04

4 1 0
                                    

Tepat pukul delapan malam Reyhan tiba di rumahnya setelah makan malam bersama Nathan dan Haikal. Singkat cerita setelah Mahendra jujur bahwa ia akan menjadi partner foto Thalia, tak banyak pembicaraan yang dilakukan. Thalia menarik Jenandra masuk dan Mahendra mengikuti dari belakang. Tiga orang lelaki itu hanya bisa berharap tidak terjadi perang antara Jenandra dengan Mahendra.

Dan sejauh ini tidak ada berita apapun dari Jenandra maupun Thalia. Asumsi Reyhan tidak ada yang terjadi.

Reyhan menutup pintu mobil dan melangkah masuk ke pekarangan rumah. Dari kondisi garasi rumahnya yang penuh, ia menebak ibunya sudah pulang kerja. Asumsi kedua Reyhan pada malam itu terbuktikan oleh indera pendengarannya yang menangkap suara dentingan dari dalam rumah.

"Aku pulang," ujar Reyhan sesaat setelah ia melangkah masuk. Dilepasnya sepatu putih yang telah menemaninya hari itu, dan melanjutkan langkah menuju ruang makan dimana ibunya berada.

Diluar dugaan Reyhan, sang Kakak, Darwin ternyata juga sedang menikmati makan malam bersama. Ia lupa kapan terakhir kali bertemu dengan satu – satunya Kakak kandung yang memiliki selisih tiga tahun darinya itu. Ketika Reyhan duduk dibangku SMA kelas satu, Darwin pergi melanjutkan perguruan tinggi di Negeri Tirai Bambu. Dalam setahun ia hanya kembali dua sampai tiga kali dalam jangka waktu pendek, bahkan seingat Reyhan ketika ia lulus sekolah dan mulai berstatus sebagai mahasiswa, ia mulai jarang bertemu dengan Darwin.

Sang Ibu yang masih menggunakan pakaian kerjanya meletakkan sepiring lauk ditengah meja. "Reyhan, udah pulang? Makan dulu sini sama mama, Han, sama Koko juga."

Reyhan menggeleng, "aku barusan makan bareng Nathan sama Haikal. Aku naik dulu, Ma, mandi dulu. Nanti turun lagi."

Sang Ibu menghentikan pergerakkan tangan dan menatap anak bungsunya dengan bingung, "kamu bukannya dari tempat Papa?"

Reflek kedua kaki Reyhan berhenti menaiki tangga dan juga dahinya berkerut, "rumah sakit? Ngapain?"

"Joan masuk rumah sakit, Han, kamu gak tahu? Mama kira kamu tahu—lho, dek, kamu mau kemana?"

Detik selanjutnya Reyhan berlari turun dan meninggalkan barang – barangnya begitu saja diatas tangga seraya berteriak, "mau ke rumah sakit!"

"Rey!" panggilan dari Darwin membuat Reyhan menoleh.

Darwin berjalan beberapa langkah mendekat dan melempar sesuatu kearah Reyhan yang beruntung bisa ia tangkap; sebuah kunci yang Reyhan sangat tahu itu adalah kunci motor kesayangan Darwin. Selama dirinya pergi, tidak ada yang boleh memakai motor itu selain petugas servis yang memang Darwin minta sebulan sekali mengecek keadaan motornya.

"IGD." Ujar Darwin singkat, "pake helm."

Reyhan menatap Darwin sesaat, sebelum mengangguk. "Makasih, Ko."

oOo

"Permisi, Sus, pasien atas nama Joanna Feb—"

"Reyhan?"

Jonathan yang baru saja kembali dari toilet menemukan Reyhan yang sedang berbicara dengan seorang suster. Lelaki yang lebih muda itu buru – buru menghampiri tetangganya itu.

"Bang Jo? Joan gimana? Dia dimana sekarang? Baik – baik aja, 'kan?"

Seulas senyum muncul diwajah Jonathan ketika melihat sirat kekhawatiran dimata Reyhan. Ditepuknya Pundak Reyhan dan diajak menuju sebuah bangsal ditengah IGD. Tangan bebas Jonathan menyibak tirai biru untuk memperlihatkan seorang perempuan berwajah pucat sedang tertidur dengan pulas.

Sebuah hembusan nafas lega lepas dari bibir Reyhan. Ditatapnya lelaki yang masih dalam balutan jas itu seraya berjalan mendekati tubuh Joan. "Dia kenapa, Bang?" digenggam tangan perempuan itu yang terhubung selang infus dengan lembut.

Young, Stupid and in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang