Suara Halingga (2) - Kepada Halingga, Dariku

111 2 1
                                    

Tema: Nasionalisme di era society 5.0

•••

Sampaikan isi hatimu.

Dedikasi, afirmasi, hasrat, syarahan yang berani dari punggung tegas di depan podium mengikat hati dan pikiran semua orang ke dalam satu garis lurus. Manusia mudah kalah oleh perasaannya. Kukatakan begitu karena baik ia, aku maupun semua orang dengan idealisme ragam di forum ini menggunakan afeksitas nyaris dalam segala hal. Simpatik akan selalu hadir meski di antara hati yang keras karena seperti yang kukatakan, orang tidak akan pernah menang atas dirinya sendiri.

Tindak-tanduk manusia disetir oleh perasaannya. Itu benar.

Dari kacamata orang lain, Han teramat mencintai ranahnya. Han yang suaranya bergaung di forum ini, yang punggungnya akan selalu dikenali bahkan ketika ia membalikkan badan di tengah kerumunan. Suara dengan patahan kata yang rapih itu masih miliknya.

"Sampaikan isi hatimu."

Sampaikan isi hatimu yang paling dalam. Aku mengutip sekilas ucapan Han di antara percakapan kami suatu kali, hujan senja hari, tepat setelah Halingga resmi meninggalkan kursi presiden mahasiswa. Ia bilang, hukum berbunyi dengan jujur seperti perasaan manusia. Kamu akan merasa haru apabila keadilan memelukmu, akan merasa duka apabila ketimpangan menyergap.

Hukum mengajari manusianya untuk berpendapat sedemikian bebas, keberanian akan mengalir tenang pada muaranya.

"Sampaikan isi hatimu?" Aku menukas kalimat Han ketika itu, dan kemudian aku memiliki jawaban darinya.

"Perasaan harus tersampaikan. Rezim dilarang menyakiti apapun di bawah tegaknya ia, patriarki dan segala hal yang menginjak martabatmu sebagai perempuan harus terkatakan, segala yang membara dalam sekam harus disuarakan tidak peduli secarut marut apa. Negara ini sempurna namun tumbuh dengan hukum yang prematur. Sebut aku patriotis gila tapi semua borok semestinya dibalut kasa, Nef. Supaya tidak terkelupas, supaya celanya tidak digunjing oleh orang lain."

Jawaban Han masih kusadur baik-baik hingga detik ini. Warna merah yang menyala terjulur berapi-api tatkala kalimat itu terbentuk dari suaranya. Halingga mencintai hukum dan orang-orang dalam lindungannya, perasaan itu benar-benar tersampaikan.

Bait terakhir syarahannya di tempat dimana Han dapat menatap mata semua orang mencapai penutup, suaranya lenyap oleh tepuk tangan yang mengisyaratkan sekian hal. Ia dihormati. Ia mendapatkan keseganan dari semua lapisan mahasiswa yang datang mendengar.

Dan kepada Halingga, dariku: kamu berhasil dicintai banyak orang.

[fin]

Suara HalinggaWhere stories live. Discover now