"Bonsoir Miss Calysta." Sapa seorang pewawancara untuk majah yang baru saja melakukan pemotretan bersamanya.

Calysta tersenyum anggun membalas sapaan itu, "selamat malam."

"Jadi kau akan merayakan Natal tahun ini di Paris, kota kelahiranmu?" seru pewawancara memulai sesi pertanyaan.

"Seperti tahun-tahun sebelumnya, kita satu keluarga mempunyai tradisi jika hari-hari besar dikhususkan untuk berkumpul bersama."

"Sepertinya bukan hanya saya, bahkan seluruh dunia khususnya warga Amerika sangat penasaran dengan orang tua anda? Apa alasan anda menutupi keberadaan mereka dari media?"

Calysta selalu mendapatkan pertanyaan yang sama mengenai keluarganya. Arcene merupakan salah satu perusahaan keluarga terbesar di Eropa. Hampir semua orang-orang penting mengenal Karl Vrishin Arcene yang merupakan ayahnya. Tapi sejak Calysta memutuskan untuk terjun ke dalam dunia modelling, dia merengek kepada Karl untuk menghapus jejaknya sebagai putri keluarga Arcene. Bukan tanpa sebab, itu semua Callie lakukan agar tidak mendapat perlakuan khusus dari orang-orang yang hanya melihat siapa latar belakang keluarganya. Untung saja Calysta tidak terlalu aktiv mengikuti pesta atau jamuan penting yang mengundang keluarga mereka. Selain tidak tertarik pada bisnis, dulu dia lebih suka mengejar cinta bertepuk sebelah tangannya. Oleh karena itu ketika keluarganya mengunjungi pesta yang berada di Amerika untuk membangun relasi, dia lebih memilih dititipkan kepada keluarga Walton. Ketika pesta itu sendiri berada di Perancis atau negara Eropa lain, dia memilih tidak ikut.

"Tidak ada alasan khusus." kata Calysta terlihat enggan menjawab lebih jauh akan pertanyaan yang berulang.

Pewawancara itu sepertinya sadar akan hal tersebut dan memilih pertanyaan lain untuk di ajukan. Sekeras apapun memaksa, mereka para pencari berita yang akan rugi karena beberapa kali Calysta menolak keras kerja sama kembali ketika dia merasa tidak suka.

"Jika hari valentine nanti, apa yang kau lakukan bersama orang terkasih? Ah, kita disini sama-sama tahu bahwa kau mempunyai kekasih yang tidak ingin kau publikasikan. Bisa kah sedikit kau bagi tentang kisah asmaramu?"

Calysta tersenyum hangat. Dia sangat antusias akan pertanyaan tersebut. "Hm, biasanya kita akan makan malam bersama dan menghabiskan waktu berdua." Tuturnya sedikit malu-malu dengan semu kemerahan timbul di pipi.

"Apa benar gosip yang beredar mengatakan jika kau kekasih dari Asher Killian? Seorang pewaris Arc Company? Di beberapa waktu kalian terlihat bersama."

Calysta hampir tersedak mendengar pertanyaan itu kembali. Bagaimanapun dia belum terbiasa mendengar dirinya sendiri di gosipkan dengan sang kakak. Jauh di depan sana Taylor tergelak, menutup mulut dengan tangannya untuk menahan tawa.

"Asher adalah seseorang yang cukup dekat denganku. Tapi dia bukan kekasihku."

"Apa dengan dirimu yang seperti ini pernah merasakan cinta bertepuk sebelah tangan? Rasa-rasanya tidak akan ada pria yang berani menolak seorang Calysta Finn, bukan?"

Calysta tercenung mendengar pertanyaan itu lantas tersenyum kecut, "bukankah cinta pertama tidak ada yang berhasil? Begitu pula denganku, cinta pertamaku bertepuk sebelah tangan."

Satu isi studio tersebut serempak terkejut. Begitu juga dengan Taylor yang sudah memasang ekspresi tajam melirik Calysta. Takut-takut lidah modelnya itu terpeleset. Bukan hanya sang pewawancara, yang lain pun penasaran. Semua yang ada di sana perlahan merapat mempersempit ruangan dengan melingkari Calysta, menunggu wanita itu bercerita.

"Jadi bisakah kau ceritakan tentang cinta pertamamu itu, Calysta Finn. Sepertinya pria tersebut, sekarang menyesal menolak berlian sepertimu?"

Calysta tersenyum miris, angan-angannya mulai mengorek kembali isi kepala tentang kenangannya bersama Cars.

Calysta FinnWhere stories live. Discover now