PART 15: Sugar Senior

Mulai dari awal
                                        

Beomgyu mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda paham. Bahan overthinking-nya sudah terpecahkan. Walaupun begitu, Beomgyu tetap tidak puas dengan jawaban itu.

Merasa dirinya ditatap terus menerus, Yeonjun menoleh pada Beomgyu dan terkekeh kecil saat melihat Beomgyu menatapnya seperti anak anjing yang sedang fokus menunggu majikannya memberi makan.

"Gua lagi ngerjain tugas, ribet. Tugasnya ribet, dosennya ribet, anggota kelompok ajaib. Lengkap." jelas Yeonjun seakan-akan dia tahu apa yang dipikirkan Beomgyu.

Setelah itu, Yeonjun menambahkan sebelum lanjut fokus mengetik entah apa di laptopnya.

"Terus juga kerjaan gua lagi banyak ngeharusin keluar kota hampir tiap hari. Entah kenapa bisa barengan gini. Jadi maaf ya, Gyu, kalo akhir-akhir ini jarang atau lama ngehubungin lo-nya."

Beomgyu menggeleng dengan cepat. "Santai kali, Jun. It's okay," Beomgyu tersenyum maklum. "Ada yang bisa dibantu gak?" tanyanya sambil mendekat untuk melihat layar laptop Yeonjun, walaupun dia yakin dia tidak akan mengerti tugas laki-laki itu.

"Ada."

Yeonjun meletakkan laptopnya di coffee table dekat sofa dimana mereka berada lalu berpaling ke Beomgyu untuk memeluknya dan yang dipeluk mematung. Beomgyu tidak yakin harus bagaimana sampai akhirnya kesadarannya kembali dan membalas pelukan Yeonjun dengan kaku.

Beomgyu ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mulutnya seperti tidak mampu mengatakan apapun. Sebisa mungkin dia menjaga jarak di antara mereka dan mengatur napasnya setenang mungkin agar Yeonjun tidak dapat mendengar suara degup jantungnya dan kegugupannya.

Beomgyu salah tingkah.

Sementara itu, Yeonjun masih dengan nyaman memeluk sahabatnya itu sambil menutup mata.

"Ini ngebantu recharging." gumam Yeonjun, hampir tertidur. Beomgyu yang dapat merasakan Yeonjun hampir menuju alam mimpi, langsung menepuk punggungnya pelan.

"Heh. Uhm, lo jangan tidur dulu. Makan dulu yuk? Sekalian minum. Gue pengen." ucapnya.

Alis Yeonjun berkerut. "Kok jadi lo yang pengen?"

"Oh? Jadi lo juga pengen minum?" Beomgyu terkekeh. "Pas kalo gitu. Kebetulan gue mau minum bir."

"Yah, gua maunya soju."

"Ya udah beli dua-duanya. Jangan kayak orang susah." timpal Beomgyu karena sedang malas berdebat.

Kalau Yeonjun sedang dalam mode normal, mungkin dia akan memiting leher Beomgyu sekarang.

Lalu Yeonjun bertanya, masih setia memeluk Beomgyu dan begitu juga sebaliknya. "Makanannya mau apa? Gua yang traktir."

"Lo tuh ya, mau lagi normal atau loyo, suka banget jajanin orang. Hemat dikit kenapa sih? Emang lo gak butuh apa-apa gitu? Kalopun sekarang gak ada, nanti tiba-tiba ada yang urgent dan gak ada yang bisa bantu lo gimana? Jangan terlalu baik dan gampang jajanin orang, please." ujar Beomgyu panjang lebar.

Kemudian Beomgyu melanjutkan dengan bergumam. "Bener kata Sanha, lo cocok sugar daddy."

Yang dimana Beomgyu tidak sadar kalau jarak mulutnya dengan telinga Yeonjun saat ini itu dekat. Alhasil, Yeonjun yang mendengarnya itu tertawa lalu berkata, "Kalo gua jadi sugar daddy lo ya cocoklah pasti."

Sebelum akhirnya Beomgyu mendorong Yeonjun dengan keras hingga dia terjengkang ke belakang dan memaki laki-laki itu, sedangkan yang dimaki-maki tertawa terbahak-bahak melihat wajah merah Beomgyu. Tentunya sambil menghindari pukulan-pukulan bantal dari Beomgyu.

***

Beomgyu menghitung total kaleng bir dan botol soju yang telah kosong sambil mengunyah tteokbokki dan odeng terakhirnya.

"Lo kalo lagi loyo gini berubah jadi pecandu alkohol apa gimana?" tanya Beomgyu heran. Masalahnya, Yeonjun sudah menghabiskan tiga botol soju, satu diantaranya dicampur dengan dua kaleng bir.

Beomgyu mengambil gelas yang masih digenggam Yeonjun yang tingkat kesadarannya mungkin tinggal sepuluh persen.

Mereka sedang duduk di karpet ruang tengah sambil bersandar ke sofa. Tadinya Beomgyu membiarkan Yeonjun untuk minum apapun yang dia mau. Soju boleh, bir boleh, wine juga boleh kalau dia punya. Dengan catatan, Yeonjun harus makan beberapa potong ayam atau tteokbokki yang mereka pesan terlebih dahulu.

Namun, setelah Beomgyu hitung barusan, Yeonjun minum terlalu banyak lebih dari yang biasa dia minum.

"Yeonjun.... Bangun. Kalo mau tidur jangan di sini. Pindah ke sofa aja kalo gak mau pindah ke kasur." ucap Beomgyu yang lebih mirip gumaman karena dia juga sedang mabuk walaupun hanya sedikit.

Sebenarnya usaha Beomgyu untuk berbicara pada Yeonjun sekarang sia-sia. Laki-laki itu sudah mulai terlelap sambil merentangkan lengannya di meja tengah sebagai bantalan untuk kepalanya yang terasa berat.

Mengetahui bahwa ucapannya tidak direspon, Beomgyu berusaha mengangkat Yeonjun dengan sekuat tenaga untuk memindahkannya ke sofa, tapi usaha itu gagal.

Yeonjun hanya terangkat sedikit dan Beomgyu hampir jatuh di atasnya.

"Aduh! Lo tadi makan batu apa gimana? Kenapa berat banget gini!" omel Beomgyu pada Yeonjun yang mulai meracau tidak jelas.

Alih-alih menjawab pertanyaan Beomgyu, Yeonjun malah menggeser posisi duduknya pada Beomgyu dan mau tidak mau, Beomgyu yang sedang menunduk harus kembali duduk di sebelah Yeonjun.

Beomgyu hendak mengomel lagi agar Yeonjun setidaknya sedikit sadar untuk pindah ke atas sofa, tapi niat itu dia urungkan karena sekarang Yeonjun memeluk pinggangnya sambil menaruh dagunya dengan nyaman di atas pundak Beomgyu.

"Lo tau gak...," Yeonjun bergumam memecah keheningan. "Sayang banget."

Rasa hangat mulai menyelimuti kedua pipi Beomgyu ketika suara serak Yeonjun terdengar jelas di dekat telinganya dan dia tidak tahu harus berbuat apa.

Yeonjun sedikit mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di di ceruk leher Beomgyu hingga napas hangatnya menggelitik kulit Beomgyu yang sekarang sedang menggeliat untuk menghindar—walaupun agak percuma.

"Mak-maksudnya apaan? Jangan ngelantur dah! Lo sadar sekarang? Mending lo–"

"Gua sayang banget.... Sama lo, Choi Beomgyu." ucap Yeonjun dengan penekanan di kata-kata terakhir menggunakan sisa tenaganya, sebelum akhirnya dia tertidur kembali karena kepala dan kelopak matanya terasa sangat berat.

Yeonjun tertidur tenang sekarang dengan masih di dalam pelukan Beomgyu yang diam membeku.

Walaupun begitu, tubuhnya terasa sangat panas, terutama wajahnya yang sudah merah seperti tomat yang dia benci. Selain itu, jantungnya juga berdetak sangat kencang sehingga rasanya Beomgyu dapat mendengar detak jantungnya sendiri.

Beomgyu tetap tidak dapat bergerak. Otaknya masih memproses tentang apa yang Yeonjun katakan tadi, sambil memikirkan apakah dia salah dengar karena dirinya juga sedang mabuk sekarang.

"Ini.... Salah denger kan...."

HI GUYS SELAMAT HARI JUMAT

Akhirnya bisa update on time lagi huhuhu

Btw aku kangen yeongyu😞 kangen anak manisku dan kakak gantengnyaaaaaaa aaaaaaaaaa

POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang