Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
anak tunggal dari yoona dan siwon ini bernama jaemin, rasa rasanya jadi anak tunggal itu harus memiliki bahu yang kuat, kuat untuk membawa ekspetasi kedua orang tuanya bahkan omongan dari sanak keluarga.
sejujurnya jaemin tidak suka berada di tengah tengah acara keluarga besarnya, karena ya pasti cuma akan dijadikan bahan pamer dan imbasnya pasti dia akan dipandang sebelah mata.
"jaemin nanti setelah lulus SMA mau lanjutin kemana?"tanya salah satu tantenya
"belum tau tante"jawabnya seadanya
"pasti kuliah bisnis ya biar bisa ngelanjutin usaha yang udah papi kamu bangun sampe sebesar ini, maklum sih ya soalnya kamu anak tunggal, kalo ga kekamu ke siapa lagi"oh liat bahkan jaemin hapal betul dengan senyum remeh tantenya layangkan
"apa ga sebaiknya sekolah kedokteran aja, biar dikeluarga ini ada yang jadi dokter, siwon masi muda, masi mampu ngurus perusahaanya sendiri"timpal tantenya yang lain
"atau kaya sepupu kamu tuh jaehyun, jadi pilot, keren deh pasti"
dapat jaemin lihat, bukan hanya dirinya yang meresa tidak nyaman berada disini, tapi juga para sepupunya, mereka hanya diam dan memakan hidangan dengan pelan. orang tuanya pun hanya merespon seadanya dan melempar senyuum
"tapi ya menurutku buat sekolah dokter jaemin ga bisa, ini masuk SMA aja jurusannya IPS. berarti yaaa kalian tau lah"ucap salah satu omnya
jaemin tidak tau letak dimana arti keluarga sesungguhnya jika saat berkumpul saya jadi ajang menjatuhkan
"jaemin, udah kan makannya, masuk kamar ya, belajar, biar bisa buktiin omongan om kamu itu ga benar"ucap maminya yoona dengan tersenyum lembut
"eh maaf ya yoona, aku ga maksud nyinggung kamu"balas omnya
jaemin hanya membalas dengan anggukan lalu beranjak dari sana, saat dia sampai di depan pintu kamarnya tidak terdengar lagi obrolan seputar dirinya, jadi dia rasa tadi emang sengaja dilakukan untuk menjatuhkan jaemin
jaemin memasuki kamarnya lalu merebahkan dirinya ke tempat tidur, membuka ponselnya yang sedari tadi dia tinggal di kamar, ternyata notif grupnya dipenuhi oleh perdebatan haechan dan renjun dan sesekali jeno membalas seadanya bahkan hanya dengan emoji tertawa, membuat jaemin sendiri ikut tersenyum, jaemin bersyukur bisa kenal mereka
terdengar suara pintu diketuk dari luar, buru buru dia beranjak untuk ke meja belajarnya dan menyiapkan segala keperluan
"masuk"katanya
setelah itu terdengar pintu terbuka dan langkah kaki mendekat, jaemin masih pura pura mengerjakan soal
"denger sendiri kan, mereka ngolok ngolok kamu karena kamu ga bisa masuk jurusan IPA"ah ternyata papinya yang masuk ke dalam kamarnya "masih untung kamu keterima di smansa, kalau ga, mau dibuat malu seperti apa lagi papi"
tidak ada banntahan dari mulut jaemin, karena jaemin tidak mau membuat papinya semakin memarahi dia, dan berakhir dia diceramahi tanpa henti dan bisa dikatakan berntung jika dia tidak mendapatkan luka baru
"bulan depan udah ada UAS, usahakan dapetin peringkat satu, berhenti maen dengan temanmu itu yang ga jelas itu"lalu papinya keluar dari kamarnya
jaemin ingin marah jika papinya sudah membawa teman temannya bahkan sampai ngejudge mereka, papinya tidak tau apapun soal teman temannya bahkan hidupnya
jaemin membuang nafas kasar dan memegang pulpennya dengan erat, lalu dia beranjak untuk mengunci pintu kamar dan berniat kabur dari rumah, rutinitas dia yang tidak ada seorangpun di rumah ini tau
dengan mempunyai kunci pintu belakang mmebuat jaemin bisa kapan saja dia kabur jika dirasa situasi aman, ya walapun kaburnya ga jauh paling paling kerumah jeno, tapi seenggaknya dia bisa kabur dari yang disebut rumah itu
