Muzan Kibutsuji

478 70 17
                                    

Selama dua puluh tahun, (Y/N) hidup dalam bayang-bayang Muzan. Enak, bukan? Menjadi iblis yang tinggal terima beres, hanya perlu melayani sang tuan dengan badannya, tidak perlu keluyuran ke sana-kemari, diburu oleh para pemburu iblis; (Y/N) adalah senjata pamungkas milik Muzan. Kekuatannya setara dengan lima orang Hashira-- atau mungkin karena faktor lainnya?

"Ayolah, Muzan-sama, sekali ini saja!" (Y/N) memohon selagi pria itu membantu menyisirkan rambutnya.

"Kamu bisa minta apa pun, tapi tidak dengan keluar dari rumah ini, (Y/N)." Balasnya dengan nada dingin, seperti biasa.

"Tapi aku hanya ingin lihat kembang api dari dekat! Sekali saja, sebentar saja!"

Muzan tampak muak, cahaya temaram bulan dari luar yang menembus masuk menyinari ruang kamar gelap itu membuat wajahnya kian terlihat sinis.

Didudukkannya perempuan itu ke tepi ranjang, lalu Muzan melepaskan kancing kemeja yang dipakainya, menampilkan tubuhnya yang kekar dan pucat. (Y/N) sedikit kaget, tubuhnya refleks terhuyung mundur.

"M-Muzan-sama.." (Y/N) meneguk ludah, gugup.

"Aku sudah terlalu memanjakanmu, iblis kecilku. Sekarang aku akan membuatmu dengar dan menurut kepadaku."

(Y/N) terdiam, berusaha mencerna baik-baik kalimat barusan, selagi pria yang sudah selesai bicara itu mulai menarik tubuhnya ke dekapan panjang nan hangat.

"Ta-Tapi ini sudah dua puluh tahun,"

"Kamu tahu peraturannya, (Y/N), dan aku tidak bisa kehilangan dirimu." Katanya, terdengar serius, menatap lurus ke wajah (Y/N) dengan tajam.

"Kenapa?" Entah apa yang perempuan itu harapakan.

"Karena kamu adalah iblis favoritku. Kita bisa menang kalau kamu bisa bertahan sampai saat itu."

(Y/N) merasakan dadanya seperti tersayat-sayat, terasa sangat menyakitkan. Pandangannya mulai berkabut, berkali-kali mengatur napas, berusaha menahan semua hal yang ada di dalam kepalanya yang nyaris membuatnya gila.

"(Y/N).." Panggil Muzan, menyadari gelagat ganjil tersebut darinya. "Lihat aku."

"Aku hanya ingin kehidupan yang normal, Muzan-sama. Kalau hidup selamanya berarti terus terkurung seperti ini, aku tidak mau." Geramnya, menggigit bibirnya kuat. "Aku juga tidak butuh perhatian palsu dan semua omong kosong ini. Aku hanya ingin.. merasa hidup."

Kata-kata Muzan tadi telah membuat hatinya hancur berkeping-keping; bagaimana tidak, (Y/N) sangat mencintai pria itu, sedangkan dirinya bagi Muzan hanyalah salah satu dari ribuan makhluk ciptaannya.

(Y/N) mengepalkan kedua tangannya kuat, menahan napas agar air matanya tidak tumpah. Muzan lalu menarik tubuh (Y/N) untuk berbaring bersamanya, masih merengkuhnya, tetapi pria itu tidak terlihat seperti akan mengatakan apa-apa.

"Aku.." Lirih (Y/N) begitu amarahnya mulai mereda. "Aku cinta pada Muzan-sama."

Muzan bingung. Ini adalah kali pertama dirinya dihadapkan dengan situasi canggung seperti ini. Meski sudah beberapa kali menikah-- tentu saja bukan pernikahan yang didasari cinta-- Muzan tidak pernah merasa berat untuk membalas ungkapan cinta seorang wanita. Itu karena Muzan tidak pernah benar-benar jatuh cinta. Tidak sampai dia bertemu dengan seorang perempuan cantik yang dia temui di tengah hutan dalam kondisi sekarat.

Sejak pertama kali Muzan membawa (Y/N) ke rumah ini, mengubahnya menjadi iblis dan melatihnya hingga menjadi sekuat ini, Muzan sudah tahu memang akan ada yang terjadi antara dirinya dan perempuan ini. Meski demikian, Muzan tidak bisa menahan dirinya-- atau tepatnya, Muzan tidak mau.

Muzan setengah bangun, bergeser untuk menindih tubuh mungil perempuan itu, mengurungnya di antara kedua kaki jenjangnya. Sebelum menyerbu maju, (Y/N) berpaling dengan ekspresi sedih.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KNY x ReaderWhere stories live. Discover now