Langkah Wu Xie mundur lagi menjauh dari jendela dan lebih tertarik pada mini bar. Menempatkan diri pada salah satu kursi, menyamankan posisinya. Dia melirik satu lempeng logam di dinding dekat meja kerja, ada tulisan dilarang merokok di sana, dan ia melihatnya tepat setelah tangan kanannya bergerak ke saku jinsnya untuk mengambil sebungkus rokok dan pemantik logam.

Persetan dengan aturan, ia membatin dengan bibir menyeringai.

"Ehm, kau lihat itu. Di sini dilarang merokok," tegur Zhang Qiling selembut mungkin.

"Aku tahu," Wu Xie menggoyangkan pemantik dalam gerakan anggun, menutupnya hingga nyala api mati.

"Tapi ini tembakau Virginia terbaik, aku membawanya khusus dari Amerika." Dia menghisap dengan nikmat, meniup asapnya ke atas, tanpa rasa bersalah.

Zhang Qiling tertegun bingung. Wu Xie menyadari sapuan pandangan matanya yang tajam, dan melemparkan sekilas lirikan.

"Ayolah, Xiao ge. Jangan terlalu kaku. Katakan padaku, apa kau pernah merokok?" ia menampilkan senyuman miring, menjengkelkan tapi imut.

Zhang Qiling menggeleng dengan gerakan enggan, lalu menarik satu kursi bar, duduk di samping Wu Xie.

"Kapan kau mulai merokok?"

Wu Xie menoleh, memasang tampang naifnya dengan mata sayu berkedip-kedip.

"Sudah lumayan lama. Tentu saja secara sembunyi-sembunyi. Pangzhi tidak tahu tentang ini, demikian juga si tua Wu Yixiong. Aku tidak pernah merokok di depan orang lain."

"Lalu kenapa kau melakukannya di hadapanku?" usik Zhang Qiling. Melihat bagaimana cara Wu Xie menghisap rokok, dan meniup asapnya, ia merasa pusing. Bukan karena aroma asap yang berhembus tepat di depan hidung, Melain karena bibir Wu Xie yang tipis dan lembab, dengan warna mawar. Melihatnya sungguh tidak tertahankan.

Wu Xie melirik nakal, "Karena aku ingin kau menikmatinya juga," ia mencondongkan wajah, mengedipkan sebelah matanya pada Zhang Qiling.

"Hahh? A-apa??" Pria yang digoda ikut-ikutan berkedip-kedip.

"Ayolah," Wu Xie memberikan batang rokok yang berada di antara jemari, mendekatkannya pada bibir Zhang Qiling.

Seperti bocah yang baik, Zhang Qiling mengikuti permintaan Wu Xie, dan ia mulai menghisapnya dengan canggung. Tampang meringis tidak cocok untuk wajah datarnya dan bagi Wu Xie itu sangat lucu dan menggemaskan.

"Kau masih harus belajar untuk menghisap dan mengeluarkan asapnya lewat hidung," ia mendesis, makin berbahaya.

"Sudah cukup," Zhang Qiling terbatuk, wajahnya kemerahan.

"Anak nakal," ia berbisik, tidak berani mengomel, tapi tidak tahan untuk tidak memprotes.

Mereka menghabiskan sebatang rokok saling bergantian. Ada piring kristal di atas meja bar yang digunakan Wu Xie untuk mengetukkan abu rokok.

"Lumayan..." Bisiknya pada Zhang Qiling, diiringi seringai khasnya.

Pria itu mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Kehilangan semua kata.

"Sekarang, kita coba minuman di lemari kaca itu," ia melihat pada barisan botol yang megah dan menggoda.

Sekali lagi Zhang Qiling membuang batuknya, sebelum berdiri untuk mengambil satu botol yang ia pilih dan yakin bahwa anggur ini yang paling cocok untuk momen romantis mereka berdua.

"Apa ini?" tanya Wu Xie.

"Chateau Larose. Asli Prancis."

"Woah, keren."

Dua goblet kristal disiapkan dan Zhang Qiling menuang anggur hingga penuh, mendorongnya satu ke depan Wu Xie. Dia kembali duduk di tempatnya, mencoba untuk lebih santai.

𝐅𝐢𝐫𝐬𝐭 𝐋𝐨𝐯𝐞 (𝐏𝐢𝐧𝐠𝐱𝐢𝐞) Where stories live. Discover now