Dia menginginkan Taeyong lagi.

Dan Jaehyun, diam-diam bersyukur karena malam pertama mereka belum menghasilkan apa-apa. Itu artinya, dia masih memiliki malam-malam lain. Dan setelah anak pertama mereka lahir, Jaehyun telah memiliki cukup wawasan tentang bagaimana caranya agar bisa menghabiskan banyak malam bersama istrinya yang cantik, dengan alasan dia tengah berusaha memberi keluarga Jung lebih banyak calon pewaris.

Taeyong istri yang baik di ranjang mereka, namun di luar itu, lelaki cantik itu tetap saja bersikap sangat sopan menjurus dingin padanya. Seperti seks mereka hanyalah semacam kewajiban sebagaimana hal lain yang harus lelaki cantik itu lakukan.

Jaehyun terkadang mendapati diri sedikit merasa sakit hati karena perlakuan semacam itu. Namun sekali lagi, dia selalu berusaha mengingatkan diri sendiri bahwa Taeyong telah menjalankan segala kewajibannya dengan baik. Pernikahan ini sudah cukup berat bagi Taeyong, Jaehyun tak ingin menambah beban istrinya dengan tuntutan untuk memperlakukannya dengan baik. Itu, juga demi kebaikan Taeyong sendiri.

Taeyong mengasuh anak-anak mereka dengan cinta yang begitu besar dan juga kasih sayang murni, Jaehyun sudah merasa cukup dengan hal itu.

Jaehyun tidak ingin menjadi seperti ayahnya, dan dia tak ingin mengubah Taeyong yang penuh kasih menjadi sosok yang segetir ibunya.

Yang terpenting baginya, anak-anaknya tak bernasib sama seperti dirinya, karena mereka terlahir dari ibu yang secara emosional jauh lebih waras dan memiliki hati yang dipenuhi kasih. Meski, sepertinya ibu dari anak-anaknya tak kunjung bisa menyukai suaminya.

Hingga detik ini.









------------------------------









Jaehyun, belum pernah menemukan wajah yang lebih kosong dan terlihat begitu terpukul seperti itu.

Lelaki itu menggeleng. Taeyong sepertinya telah salah memahami sesuatu. Namun dalam situasi mereka, Jaehyun sangat bisa memahaminya.

"Dia memang anakku. Tapi bukan secara biologis."

Perhatian Taeyong kembali terarah kepada suaminya. Lelaki cantik itu mengernyit bingung. Dan Jaehyun mengangguk.

"Ibu dari anak itu... adalah orang yang sangat kusayangi. Kehidupannya... tidak terlalu baik. Dan anak itu membutuhkan sosok ayah. Aku hanya berusaha menjalankan peran itu untuknya."

"Kalau dia memang sepenting itu, kenapa kau tidak menikah saja dengannya?" balas Taeyong, ketajaman yang sepertinya diasah oleh rasa sakit hati, terasa begitu kuat dalam sindirannya.

Jaehyun kembali menggeleng. "Bagaimana mungkin aku menikahi saudara perempuanku sendiri?"

Taeyong seketika membelalak. "Ap-apa?"

"Anak yang kau lihat malam itu, sebenarnya adalah sepupu Minhyung, Jeno, Yangyang dan juga Sungchan." Lanjut Jaehyun.

Kembali, Taeyong terlihat kehilangan kemampuan untuk berkata-kata. Ini... sesuatu yang sangat besar. Saudara perempuan Jaehyun? Sepupu dari anak-anaknya?

"Aku... tidak paham. Bagaimana bisa... " gumam Taeyong setelah akhirnya bisa mengendalikan rasa terkejut dan menemukan kembali kemampuannya untuk bicara.

"Ceritanya sangat panjang."

Taeyong menoleh kali ini, menatap wajah lelah suaminya.

Dan dalam belitan amarah, keingintahuan, bercampur rasa takut akan pengkhianatan yang perlahan melonggar dalam dadanya, lelaki cantik itu mulai memandang suaminya sebagai sosok yang terasa berbeda. Dia tidak tahu ke mana semua ini akan bermuara, namun mendengar Jaehyun mengungkapkan begitu banyak hal hanya dalam semalam, jauh lebih banyak dari yang mau dia bagi selama delapan belas tahun sebelumnya, telah menyemai selarik harapan rapuh dalam hati Taeyong.

MENHIR (jaeyong)Where stories live. Discover now