Sunwoo kembali berada di dalam gerbong kereta membuat pemuda itu berteriak frustasi. Orang-orang yang tadi tidak menyadari kehadiran pemuda itu jadi menatap pemuda itu dengan aneh.
Sunwoo tidak memperdulikan semua tatapan itu. Pemuda itu bersandar sambil memejamkan matanya. Kereta sampai di stasiun dimana biasanya ia akan turun tapi kali ini dia tidak turun dari kereta dan tetap duduk di sana meratapi fakta bahwa ia untuk terakhir kalinya gagal lagi.
Pintu kereta kembali menutup dan kereta kembali bergerak menuju stasiun berikutnya. Sunwoo menundukkan kepalanya. Kemudian berdiri ketika kereta sudah hampir sampai di tujuan selanjutnya.
Pemuda itu berdiri di depan pintu kereta bersiap untuk turun tanpa sadar kalau nenek tua penjual bunga waktu itu sedang menatapnya yang baru saja keluar dari gerbong kereta. Tidak ada satu pun orang yang menyadari kehadiran nenek itu di kereta. Nenek itu tersenyum. "Kau berhasil nak."ujarnya yang kemudian hilang tiba-tiba.
Sunwoo terduduk di lantai di dekat palang pintu tak sanggup melewati palang itu dan kembali ke rumahnya. Kenapa? Kenapa gue masih di sini? Kenapa mereka masih nikah? Padahal gue udah cegah ayah pacaran sama tante Yoojung. Kenapa tidak ada yang berubah?
Pemuda itu menekuk lututnya lalu menyembunyikan wajahnya di sana menumpahkan segala rasa frustasi, sedih, kecewa dan bersalahnya tak peduli dengan tatapan tatapan orang yang melewatinya.
Sunwoo berada di sana untuk waktu yang sangat lama sampai matahari sudah berganti jam kerja dengan sang bulan.
Akhirnya ia menghembuskan napas pasrah dan menyiapkan hati untuk kembali ke rumah yang dipenuhi kejadian mengerikan itu. Sunwoo bangkit lalu menyeka wajahnya berusaha menghapus sisa-sisa air mata yang tadi meluncur turun dengan deras. Ia kemudian melewati palang pintu itu dengan kartu kereta lusuh tadi.
Sunwoo menatap langit malam yang buram karena hujan turun. Ia mengambil dompetnya dan menatap selembar 20.000 won. Lalu menghembuskan napas lelah. "Tidak cukup untuk naik taksi. Kalo gitu naik bus aja."ujarnya pada diri sendiri.
Ia pun berjalan keluar dari stasiun bawah tanah menuju halte bus terdekat tanpa memperdulikan hujan yang mengguyur dirinya. Sampai di halte bus yang dapat mengantarnya ke lingkungan rumahnya baru saja datang. Sunwoo pun segera naik ke bus dan membayar dengan uang tunai sambil menerima tatapan tajam dari supir bus yang merasa kesal busnya akan jadi kotor.
Sunwoo yang menyadari hal itu langsung membungkuk meminta maaf membuat supir bus itu diterpa rasa malu. Pemuda itu kemudian duduk di kursi kosong dan menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Ia menatap orang-orang di jalan yang sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sedang bercanda gurau dengan teman mereka. Ada yang sedang menerima telepon dengan wajah kesal. Ada pula yang berdebat tentang sesuatu. Melihat itu semua pemuda itu jadi berpikir. Apa gue bisa menjalani hidup normal seperti mereka? Setelah apa yang terjadi? Setelah semua kegagalan itu?
Lamunannya buyar ketika sadar ia sudah memasukki lingkungan rumahnya. Ia segera memencet bel dan berdiri di depan pintu bus bersiap turun. Bus itu berhenti di halte bus dekat rumahnya. Ia segera turun dari bus.
Sunwoo berdiri di halte bus menatap kepergian kendaraan yang barusan mengantarnya. Kemudian beralih menatap jalan menuju rumahnya. Hujan masih mengguyur kota Incheon sejak sore tadi. Sunwoo menghembuskan napasnya lalu kembali berjalan di tengah hujan menuju rumahnya.
Pemuda itu menaikki tangga dan membuka pagar rumahnya lalu berjalan menuju pintu rumah sambil menunduk.
Sunwoo memasukkan kode sandi rumahnya dan membuka pintu itu. Segera setelah ia membuka pintu itu seekor anak anjing putih meloncat-loncat di depannya sambil mengibaskan ekornya dengan girang.
CZYTASZ
RESTART
Fanfiction"Bagaimana kalau kalian diberi kesempatan untuk melakukan perjalanan waktu? Apakah kalian akan menggunakannya?" Kim Sunwoo mendapatkan kesempatan itu. Ia menggunakan kesempatan itu untuk menyelamatkan adiknya dan mengembalikan kebahagiaan keluargany...
