I. Douma dan Kotoha dari Sudut Pandang Inosuke

217 26 3
                                    

Nama gue Inosuke, Hashibira Inosuke. Di sini gue cuma mau berkeluh kesah tentang gimana sialnya hidup bersama Ayah tiri yang sengkleknya minta ampun.

Tapi sejujurnya, hidup kayak gini sama Ayah tiri gue lebih baik daripada hidup sama Ayah kandung.

Ayah kandung gue itu bangsat, bajingan, haram, brengsek, pantes masuk neraka, deh! Haram banget gue kalau liat dia, bertatap mata sedetik aja rasanya gue harus cuci tangan tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan tanah, alias najis mugholadhoh, najis besar/berat.

Skip dulu soal si haram, kita bahas dulu soal Ayah dan Bunda gue.

Jadi, Ayah gue alias si Douma sama Bunda gue, itu sekolah di satu SMA yang sama. Yah, biasalah gejolak anak baru masuk SMA, pasti pada kebelet pengen pada punya ayang. Begitu pun dengan Ayah dan Bunda gue. Walaupun sebenarnya Bunda gue bukan tipe cewek yang ribet soal begituan, tapi dia juga penasaran soal gimana jatuh cinta dan pacaran. Sedangkan Ayah gue alias si Douma tai kucing ini, dia malah udah paling pro soal cinta-cintaan. Waktu masih bocah kencur kelas tiga SMP aja, mantannya udah lebih dari dua belas. Tapi katanya gak ada rasa sama sekali, sih. Cuma karena cakep aja makanya dia pacarin, seneng-seneng bentar, bosen, ditinggalin, ketemu yang cakep lagi, dan seterusnya gak beres-beres sampai pening kepala gue.

Sekelas di SMA, pastinya mereka bakal saling kenal. Dan waktu pertama kali Ayah gue liat Bunda, dalam pikirannya udah nakal, "Target gue selanjutnya, nih," pikir Ayah waktu itu. Meskipun Bunda itu cewek yang penasaran soal cinta-cintaan, bukan berarti Bunda gue orang yang gak picky. Bener banget, Bunda gue orangnya pilih-pilih. Gak mungkin, 'kan, modelan begajulan yang tujuan cari pacarnya gak jelas kayak Douma ini bisa masuk kriteria Bunda Kotoha? Iya, gue juga kalau gak tahu ending dari kisah mereka pasti bakal bilang begitu.

Kisah Ayah sama Bunda ini sebenarnya klasik. Ayah ngejar-ngejar Bunda karena Bunda ini judes banget sama dia yang notabenenya seorang fuckboy yang kerjaannya gunta-ganti cewek. Temen-temen Ayah sampai bingung, tuh, ngapain Ayah gue segigih itu buat ngejar satu cewek yang bahkan ngelirik dia aja engga?

Ayah bilang jawabannya simple dan klise, "Karena Bundamu beda," katanya. Sebenarnya bukan Bunda gue yang beda, tapi Ayah gue aja yang tolol. Gue juga sebenarnya bingung, ngapain mantan-mantan Ayah gue dulu mau gitu, loh sama Ayah? Padahal kata gue, kelakuan Ayah di masa lalu itu mines.

Entah gimana caranya, tapi di kelas satu semester dua, Bunda gue luluh sama Douma. Akhirnya mereka berdua pacaran. Kata Om Akaza, mereka ini bucin banget sampai guru-guru pun ikut ngeship mereka. Yah, itu sih gue yang hadir di masa depan aja bisa tahu, ya. Kata Bunda Kotoha, Ayah Douma ini cinta pertamanya, begitupun kata Ayah gue, kalau Bunda itu cinta pertama buat Ayah. Bingung lah gue, mantannya udah segudang masa bilang Bunda cinta pertamanya?

Terus Ayah gue jawab gini, "Beda, antara cinta sama suka iseng doang. Ayah ke mantan yang lain itu suka karena iseng, kalau ke Bunda kamu, cinta." muntah banget gue dengernya. Iya, gue sirik. Mau apa lo?

Setelah mereka lulus, Bunda gue mutusin hubungan mereka. Kata Bunda, Bunda mau fokus sama kuliah dan gak mau terganggu sama apa-apa dulu. Dan Bunda gue bilang, mereka pasti bakal bersama lagi kalau emang ditakdirkan. Ayah Douma galau berat, jadinya dia khilaf lagi, pacaran sana-sini buat mencari atensi. Emang brengsek banget, pening kepala gue mikirin kelakuannya.

Sedangkan Bunda gue, dia malah ketemu sama si haram ini di kampusnya. Karena yang Bunda tahu Douma baik-baik aja tanpa dia, jadi Bunda pun berpaling. Soalnya kata Bunda, waktu itu si haram ini bener-bener tipe Bunda banget, jauh kalau dibandingin sama sifat jahannamnya Douma. Katanya dia tuh lebih dewasa, dan tipe orang yang cocok buat diajakin serius.

Waktu berlalu, menikah 'lah Bunda gue sama dia. Douma pun waktu itu diundang, tapi kata Om Akaza lagi, si Douma malah diem di kamar nangis-nangis padahal pacarnya ada delapan waktu itu. Dari situ, Ayah sama Bunda lost contact. Udah benar-benar gak berhubungan lagi dengan alasan Ayah gue pingin move on.

Gak lama kemudian, Bunda gue hamil, iya bener itu gue yang ada di perut. Otomatis senang, 'lah, mereka.

Sejauh ini semuanya masih baik-baik aja sampai umur gue tujuh bulan dalam perut Bunda. Sejak saat itu, si haram ini udah berubah. Pulangnya larut, sering marah-marah juga ke Bunda. Bunda maklumi aja, soalnya bisa jadi ada masalah di kantor. Bunda gue juga gak mau berpikiran negatif.

Pas gue lahir, dia ngaku ke Bunda kalau dia selingkuh. Dan dia juga bilang gak apa-apa kalau mau cerai, tapi dia bakal lepas tanggung jawab buat biayain dan besarin gue. Bunda gue jelas nolak, karena waktu itu dia masih lemah dan gue juga baru lahir. Akhirnya Bunda bertahan demi gue. Padahal harusnya, masa-masa setelah melahirkan itu-kalau gak salah-harus dijaga sama suami dan orang-orang sekitarnya, karena takutnya si ibu mengalami baby blues. Tapi engga, Bunda gue kuat. Demi gue.

Kehidupan Bunda yang diduakan sama selingkuhan si bangsat yang kastanya benar-benar beda jauh ini berhenti sampai umur gue menginjak empat tahun. Selama ini, Bunda bertahan karena lagi ngumpulin tenaga dan juga menunggu gue untuk sedikit besar. Akhirnya, Bunda setujui perceraian mereka.

Kita pun pisah rumah, Bunda bawa gue pergi hari itu, gue gak banyak tanya, karena logika bocah gue berpikir, "Bunda kalau sama Ayah nangis terus, jadi Bunda gak boleh sama Ayah," gitu.

Gue sama Bunda pun akhirnya ngontrak di kontrakan kecil, tapi setidaknya itu cukup buat kami berdua. Setelah itu, Bunda kerja banting tulang buat gue. Sebelum Bunda mendapat kerjaan yang layak, Bunda sering pulang cuma bawa roti warung dan susu kotak, dia kasih semuanya ke gue dan bilang kalau dia udah kenyang, padahal gue tau Bunda bohong, tapi gue masih kecil waktu itu, jadi gue cuma bisa mengiyakan apa kata Bunda.

Gue masuk TK dan Bunda pun dapat kerjaan yang layak. Dan tebak, dia kerja di mana? Bener, di perusahaan si kambing Douma ini. Klise, 'kan?

Setelah tahu kalau Bunda Kotoha adalah salah satu dari staff yang kerja di perusahaannya, jelas, Douma si trouble maker ini penasaran. Dia mulai dekati Bunda lagi, modus segala macam, mengeluarkan jurus fuckboynya.

Makin menjadi-jadi, 'lah, hasrat Douma untuk kejar Bunda lagi setelah dia tahu apa yang terjadi sama Bunda. Dia pun minta izin secara proper ke Bunda untuk 'dekatin' Bunda lagi. Bunda gue sempat nolak karena bilang mau fokus buat besarin gue, si Douma dengan mulut besarnya menyanggah, katanya berat kalau besarin anak sendirian, jadi Douma ini mau ikut andil dalam besarin gue. Kalian semua pasti tahu, 'kan, kalau cinta pertama itu sangat berkesan dan sulit dilupakan? Begitulah perasaan Bunda dan Ayah gue waktu itu. Akhirnya Bunda setujui, dan dikenalkan 'lah Douma ke gue.

Awal pertemuan gue dengan Douma sebenarnya biasa aja. Karena cuma bocil yang gak dapet kasih sayang yang layak dari Ayahnya, maka kehadiran Douma membuat gue senang setengah mati. Setelah pendekatan dan pacaran selama kurang lebih dua tahun. Akhirnya, Douma memutuskan untuk mempersunting Bunda gue. Jadi, gue resmi jadi anak dia dan bisa panggil dia Ayah.

Foto pernikahan Bunda dan Ayah gue ini selalu gue pamerin ke temen-temen, karena ada gue yang jelas hadir di situ, gue yang baru kelas dua SD bohongin temen-temen gue dan bilang, "Kata siapa kita gak diundang ke nikahan orang tua? Nih, aku diundang! Hahahaha, kalian gak diundang!" bodohnya, ada dua temen gue yang percaya. Namanya Kamado Tanjiro dan Agatsuma Zenitsu, yang entah kenapa bisa jadi sahabat gue sampai sekarang.

Yah, begitulah kisah gimana Ayah Douma dan Bunda Kotoha bisa bertemu, dan tetap berjodoh walaupun sudah terpisah sama banyaknya faktor dan kendala. Dari kisah mereka, gue yakin, kalau perpisahan belum tentu artinya kita gak berjodoh. Mungkin, Tuhan lagi siapkan takdir terbaik dengan cara lain untuk kita. Tapi tetap jangan terlalu berharap, sih, kita cukup yakin saja sama skenario dari Tuhan, karena itulah yang terindah dan terbaik untuk kita.

Gue, Hashibira Inosuke pamit dulu. Sampai jumpa di halaman selanjutnya! Tekan bintang, dan tinggalkan komentar!

Stepfather [Kimetsu no Yaiba]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora