Part 2

8.1K 691 13
                                    

"Astagfirullah,," ucapku tersentak kaget. Aku mengusap dadaku, rasa takut ku muncul. Tidak ada pejalan kaki hanya ada aku dan pria itu, gelap dan sepi. Buru-buru aku berjalan, pria itu mengikutiku. Aku berjalan lebih cepat lagi. Pria itu pun masih mengikutiku"

***

Dea

"Maaf" serunya. Aku tetap melangkahkan kakiku. Ketika ku lihat ada warung yang terang. Aku pura-pura membeli sesuatu.

"Bu, beli Aqua yang dibotol satu sama rotinya 2" ucapku ke penjaga warung. Pria itu ada di belakangku. Jantungku masih berdebar cepat.

"Jadi lima ribu, Neng" aku menyerahkan uang pas. Lalu berbalik, tidak sengaja aku melihat dada seseorang yang diselimuti kemeja berwarna biru laut. Aku mendongakkan kepalaku. Pria itu menatapku juga melalui mata elang nya, dengan cepat aku menunduk. Aku memiringkan tubuhku untuk keluar dari warung. Saat ku langkahkan kakiku, pria itu memanggilku lagi.

"Maaf, mbak"

Aku berbalik kutenangkan diriku. "Ya, ada apa?" Dalam hati aku berdo'a," Ya.. Allah lindungilah hamba"

Pria itu mulai bicara dengan tatapan yang sulit diartikan. "Saya ingin menanyakan apa di sekitar sini ada bengkel?"

Aku bisa bernafas lega setelah mendengar pertanyaannya ternyata pria itu mengikutiku sekedar menanyakan bengkel. "Disekitar sini tidak ada bengkel, Pak. Apalagi ini sudah malam mungkin sudah pada tutup" tuturku. Pria itu menengok ke arah mobilnya.

"Sama sekali tidak ada?" tanyanya memastikan, aku mengangguk. Pria itu menghembuskan nafas dengan kasar.

Aku baru ingat dengan tetanggaku yang seorang montir. Jarak rumah kontrakkan ku juga sudah tak jauh, hanya tinggal masuk gang saja. Kasihan dengan pria itu sepertinya ia sudah lelah. Apa salahnya jika aku menolongnya.

"Maaf, Pak. Memang mobil bapak apanya yang rusak?" tanyaku ingin tau.

Pria menatap ke arah ban mobilnya, "Bannya bocor. Saya hanya perlu menggantinya saja, ban cadangannya ada tapi saya tidak membawa peralatan untuk menggantinya" jelasnya sambil memasukan tangannya ke kantung celana.

"Oh, kalau begitu. Saya punya tetangga yang bekerja di bengkel mobil. Mungkin dia punya dongkrak dan peralatan lainnya. Bapak, bisa tunggu disini biar saya panggilkan"

"Apa rumahnya jauh?"

Aku menggeleng, "Tidak pak, rumahnya masuk ke dalam gang itu" tunjukku. Mata pria itu tertuju ke arah yang ku tunjuk. "Bapak, tunggu disini saja"

Aku segera berlari ke rumah Doni. Ku ketuk rumah kontrakan Doni yang ada di sebelah kontrakan ku. Doni membuka pintunya, ia memakai singlet dan juga sarung.

"Ada apa Dea malam-malam?"

"Mas, lagi sibuk tidak?" tanyaku.

"Tidak, kenapa?

"Itu Mas ada orang yang sedang nyari bengkel. Tapi bengkelnya pada tutup. Mas, bisa tolongin tidak. Kasian mas"

"Oh, Ya sudah kalau begitu"

"Mas jangan lupa bawa peralatannya. Dia butuh alat untuk mengganti ban mobilnya."

"Iya, nanti aku bawa. Aku juga ganti baju dulu ya" aku mengangguk. Aku mampir ke rumah dulu untuk menaruh tas.

"Bunda, sudah pulang?" Bila mengangkat tangannya inginku gendong.

"Iya, Bila belum tidur?" Ku gendong bila ke kamar, menaruh tas dan juga kantung plastik oleh-oleh dari ibu Dewi.

"Itu apa, Bunda?"

"Itu oleh-oleh dari bossnya bunda" Aku mencium pipinya.

"Dea.. Dea!!" panggil Doni.

Cerita Hati (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang