2

1.7K 121 0
                                    

Happy reading♡

"Hanan, ayah akan menjodohkan kamu dengan anak dari teman ayah"

"Kenapa ayah menjodohkanku?"

"Ayah menjodohkanmu agar persahabatan kami semakin erat. Kamu tahu Hanan? Dulu perusahaan ayah hampir bangkrut, tapi untungnya teman ayah itu bersedia membantu dan akhirnya perusahaan ayah kembali seperti semula. Untuk membalas budi, ayah akan menjodohkanmu dengan putranya" jelas Haris

Hanan dibuat kecewa sekaligus bingung. Kecewa karena ayahnya menjodohkannya karena pekerjaannya dan bingung karena ayahnya bilang 'putranya' ?.

"Putra?"

"Iya Hanan, ayah menjodohkanmu dengan putra sahabat ayah"

"Maksud ayah aku akan dijodohkan dengan laki laki?!" Tanya Hanan dengan nada sedikit tinggi

Haris terkejut mendengar Hanan bicara dengan nada meninggi, karena selama ini Hanan tidak pernah membentaknya, tapi dia berusaha terlihat seperti biasa "Ya"

"Gak! Gak mau! Aku bukan homo ayah! Aku normal! Kalau aku dijodohkan dengan perempuan tidak apa apa, tapi ini laki laki?!"

"Hanan.. tenanglah.." ucap Kareen menenangkan Hanan

"Tenang bagaimana bunda?! Aku mau dijodohkan dengan sesama jenis sama dia, jelas aku gak terima!"

BRAK

"DIAM!"

Hanan dan Kareen tersentak kaget saat Haris tiba tiba menggebrak meja dan membentak.

"Kurang ajar kamu! Berani beraninya kamu bentak saya! Mau jadi anak durhaka kamu, tidak mau menurut pada ayah?!"

"Dan tadi apa kamu bilang? Dijodohkan dengan perempuan? Mana ada perempuan yang mau sama laki laki lembek kaya kamu."

Dada Hanan mencelos ketika ayahnya mengatakan 'laki laki lembek' yang merujuk padanya. Hanan tak menyangka ayahnya akan berkata seperti itu, kata kata yang pernah dia dengar dari pembully disekolahnya.

"Maaf kalau saya terlalu kasar tapi itu kenyataannya. Asal kamu tahu kamu itu punya kel-"

"Mas! Sudah berhenti, jangan berkata lagi. Kata kata mu itu sudah keterlaluan, kamu sudah menyakiti Hanan!" Potong Kareen

"Berhenti! Ayah dan bunda sudah jangan bertengkar"

Hanan menjeda ucapannya

"Oke, kalau itu mau ayah aku terpaksa menurutinya" ucap Hanan, dengan menekan kata 'terpaksa'

Setelah mengucapkan itu Hanan pergi meninggalkan ayah dan bundanya. Tiga rasa yang kini dia rasakan, marah, sedih, dan kecewa karena perkataan ayahnya.

Malam itu Hanan menangis dikasurnya sepanjang malam.

• • •

Keesokan harinya dia bangun lebih lambat dari biasanya. Dia membuka matanya dan rasa sakit langsung terkumpul di kepalanya. Saat dia mencoba duduk badannya seketika menjadi tidak enak lalu dia berbaring lagi.

"Uh dingiin" Hanan menggigil lalu menaikkan selimutnya sampai lehernya.

Tok tok

Hanan yang mendengar ketukan pintu itu hanya diam saja tanpa nenjawab. Saat ini dia sangat tidak berdaya, bicara pun sia sia, pasti dia hanya mengeluarkan suara yang amat lirih. Tidak akan ada yang bisa mendengarnya.

Kriet..

"Hanan.. bangun nak.." ucap
Kareen lalu mengusap lembut kepala Hanan.

"Astaga! Badan kamu panas banget Hanan!"

"Sebentar ibu panggilin ayah kamu"

Kareen keluar dari kamar Hanan dan menyuruh Haris untuk membawa Hanan ke rumah sakit karena Hanan sakit. Haris yang mendengarnya pun ikut khawatir lalu dengan cepat membawa Hanan ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Hanan langsung dibawa ke ruangan untuk diperiksa. Sedangkan Haris dan Kareen disuruh menunggu diluar oleh seorang perawat.

Setelah beberapa saat, dokter keluar dari ruangannya.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya?"

"Anak ibu demam tinggi, tenang saja dia akan secepatnya pulih. Nanti sore sudah diperbolehkan pulang atau kalau kondisinya belum pulih sebaiknya rawat inap selama beberapa hari"

Kareen sedikit lega, karena Hanan sakitnya tidak parah dan akan secepatnya sembuh.

"Ya sudah dok, terima kasih" ucap Haris

Dokter itu mengiyakan dan pergi bersama perawat.

"Andai semalam kamu gak ngomong tentang perjodohan itu pasti Hanan gak akan sakit, ditambah kamu hina dia mas. Hatinya pasti sakit banget"

Haris merutuki perkataannya yang sudah keterlaluan semalam "Maafin aku, aku menyesal Kareen, waktu itu aku sedang dilanda emosi sampai aku tidak bisa mengontrol ucapanku"

"Kamu harusnya minta maaf pada Hanan, bukan kepadaku. Dan jangan paksa Hanan lagi untuk menyetujui perjodohan itu"

Haris diam sejenak. Dia sudah sepakat dengan temannya akan menikahkan putranya dengan Hanan, tapi dia tidak bisa memaksa Hanan. "Baiklah, aku tidak akan memaksa Hanan lagi. Biarlah dia mengambil keputusan"

"Baguslah, ayo sekarang temui Hanan"

Haris tersenyum dan mengangguk. Pasutri itu pun masuk kedalam ruangan untuk melihat keadaan anaknya.

Haris dan Kareen melihat Hanan yang terbaring lemah. Bibir pinknya kini berubah menjadi pucat.

Haris memegang dan mengelus tangan mungil Hanan. "Maafin ayah nak.."

Kareen mengusap bahu lebar Haris.

Tiba tiba suara dering telepon menghentikan Kareen yang sedang mengusap bahu suaminya itu.

"Mas ponsel kamu bunyi tuh"

"Oh iya, aku angkat dulu ya"

"Ya mas"

Haris sedikit menjauh dari ranjang yang ditempati Hanan.

"Halo"

"...."

"Hah.. baiklah saya akan segera ke sana"

"...."

"Ya tidak apa apa"

Tut

Haris menghampiri Kareen

"Kareen, aku ada urusan di kantor. Aku tinggal tidakpapa kan?"

"Iya mas, tidakpapa. Biar aku saja yang jaga Hanan"

"Nanti sore aku akan kembali ke sini"

"Hm iya"

Haris mengecup kening Kareen.

"Jaga anak kita baik baik" ucap Haris berlalu menjauh dari ruangan.

Dilain tempat, Arta sedang melamun memikirkan Hanan.

"Hanan kenapa ya, kok tumben gak berangkat?" Gumam Arta

TBC

Married a ManWhere stories live. Discover now