"Lo duluan bego, apa? mau ngapain? Gue aduin Navier nanti."

Haedar menarik tangan Renjana menuju suatu tempat. Lelaki itu mengajaknya menuju suatu restoran mewah. Namun, ketika kedua insan itu menginjakkan kakinya menuju pintu masuk segera di cegah oleh sang resepsionis.

"Maaf, anda tidak boleh masuk sini." ucap sang resepsionis.

"Lah, kok nggak boleh. Itu aja boleh masuk!" balas Haedar yang tersulut emosi.

"Maaf, anda tidak boleh masuk." ujar sang resepsionis kembali.

"HEH MAKSUD LO APA? GUE GEMBEL GITU?" bentak Renjana yang tidak terima.

"Maaf pak, anda tetap tidak boleh masuk."

"Oke, gue telpon daddy."

Haedar segera menelpon daddynya dan mulutnya mulai mengomeli daddynya yang tidak tau apa-apa itu.

"DADDY, INI KENAPA HAEDAR NGGAK BOLEH MASUK RESTORAN ? HAEDAR DI KATAIN GEMBEL SAMA RESEPSIONISNYA!" ujar Haedar.

"Kamu di restoran mana, honey?" balas Haedar.

"Di restoran deket pantai yang dulu dad pernah ajak."

"Yaudah kalau gitu, Renjana sama Haedar ke restoran lainnya aja ya? Nanti, daddy urusin itu, oke?"

"AH, HAEDAR DI SINI. DADDY KERJA AJA TERUS!" bentak Haedar sembari mematikan teleponnya secara sepihak.

"Mendingan kita ke restoran sebelah aja, orang cantik kayak gini dikira gembel, buta apa matanya, huh!" kata Renjana sembari menarik tangan Haedar.

Di dalam restoran, ternyata, Johan yang memesan seluruh isi restoran hanya untuk honeymoon bersama Thena. Johan melarang ada pelanggan lain yang masuk. Memang bucinnya daddy satu ini tidak masuk akal.

Renjana dan Haedar menemukan tempat bakaran. Sepertinya enak disana, karena bau bakarannya sudah tercium dari radius beberapa meter mereka berjalan. Mereka berdua menikmati semua bakaran yang ada dan jangan lupa bir kalengan untuk menemani makan mereka. Lama kelamaan muka mereka menjadi merah karena bir kalengan itu.

"Lo tau nggak sih, gue itu aslinya nggak pacaran sama Navier." ucap Renjana yang sudah mulai mabuk.

"Pasti lo udah tunangan kan?" balas Haedar yang sudah ikut mabuk.

"Gue fwb sama Navier."

"Halah bohong lo, pasti mau ngeprank gue lagi."

"Tapi, gue cinta sama Navier, dar."

"Kejar Navier lah, gue sih dikejar kak Mahen."

"Dia nggak balas ucapan gue humpph.. hoek..." dan seketika obrolan mereka berdua terhenti akibat muntahan Renjana. Lelaki cantik itu ambruk dari atas kursinya dan tertidur di atas kayu tempat dimana mereka memijakkan kakinya.

"Kangen kak Mahen hueue.. tapi kak Mahen ngusir Haedar humh. Haedar marahin kak Mahen!" ujar Haedar. Ia meraba-raba mejanya dan menelpon Mahen.

"Halo Haedar, lo dimana?" tanya Mahen yang langsung mengangkat telepon dari Haedar.

"Apaan sih Mahen, jelek bau lagi!" balas Haedar.

"Sayang, haedar dimana? Haedar mabuk kan? Udah dibilangin nggak boleh minum lagi, malah minum!"

"Mahen bacot banget ya anjing, gue marah sama lo! Lo bakalan nyesel marahin gue tadi."

"Babe, forgive me, okay? Sekarang bilang dimana posisinya."

"Mahen lucu banget sihoek..."

Itulah ucapan terakhir Haedar setelah memuntahkan isi perutnya dan ikut tidak sadar bersama Renjana.

Di lain sisi, Mahen segera memanggil Navier yang berada di ruang tamu sedang bersedih hati.

"NA, HAEDAR SAMA RENJANA MABUK!"

"IH KAKAK TAU DARIMANA? TERUS MEREKA SEKARANG DIMANA?" tanya Navier yang sudah mulai overthinking.

"Nggak tau, tapi coba lacak hpnya Renjana. Gue lagi lacak hpnya si Haedar nih." balas Mahen yang berusaha melacak posisi Haedar.

"KAK GUE DAPET POSISINYA RENJANA." teriak Navier dengan kegirangan.

"Sekarang kita jemput mereka berdua." ajak Mahen sembari mencari kunci mobilnya. Kenapa kunci mobilnya tidak ada? Apa jangan-jangan, Haedar mengambil dan memakai mobilnya? Oke, firasat Mahen semakin tidak baik.

>>>

jangan jadi siders, kalau nggak nanti ku marahin sama renjun! baibai~

signed,
aksasenjaa

Bad Decision; jaemren.Where stories live. Discover now