come back

18 0 0
                                    

Seperti itulah keadaanku di hari terakhirmu, sebenarnya aku tidak mau melanjutkan cerita ini, terlalu menyakitkan. Tapi aku sudah berjanji, tidak, kita sudah berjanji bukan?. Menceritakan semua yang kita lalui seharian, tidak peduli itu masalah besar atau sekedar candaan receh. Di bawah bintang kita bertukar cerita, berbagi suka duka, dan tertawa bersama, ternyata untuk masa yang tak lama.

Monitor jantung itu tinggal segaris mengeluarkan bunyi yang sebenarnya kecil tapi saat itu terdengar sangat, sangat meresahkan. Kau tahu, aku kehilangan kewarasanku. Aku belari ke sampingmu. Berkali-kali mencoba membangunkanmu, walaupun aku tahu itu sia-sia. Berharap kau tersenyum kembali, berharap kau memanggil namaku, berharap, berharap, berharap, sampai aku tidak tahu, apalagi yang harus kuharapkan, hatiku hanya dipenuhi angan kosong. Aku terlalu terpuruk untuk menerima semuanya. aku menangis sejadi-jadinya. aku memelukmu erat. Aku masih bisa merasakan sisa kehangatanmu, yang perlahan hilang. Berubah menjadi keputusasaan yang begitu dingin.

Sesudah itu aku tidak ingat apa-apa. Bukan, jiwaku terlalu hancur untuk mengingat apapun. Aku dengar kalau supir yang menabrakmu sudah diamankan oleh pihak berwajib. Tapi, aku sama sekali tidak sudi melihat wajahnya. Aku takut tidak bisa mengontrol diri. Aku tidak mau mengahadapinya saat kemarahanku memuncak. Sudah cukup.

Hanya satu hal yang kulakukan setelah itu, tak tahu kenapa. Tapi aku merasa harus melakukannya. Aku keluar ruang ICU, membungkuk, meminta maaf kepada mereka. Karena kejadian nahas ini, acara kumpul keluarga yang sudah sejak lama direncanakan harus dibatalkan. Aku tidak bisa mengangkat kepalaku, yang kudengar saat itu hanya tangisan. Aku bahkan tidak bisa mendengar suaraku sendiri. Padahal aku sudah sekuat tenaga mengutarakannya.
.
.
.
.
.

Setelah kepergianmu, Aku berusaha menerima, berusaha bangkit, aku tidak mau membuat semuanya khawatir, juga kau. Tapi rasanya percuma. Tindakan-tindakan kecil yang kulakukan seakan tidak membiarkan usahaku berjalan mulus.

Sepulang kerja, setiba di apartemen aku selalu tanpa sadar bilang,
"aku pulang"
Menyadari tidak ada yang menjawab, aku tersenyum pahit. Menyedihkan.
Terkadang meletakkan dua gelas di atas meja, atau membeli makanan untuk dua porsi.

Malam hari kuhabiskan sendiri, menatap langit seorang diri.

Apa memang segelap ini? rasanya dulu tidak.

Tak jauh dari ranjang, hpku berdering, hanya ringtone pesan masuk. Aku menggapainya setengah tak niat. Aku baru sadar sudah tiga hari aku tidak membukanya. Dengan wajah datar aku mengecek satu persatu pesan masuk, kau tahu ada sekitar 60 pesan. Haha, melihat angkanya saja, sudah membuatku malas.

Mendadak jariku berhenti, melihat satu pesan masuk darimu, sekonyong-konyong aku bangkit. Kubuka pesan itu,

"kalau begitu aku duluan ya, kutunggu kok jadi hati-hati di jalan. [🍁💙]"

Sejenak merasakan hawa keberadaanmu lagi, seluruh usahaku untuk tetap tegar hancur seketika.
"Kau juga... harusnya hati-hati.."
Air mataku meluap. Malam itu aku tidur dalam isakan tangis tertahan. Tidak ada mimpi indah.

Seminggu berlalu, tohru menjengukku. Seperti biasa, Ia menyapaku ramah. Aku tahu maksud kedatangannya. Jadi aku tidak bisa terus terlena dalam kelemahanku. Oiya, kyo juga datang, tapi dia tak mau masuk. Selama kunjungannya aku berusaha tersenyum, sekedar menutupi kesedihanku. Kupikir aku cukup kuat untuk menyembunyikan perasaan ini. Ternyata tidak. Tohru menatapku lurus-lurus.
Dia berkata dengan lembut,

"Yuki, kau tidak perlu berusaha tegar di hadapanku, menangislah sepuasmu menangislah untuk seseorang yang kamu cintai, aku malah lebih khawatir jika kau tidak melepaskan semuanya. Jangan kubur perasaan itu, biarkan dia hidup di dadamu. Aku yakin itulah yang bisa membuatmu bangkit"

Mendengar itu aku tersenyum, aku senang sekaligus sedih. Aku malu mengatakannya lagi. Tapi untuk terakhir kali, aku yakin itu yang terakhir. Aku menangis lagi, aku menangis lepas. Berharap semuanya selesai saat itu juga.

Karena kata-kata itu pula aku mulai menulis buku harian ini, aku teringat kembali akan janji yang dulu pernah kita buat. Kau, juga ingat kan. Pasti.

Mungkin ini saja yang bisa kuceritakan, Kuharap kau menantikan ceritaku selanjutnya ya. dah.

__________________

"Aku menanam buah kesukaanmu lo, nanti kalau sudah panen kuantarkan kemari kok. Baiklah, bukunya kutaruh sini ya. Terima kasih untuk hari ini. Aku cinta kamu. Selamat istirahat"

.
.
.
.
.
.
.

The end

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

YellowWhere stories live. Discover now