Mungkin... tidak ada salahnya sedikit berharap.
Sembari menarik seulas senyum, suaranya terdengar bergetar ketika akhirnya menjawab.
"Waktuku tidak terbatas."
Lama sekali, Jaehyun hanya menatap Taeyong. "Kau... mau mendengarnya?" tanyanya ragu.
Taeyong masih tersenyum. "Semuanya. Jika kau tidak keberatan."
"Tunggu, kau mau ke mana?" Jaehyun seketika bangkit ketika melihat istrinya kembali berusaha menjejakkan kaki di lantai.
"Aku tidak suka mendengar orang yang bicara terlalu jauh dariku."
Taeyong lalu memberi isyarat bahwa dia dingin ikut duduk di sofa yang tadi ditempati Jaehyun.
"Tidak apa-apa kau duduk di sana?" tanya Jaehyun ragu.
Dan Taeyong menggeleng. Jadi Jaehyun menuruti permintaan Taeyong dan pelan-pelan memapah istrinya menuju sofa.
"Ini... hanya cerita keluarga. Mendengarnya akan sangat membosankan." Gumam Jaehyun setelah mereka berdua duduk di sofa, dan dia telah menata beberapa bantal agar Taeyong bisa duduk bersandar dengan lebih nyaman.
Taeyong mengedikkan bahu. "Aku suka mendengar orang bercerita. Sudah lama sekali tidak ada yang melakukan itu untukku."
Kembali, Jaehyun terdiam dengan hati bimbang. Namun senyum penuh pemahaman dan kasih sayang yang biasanya hanya lelaki cantik itu berikan pada anak-anak mereka, mulai memberinya dorongan.
------------------------------
Sebagaimana Jaehyun dan Taeyong, pernikahan ayah dan ibu Jaehyun pun merupakan hasil perjodohan. Ibunya adalah kandidat terbaik yang tak akan mungkin dilewatkan oleh para tetua keluarga Jung. Dan gadis cantik itu begitu bersemangat ketika akhirnya menjadi yang terpilih. Namun ayah Jaehyun justru tidak terlalu antusias dengan perjodohan itu, karena dia telah lama mencintai lelaki lain.
Ibu Jaehyun tahu tentang lelaki yang dicintai suaminya, namun dia begitu percaya diri akan situasinya sendiri. Dirinya adalah istri sah, dan jauh lebih baik dalam segala hal daripada lelaki simpanan suaminya. Dia akan mampu menangani situasi ini.
Sayangnya, ayah Jaehyun bukanlah lelaki yang memiliki pemikiran baik terhadap pernikahan itu. Dan dia bahkan menjadi sangat marah setelah tahu kekasihnya mulai goyah dan berusaha memisahkan diri darinya setelah beberapa kali didatangi istrinya.
Amarah itu teredakan setelah ibu Jaehyun diketahui hamil di bulan ke tujuh pernikahan mereka. Penerimaan dan rasa bangga yang dia dapat dari keluarga besarnya karena dia berhasil memberikan calon penerus dengan cepat, sedikit meluluhkan hatinya. Dan dia mulai memperlakukan ibu Jaehyun dengan lebih baik. Meski, hubungannya dengan kekasihnya juga tetap berjalan.
Ibu Jaehyun yang merasakan perubahan sikap suaminya, perlahan mulai benar-benar jatuh cinta pada lelaki itu. Setelah itu, segalanya sepertinya berjalan sangat baik bagi semua orang.
Namun takdir ternyata memiliki kehendaknya sendiri. Anak pertama mereka, seorang bayi lelaki, tak berhasil bertahan hidup beberapa jam setelah dilahirkan.
Kesedihan akibat kehilangan bayi lelaki pertamanya membuat perubahan sangat besar dalam diri ibu Jaehyun. Ditambah lagi, di saat dia seharusnya mendapat banyak dukungan dan penguatan, justru menerima banyak sekali komentar bernada menyudutkan yang berasal dari para tetua. Sementara suaminya, jangankan terlihat peduli, dia malah asik melanjutkan hubungan dengan kekasihnya.
Episode-episode depresi hebat yang melibatkan perawatan intensif dan ketergantungan pada obat-obatan penenang pun dimulai.
Melihat keadaan itu, para tetua mulai menyalahkan ayah Jaehyun. Mereka tidak melarangnya menjalin hubungan gelap, tapi setidaknya dia seharusnya juga lebih mempedulikan istrinya. Bagaimanapun, ibu Jaehyun adalah menantu sah keluarga Jung. Jika situasi itu terus berjalan, akan sangat buruk bagi keluarga besar Jung dan perusahaan mereka.
Parallel Lines
Mulai dari awal
