second lead [ II ]

1.5K 197 20
                                    

.

"Apa kau hanya akan terdiam disana?"

Pol menoleh saat seseorang berbicara padanya, Pol terkesima pada penampilan rapi orang itu dengan kacamata yang menempel pada wajahnya.

'manis' gumamnya, orang itu memiringkan kepalanya lalu melambaikan tangan didepan wajah Pol membuat Pol terkaget.

"a maafkan aku, aku tidak tau harus kemana."

"Yasudah aku akan mengantarkan mu, kau ingin interview bukan?"

Pol mengangguk menjawab pertanyaan dari laki-laki berkacamata itu, laki-laki itu tidak terlalu tinggi mungkin sekitar 175-180, yah untuknya itu tidaklah tinggi mengingat tingginya sendiri sudah mencapai 189 di usia muda.

"Kau ingin melamar pekerjaan pada siapa?"

"Thankun Theerapanyakul"

Laki-laki yang berjalan berbarengan dengan Pol berhenti sejenak kemudian menggelengkan kepalanya.

"Ada apa? Apa sulit untuk diterima olehnya?"

Laki-laki itu menatap Pol sejenak kemudian menjentikkan jarinya.

"Bukankah kau orang yang bertemu dengan khun nu di ike_a kemarin?"

"Khab, benar itu aku."

"Kau menerima tawaran itu dengan cepat, apa kau tidak berpikir bahwa itu bisa saja sebuah tipuan?"

"Awalnya aku memang ragu tapi apa bisa aku mendapatkan kesempatan 2 kali di kota besar seperti ini?"

Laki-laki itu berhenti disebuah pintu dan menepuk bahu Pol sebelum memutuskan untuk pergi dari sana.

"Hei, tunggu siapa-

"Arm, namaku Arm kau akan bertemu lagi denganku jadi kita bisa berkenalan nanti sebagai seorang senior dan junior."

Pol hanya menatap heran kepergian dari orang bernama Arm tersebut, dia menarik nafas sebelum memberanikan diri untuk membuka ruangan tersebut dan masuk kedalam untuk menemui masa depan yang akan menantinya.

.
.
.

"ai Arm kau terlihat berbeda hari ini."

Pete yang sedang makan bersama Arm di cafetaria mansion utama menatap temannya itu dengan mata menyelidik karena sudah 1 jam mereka disana dan sesekali Arm tersenyum entah karna apa.

"Apa kau baik-baik saja? Kau butuh obat? Kau terlihat aneh kawan, tersenyum dengan lebar seperti itu membuatku ngeri."

Arm mencubit pipi milik Pete kemudian mengusak rambut Pete dengan gemas sebelum akhirnya meminum kopinya memandang keluar kearah halaman mansion utama.

"Aku bertemu dengan seseorang hari ini dan sepertinya mulai nanti kita akan kedatangan satu tamu baru."

Pete memiringkan kepalanya tidak paham apa yang Arm katakan, Arm menggeram rendah tidak kuat dengan rasa gemas yang dia rasakan karena Pete.

"Kenapa kau selalu menggemaskan di setiap gerakan yang kau lakukan?"

"Hah? Apa maksudmu aku tidak mengerti."

Pete memilih untuk melanjutkan memakan makanannya tidak terlalu perduli pada sahabatnya itu, Arm mengambil handphonenya nya dan mengambil sebuah foto Pete yang sedang makan dengan lahap.

'kau benar-benar menggemaskan, aku jadi semakin menyukai mu.' batinnya.

.
.
.

"Jadi bagaimana dengan pekerjaan mu? Apa kau mendapatkannya?"

ARMPOL SIDE STORY : TENDERNESS Where stories live. Discover now