V

91 10 6
                                    

Silent Cries

.

.

Petir bergejolak di langit merah Amane menyaksikan seseorang tercekik benang merah dari berbagai arah.

"T—tolong.."

Menggeliat, di bawahnya air beriak sebelum membentuk sosok serba hitam yang mengulurkan tangan.

Kuku-kuku menyusut membentuk jarum yang memercik.

"Atas semua perbuatanmu kau akan membayarnya,"—Petir menyambar tangannya.

"Jiwa yang penuh dosa akan terlempar ke dasar neraka..."—Air mulai surut, Amane menatap ngeri saat ombak tercipta.

"...Lenyaplah."

Teriakan pilu teredam hantaman ombak dan petir. Sebelum benar-benar berhenti bergerak, tubuh hangus itu menatap Amane.

Pupilnya mengecil.

Tsukasa?

Amane tersentak dari tidurnya.

Burung berkicau, sinar pertama sang surya menimpa rambut Amane. Dadanya berdebar kencang.

Mimpi tadi terasa nyata, seolah-olah ia memang ada disana. Amane menutup wajah dengan takut lalu merasakan sesuatu di lidahnya.

Seperti besi. Atau darah.

Amane terisak, bagaimana bisa ia setega itu? Bermimpi sama seperti berharap, ketika benak dipenuhi suatu hal realisasi perwujudannya akan terbentuk menjadi mimpi.

Harapannya tak lain dan tak bukan tentang kembarannya sendiri. Hadir di antara penderitaan dan kematian.

Pagi itu, heningnya atap sekolah dipecah tangis Amane yang menjadi-jadi.

.

.

.

.

.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 20, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kamome's Mystery No 7 [Bound with Hell Girl]Where stories live. Discover now