Meneerantara.

133 24 0
                                    

Fajar baru saja menyingsing kala gadis pemilik nama Raiya itu keluar dari backstage tempat persembunyian nya selama ini.

Raiya bertolak pinggang menatap serangkaian panggung yang masih belum sampai setengah kesiapannya. Outer putih berbahan katun melekat di badan Raiya saat gadis itu turun mendekati beberapa teman kerjanya yang terus mengecek persiapan untuk Surabaya Fest.

"Lea, buat bazaar mau disiapin kapan? Tinggal kontak para penjual aja apa ada yang lain?" Raiya menghampiri Lea–temannya yang juga berkontribusi banyak di kesiapan konser ini.

"Nyusul deh, Iya'. Kalo bazaar setahuku cuma kontak penjual aja. Buat stand bazaar udah kelar tinggal eksekusi. Agenda kamu hari ini ngapain? Tidur, ya' dari jam empat kamu belum tidur kan gara-gara siapin panggung?" balas Lea menatap teman sejak masa sekolahnya ini, lalu berlalu kembali membolak-balikkan kertas di tangannya.

"Hari ini mau ketemu kak Dhika, managernya Arjuna. Mau ikut nggak?" Lea menatap gadis di sampingnya, mengangguk singkat.

"Tidur sana, ya'. Mau ketemu kak Dhika jam berapa?"

"Nggak deh, masih kuat melek. Jam sepuluh di hotel Bumi." jawab Raiya yang disusul suara menguap darinya. Padahal baru saja dia bilang sendiri masih kuat melek.

Raiya duduk mengamati beberapa temannya yang sibuk mondar mandir membawa berbagai kesiapan untuk panggung konser Surabaya Fest.

Raiya baru saja lulus dari pendidikan tingginya dan mendapat gelar Sarjana Ilmu Komunikasi. Tak lama dari kelulusannya, ia dan Lea sama-sama melamar kerja di suatu perusahaan kecil yang berfokus di bidang Event Organizer.

Gadis itu duduk melamun, melemparkan ingatannya pada hari kemarin. Saat dirinya tiba-tiba dikabari oleh atasannya bahwa ia menjadi perwakilan divisi humas untuk melakukan rapat bersama beberapa sponsor yang bekerja sama untuk konser Surabaya Fest.

Ia pun langsung berlarian untuk datang ke Bandara Juanda, sebab atasannya itu baru saja datang dari Manado dan meminta Raiya untuk menjemput sekaligus mengadakan rapat.

Padahal saat itu ia pun sedang sibuk-sibuknya mengatur kesiapan di lapangan. Alasan itulah yang mengawali Raiya mengalami kejadian menabrak pemuda tinggi dengan kaos bertuliskan Nirvana. Walau terburu begitu, gadis satu ini masih bisa memesan kopi. Namanya juga coffee person. Tiada segelas kopi di awal hari sama saja dengan menaruh harinya di lubang buaya.

Tapi, entah mengapa sekarang ingatannya kembali melanglang buana pada kejadian yang terjadi sangat cepat. Saat pemuda tinggi itu mengembalikan dompet kecilnya. Bagi Raiya first impression itu sangat penting.

Asal kalian tahu, pemuda tinggi itu sudah meninggalkan jejak yang terlalu membekas bagi Raiya.

Wangi parfum wood dengan sangat sopan menyapa indra penciuman Raiya, tutur kata pemuda itu, juga kepedulian yang pemuda tinggi itu berikan. Jangan lupa senyuman yang disusul kekehan kecil dari pemuda laki-laki itu saat Raiya menunjukkan ekspresi malu dan sungkan sekaligus.

Lihat, gadis satu ini bahkan tiba-tiba menarik senyumannya. Matanya memandang hamparan hijau tempat ia duduk, namun pikirannya masih terbayang pada kekehan pemuda itu.

Raiya yakin pemuda yang kemarin memiliki sesuatu dalam dirinya, yang membuat siapapun yang bertemu dengannya dapat terus memikirkan dirinya seharian.

"IYA'!! AYO BALIK KE APART!" teriak Lea dari kejauhan, membangunkan Raiya dari sesi nostalgia pagi itu.

Raiya terkekeh geli. Rasa-rasanya baru pertama kali ini ia merasakan hal seperti ini.

Penasaran dan mungkin cukup terkagum sekaligus?

Raiya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang