01

17 1 0
                                    


"Hari ini kerja kelompok di lounge aja ya." ajak Reyhan ketika kelompoknya sedang berjalan keluar gedung B, dimana fakultas mereka berada. Berbeda dari hari – hari sebelumnya, tidak ada tanda – tanda bahwa hari itu akan turun hujan. Matahari dengan baiknya memberikan vitamin D berlebih. 

"Lounge? Tumben, biasanya lo yang ngajak nongkrong di kafe depan biar lo bisa sambil ngeliatin yang bening-bening," celetuk Nathan.

"Temen lo lagi patah hati. Siapa tau mau nyari mangsa baru." jawab Reyhan sambil nujuk lelaki yang berdiri di sebelah Nathan dengan dagunya.

"Cocotmu." cibir Haikal sambil membuang muka.

Tuh. Memang benar, seharian ini Haikal sedang tidak dalam mood yang baik. Alasannya? Karena baru saja di tolak sama sang gebetan. Shannon namanya, mahasiswi FK seangkatan. Udah diincer sama Haikal dari awal MOS. Setelah beberapa bulan Haikal melakukan PDKT, tepatnya kemarin perempuan berambut hitam itu membuat garis lurus bahwa dia sedang tidak mau pacaran.

"Haikal, maaf. Bukannya aku gak suka sama kamu, tapi aku mau fokus kuliah dulu, bentar lagi aku koas," katanya. "Aku takut gak bisa kasih waktu buat kamu."

Hal itulah yang membuat Haikal sedih sekaligus kecewa.

"Lo lagi PMS hari keberapa, Kal? Sensi amat, ngalahin cewek." Jenandra yang sempat tertinggal karena baru selesai mengikat tali sepatu berlari menyusul kemudian mengalungkan lengan kirinya pada leher belakang lelaki berkulit eksotis itu.

Keempat sekawan itu berjalan melewati taman kampus yang ramai. Area taman universitas pun tak luput jadi tempat berkumpul para—mayoritas—mahasiswi untuk sekedar berhenti melihat siapa sosok - sosok yang berhasil menjadi objek cuci mata pada siang itu.

Haikal, Nathan, Reyhan, dan Jenandra merupakan mahasiswa yang cukup dikenal di universitas. Bukan hanya wajah yang tampan, namun otak dan talenta mereka juga mendukung ketenaran setiap individu.

Reyhan merupakan Ketua Himpunan yang juga sering mengikuti berbagai lomba dalam dan maupun luar kampus. Indeks prestasi semester maupun kumlatif-nya hampir mencapai angka sempurna. Haikal dan Jenandra merupakan ketua dan wakil ketua sebuah UKM band yang sering berkontribusi dalam mengisi acara entah acara resmi kampus ataupun sekedar gathering fakultas. Kepribadian ekstrovert Haikal juga menjadi faktor pendukung luas pertemanan pemain bass itu.

Nathan? Dia tidak banyak ikut campur dalam aktivitas jurusan atau himpunan, ia lebih melibatkan diri sebagai volunteer dalam acara kampus sehingga namanya selalu berada dalam daftar teratas nama mahasiswa yang akan dihubungi oleh pihak panitia hampir di setiap jurusan. Dan dengan baik, Nathan mengiyakan setiap permohonan tolong untuk mengabadikan setiap momen dalam acara. 

Ya, Nathan menggunakan talentanya dengan baik dalam bidang fotografi.

Berteman dari sejak kelas satu SMA hingga memasuki tahun ketiga perkuliahan, sepenggal latar belakang mereka terdengar seperti para lelaki idaman atau di abad ke-21 ini sering disebut boyfriend material. Namun tentu saja pada dasarnya mereka hanya adalah empat lelaki normal.

Kenakalan demi kenakalan remaja hingga dewasa muda sudah mereka lakukan. Clubbing, berjudi, mabuk – mabukkan, balap liar, merokok, semuanya pernah mereka jajali. One night stand?  Tentu saja pernah. Tetapi mereka sebisa mungkin saling mengingatkan untuk tidak menjadi lelaki yang bodoh jatuh dalam obat-obatan terlarang. 

Semoga saja tidak

Kembali pada masa kini, seorang perempuan yang baru saja keluar dari gedung olahraga berlari menuju sesosok yang telah ia cari sejak pagi tadi.

"Kak Jenandra!"

Acha menghela nafas lega ketika mengetahui teriakkannya ternyata sampai pada indera pendengaran Jenandra. Pandangannya teralihkan kepada kedua teman sebayanya, kemudian ia berucap, "Liv, Sil, bentar ya. Penting banget ini mah!"

Mahasiswi berambut ikal itu memutar tubuh seraya memberi sugesti pada dirinya sendiri, "Gak boleh gagap, oke, Cha? Gak boleh malu – maluin di depan Kak Jeje." gumam Acha seraya menghampiri sosok yang telah menunggunya.

Reyhan menyiku Jenandra untuk bertanya tentang sosok Acha yang sedang berlari mendekat, dan dijawab dengan sebuah gelengan kepala oleh lelaki berkemeja horizontal biru-cokelat itu.

Tiba di hadapan Jenandra, beberapa detik Acha ambil untuk menetralkan detak jantungnya akibat berlari. "Maaf ganggu waktunya, Kak. Mungkin Kak Jeje gak inget aku, perkenalin aku Acha dari jurusan Psikologi dan panitia festival kampus tahun ini. Aku yang kemarin sempet WA kakak untuk nanya soal availability band, tapi belum di jawab sama Kak Jenan. Jadi tanggal 27 bulan depan bisa gak ya Kak untuk isi acara?"

Jenandra langsung mengeluarkan ponsel dari sakunya, melajukan ibu jarinya pada aplikasi berwarna hijau, dan menemukan pesan – pesan belum terjawab dari beberapa akun yang belum ia simpan salah satunya memiliki profil foto persis dengan wanita dihadapannya itu. "Sorry, sorry, tenggelem chat-nya. Perlu di bahas sekarang?"

Haikal berdecak. Matanya mendelik kearah Jenandra sebelum kembali normal ketika menatap Acha. "Kalo nanya jadwal sama gua aja—Haikal, kalo belom tau namanya. Gua juga di anggota band, kok. Atau DM akun band biasanya cepet dijawab sama admin. Kalo sama Jenan sulit, kecuali kalo lo emang ada tujuan lain juga."

Acha seketika tertegun mendengar kalimat terakhir. Maksudnya? 

"Eng—enggak buru-buru kok, Kak." cepat – cepat Acha menggeleng dan melambaikan tangan di hadapannya. Siapapun bisa lihat kalau wajahnya mulai memerah karena ditatap oleh empat lelaki seniornya, tapi faktor utama adalah Jenandra. "Kalau Kak Jenan lagi sibuk, sorean juga enggak apa – apa atau nanti aku DM aja band-nya."

Jenandra mengangguk sambil menyunggingkan sebuah senyuman—yang langsung membuat teman – temannya membuang muka sambil mencibir. Mereka tahu bahwa Jenandra tahu senyumannya sangat manis, yang tentunya membuat orang – orang salah tingkah.

Fakta tersebut didukung oleh reaksi langsung Acha yang jelas - jelas berubah.

"Um, oh, gitu ya.. makasih ya, Kak. Maaf ganggu." Acha melirik Jenandra dari balik bulu matanya sambil memperhatikan Jenandra berbalik badan dan meninggalkan tempat tersebut bersama teman – temannya. "Anjing, indah banget ciptaan – ciptaan Tuhan!" gumamnya.

Mengenal lebih dekat empat serangkai, yang barusan itu namanya Jenandra Theodorus Aditama, biasa dipanggil Jenan. Mahasiswa Ilmu Hukum dan juga anak bungsu dari dua orang saudara. Tingginya seratus tujuh puluh delapan sentimeter, sama kayak Nathan. Badannya atletis, beberapa kali diminta menjadi model untuk produk pakaian milik Judith, kakak kandungnya, tapi selalu ia tolak.

"Kak, tujuan gua olahraga buat sehat, bukan buat dipamerin. Stop tawarin gua jadi model, karena gak akan mau." kata Jenandra.

Menurut teman-temannya, Jenandra orangnya sulit ditebak, keras kepala, tapi gak nanggung – nanggung baiknya. Meskipun gak gampang bergaul, Jenandra pinter bikin orang nyaman. Kalau soal akademis gak perlu diraguin. Otaknya sebelas-dua belas sama Reyhan. Bedanya Jenandra belajar berapa jam sebelum ujian, kalo Reyhan rajin, dan pake sedikit sentuhan ambisi. 

Berdasarkan riset yang pernah Haikal buat sebelum kelulusan SMA, hampir setengah dari seluruh populasi siswi sekolah memilih Jenandra sebagai cowok yang bakal mereka pilih untuk dijadiin pacar. Diikuti Nathan nomor dua, Haikal dan Reyhan punya presentase yang sama.

Mereka—tanpa Jenandra, juga pernah membuat taruhan bahwa lelaki kelahiran April itu yang akan lebih dulu melepas status jomblo-nya.

Dan benar saja. Sekitar hampir setahun yang lalu, Reyhan dan Nathan dibuat puas oleh Haikal yang membayar makan disebuah restoran Jepang milik sepupunya. Mulai saat itu, Haikal bersumpah ia tidak akan membuat taruhan dengan siapapun lagi.

Young, Stupid and in LoveWhere stories live. Discover now