bawah lelaki itu.

"Kau keluar cuma untuk ngerokok? Tumben, biasanya-" Garong gagal melingkarkan tangannya di lengan Samsul.

Samsul melangkah. Menyisir sekedar rambutnya dengan sela-sela jari kemudian untuk yang kesekian kalinya, ia menarik nafas panjang lagi.

"Eh, Sam? Mau kemana?"

"Sekolah lah, gila aja" Ujarnya, menatap sinis Garong yang ia belakangi.

"Ta-tapi kan aku baru aja datang, nyaoo!!"

"Terus?"

"Jamal bilang kau bakal temani aku nyayi! Katanya kau dan aku bakal senang-senang bareng!"

"Aku sibuk."

Samsul menjauh sementara Garong memandang kesal kearahnya. Tangan gadis itu mengepal erat. Air mata juga sudah tampak terbendung di sudut matanya.

"Samsul, sialan!" Batinnya emosi.

Terus melangkah menjauh. Pikirannya sibuk merancang beberapa alasan. Samsul berjalan santai. Tidak seperti biasanya, ia memandang suntuk ke arah bawah.

"Pulang nanti kemana?" Tanyanya dalam hati.

Kalau boleh jujur, Samsul tidak ingin kembali. Untuk apa pulang kerumah saat rumahmu sendiri tidak terasa seperti 'rumah'. Mood jelek mengontrol pemuda itu.

Memalsukan senyum, Samsul tak habis pikir. Ibunya begitu bodoh. Samsul bertanya-tanya, apa pepatah soal 'cinta itu buta' benar adanya? Walau saat kau ditinggal sendiri untuk membesarkan anakmu selama bertahun-tahun kemudian, lalu menerima kembali orang yang menelantarkanmu dan anaknya tadi dengan lapang dada? Seolah tak terjadi apa-apa, bahkan setelah semua kepahitan yang merendam mu dalam amarah? Apa cinta sungguh sebuta itu?

Ibunya memiliki sifat kasar. Dan Samsul berusaha untuk mengerti. Ibunya sudah pasti merasa lelah. Merasa stress dan kesepian. Samsul juga mengerti kalau ibunya juga merasa sakit hati dan merasa terkhianati oleh cinta di masalalu nya. Ia mengerti, makanya mati-matian ia berusaha untuk jadi anak baik dan tidak merepotkan beliau walau terkadang semua itu tidak berjalan mulus.

Setiap hari merasakan tekanan dan tuntutan dari ibunya. Terkadang ia juga berharap agar ibunya sama mengerti dengan usaha yang Samsul lakukan. Samsul ingin beliau mengerti bahwa, ia juga tidak minta untuk di lahirkan. Bagaimana mungkin bertahan di rumah dengan seseorang yang sama sekali tak menginginkan mu?

Masa kecil yang sulit berhasil ia lewati. Kurangnya figur orangtua di masyarakat adalah suatu kelemahan. Sampai mati sekalipun, ia tidak akan pernah memaafkan sosok yang seharusnya ia panggil dengan sebutan 'Ayah' itu.

Bahkan setelah hari-hari yang berat itu sudah berlalu. Figur itu baru menampakkan kehadirannya. Telat, semua telat. Samsul sudah tumbuh dengan harapan yang kuat dan dendam yang begitu dalam. Malang, ibunya malah menerima lelaki itu kembali.

Saat makan malam beberapa minggu yang lalu, Samsul membentak kesal ibunya. Berkata ia tidak ingin tinggal jika lelaki itu menetap di rumah yang sudah mati-matian ia lunasi dengan uang magang di sana-sini. Terbawa emosi, ia juga memaki ibunya.

"UNTUK APA MENERIMA LELAKI YANG SUDAH MEMBUANGMU DAN ANAKNYA?!"

Toh, alasan sang figur datang juga karna ia tak lagi berguna untuk keluarganya yang lain. Muak, Samsul pergi begitu 'Ayah' -nya pulang membuka pintu depan. Berjalan cepat, Ia menabrak pria tua itu sampai terjatuh.

"Benar. Kenapa harus minta mama untuk mengerti aku?"

"Dari dulu ia tak pernah berharap aku ada. Memelas pengertian pun percuma rasanya."

"Dia tak pernah ada saat aku butuh. Walau ia sendiri tahu bahwa pada akhirnya kami sama-sama saling membutuhkan."

Samsul mendongakkan kepalanya keatas. Berusaha sekuat mungkin agar air matanya tak mengalir. Satu prinsip egois yang ia pegang,

"Lelaki, seberat apapun masalahnya tidak boleh menangis." Batinnya kelu.

Air hujan lebih dulu membasahi pipi ketimbang air mata sendiri. Samsul terdiam bisu. Langit menghitam, sepertinya hari ini akan turun hujan. Kemungkinan hujan lebat yang berlangsung sampai malam.

"Sampah."

"Pantas saja bajingan itu meninggalkan aku dan mama."

"Pantas saja mama tidak menyayangiku."

Perasaan inferior mulai menjalar keluar dari dadanya.

"Sampah sepertiku memang tidak berguna,"

"Egois, hanya bisa buat masalah di sana-sini."

Tenggorakkan nya serasa tercekat. Kepalan tangannya juga sudah sekeras batu. Samsul benar-benar sudah lelah dengan dirinya sendiri.

"Bahkan teman-temanku sendiri merasa muak."

"Makanya mereka tidak datang dan berusaha mencariku, kan?"

Jika diperhatikan, senyum yang Samsul paksakan kini tampak perih untuk di lihat.

KRETEK~ KRETEK~ KRETEK~

Sayup-sayup dari kejauhan, Samsul mendengar suara pengayuh sepeda yang tergoes cepat bersamaan dengan rantai sepeda yang terseret. Suatu perasaan bahaya seolah memintanya untuk menghadap ke belakang.

"AAAAAAAAAJUANCOKKKKKGG!!!!" Teriakan perempuan menggema di sepanjang jalan.

"AWASSS!!! AWASSS WOII!!!" Teriakan itu di susul dengan suara lelaki yang sama paniknya.

"ANJENGG MINGGIR KALO GA MAU MATI WOII!!" Sanggah lelaki yang sama sambil mengibaskan tangan kirinya ke arah samping berkali-kali, meminta agar orang di depannya segera menepi di trotoar jalan.

______________________
______________________
Note : Karna ini Lookism AU dengan kearifan lokal, maka namanya juga di lokalin. Garong untuk Racoon, Jamal untuk Hwang Jaewon.

Hearth! - Rumah (Ft. Seo Seongeun☆) ‼️ HIATUS BENTAR BEB MW REVISI DIKIT ‼️Where stories live. Discover now