Chapter 2

34.8K 1.2K 68
                                    

[Sebulan sebelumnya...]


"Hi, babe." Seorang pria menyambutnya saat Reya keluar rumah. Pria itu menyembulkan kepalanya sedikit, dari jendela mobil. "Dengan gaunmu yang seksi itu, kamu bisa mendapatkan eksekutif muda malam ini, Mbak."

"Really?"

"Yap. Siap melupakan patah hatimu?"

Reya tertawa kecil. Gaun merah sebatas lututnya melambai dengan seksi. "Jonathan bisa bunuh aku kalau aku nggak datang ke acara dia."

"Lagipula kamu udah kelamaan berkutat dalam kesedihan."

"Ya. Kelamaan."

Gesank, nama sepupu yang menjemputnya itu, segera menjalankan mobilnya menuju sebuah restoran baru milik salah satu sahabatnya, tempat pesta malam ini digelar. Ini adalah malam pertama Reya kembali ke pergaulan setelah lebih dari dua minggu hanya berkutat dengan pekerjaan untuk melupakan patah hatinya.

"Nggak ada gunanya kamu depresi terus-terusan, Rey," Kata Gesank begitu mobilnya memasuki pelataran restoran. "Cara balas dendam ke Herdito itu gampang aja kok. Tunjukin aja kalau kamu tetap baik-baik aja setelah disakitin cowok. Me personally, itu tamparan keras buat cowok."

Reya tertawa kecil, sambil memukul lembut kepala sepupunya dengan clutch miliknya. "Sok punya pacar. Romantikamu kan mentok sama..."

"Tapi aku cowok, Mbak!"

"Iye, iye. Berisik."

 "Reyaaa darling!" Seorang gadis berambut ikal sepinggang yang memakai gaun hitam seksi berhambur memeluknya. "Gue pikir lo masih betah di bawah shower sambil ngabisin jatah tisu gue."

Reya tertawa lebar. Perempuan ini, Andini namanya, memang bukan tipe orang yang bisa bicara basa-basi. Beberapa malam sebelumnya, sahabatnya itu sudah mengirimkan SMS panjang lebar yang berisi makian-makian dan sebutan pengecut yang tak terhitung jumlahnya hanya karena Reya terlalu larut dengan patah hatinya. Padahal mereka tinggal serumah. Reya paham bahwa persekongkolan sepupu dan sahabatnya untuk membawanya keluar dari rumah adalah bukti bahwa masih banyak orang yang peduli padanya.

"Siap berpesta?" Tanya Andini.

Reya mengangguk. Andini berpaling pada Gesank. "Makasih ya udah bawa kakak lo ini keluar dari goa. Gue pikir dia udah mati."

Gesank tersenyum super manis. "Aku siap melakukan apapun untukmu, darling. By the way, you looks so pretty."

Andini mengibaskan rambutnya acuh. "I know." Jawabnya angkuh. "Nggak usah gombal sama gue. Gue nggak minat sama berondong."

"Oh, come on. Usia kita cuma beda dua tahun!"

Andini tertawa anggun. Lalu mnyentuh dagu Gesank dengan jemari lentiknya. "I am sorry baby, tapi lo tetap berondong buat gue. Mengerti?"

Gesank mengerang sedih. Andini tertawa. Di antara mereka, mau tak mau Reya ikut tertawa. Kadang dia tak tega melihat Andini mempermainkan sepupunya sedemikian rupa. Dua orang terdekatnya itu sudah sering jalan berdua. Barangkali, Reya menduga, mereka juga telah melakukan yang lebih jauh dari sekadar jalan berdua. Tapi tak ada label untuk hubungan itu. Gesank jelas tergila-gila pada Andini. Sepupunya itu sudah berhenti berkencan dengan cewek-cewek cantik sejak dia mengenalkannya pada Andini tiga tahun yang lalu. Sedang Andini juga jelas, seperti yang dikatakannya sendiri, tidak berminat menjalin hubungan dengan lelaki yang lebih muda darinya.

"Ayo. Gue dengar, Jonathan pesan anggur dari Swiss khusus buat acara malam ini. Dan katanya, hidangan di pesta ini dimasak special oleh chef terkenal. Gue nggak tahu siapa. Tapi kedengarannya wah banget. Yipyip! Mala mini kita bersenang-senang!" Andini berlonjak-lonjak seperti anak kecil. Sahabatnya itu memang selalu bersikap semaunya.

AFTER WEDDING - TERBITWhere stories live. Discover now