8. What If, But If

3K 312 20
                                        

Teteh's : najaemcute

Chapter ini adalah kelanjutan dari cerita “Ruhe vor dem Sturm”

Chapter ini adalah kelanjutan dari cerita “Ruhe vor dem Sturm”

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“HAH”

Mata besar itu terbelalak lebar diiringi keringat dingin yang mengucur deras. Simon baru saja terbangun dari mimpi buruk. Dengan bergegas dia menyibakan selimutnya tanpa mempedulikan seseorang yang tengah tidur di sisi ranjang yang lain, berjalan secepat mungkin ke kamar Nandara, putra bungsunya.

Mencoba untuk tetap tenang, ia menaiki ranjang sang anak dan mendekapnya erat. Memastikan si bungsu masih bernapas dengan baik seraya pelan-pelan mencoba menetralkan jantungnya yang masih berpacu kencang.

“eung?” Nandara menggeliat pelan tampak kesulitan membuka mata. Dengan sigap Simon mempukpuk pelan paha sang anak seakan hendak menidurkan kembali bayi yang terbangun. Hal itu berhasil. Dia tersenyum lega dan kembali memeluk si bungsu. “Papa sayang banget sama Nanda, jangan pergi ya.”

Simon takut. Bayang-bayang anaknya yang dipenuhi darah benar-benar menjadi sebuah kutukan untuknya.

🧩🧩🧩

Simon terbangun dengan mata yang begitu berat untuk dibuka, teringat hari ini adalah akhir pekan suasana hatinya menjadi lebih baik. Kepalanya bergerak ke sisi ranjang lainnya yang nampak kosong, seketika ia panik mengingat semalam Nandara masih ada dalam dekapannya. Dengan terburu dia mencari keberadaan putranya di setiap penjuru rumah.

Pergilah sedih, pergilah resah

Jauhkanlah aku dari salah prasangka

Samar-Samar Simon mendengar nyanyian seorang anak laki-laki. Lagu itu sungguh tidak asing baginya. Tanpa perintah, langkah kakinya membawa ia mendekati asal suara tersebut.

Pergilah gundah, jauhkan resah

Lihat segalanya lebih dekat

Dan ku bisa menilai lebih bijaksana

Simon bernapas lega melihat keberadaan anaknya di ruang baca keluarga nampak sedang mengerjakan sesuatu sambil menyenandungkan sebuah nyanyian. Dia baru ingat, ternyata itu adalah lagu dari film Petualangan Sherina yang dulu sekali sering menjadi tontonan wajib keluarga kecilnya.

Tunggu, kenapa anaknya bernyanyi dengan penuh nestapa?

Mengambil langkah demi langkah kecil agar tak membuat kegaduhan akhirnya Simon sampai disana. Dengan penuh pengertian Simon membelai kepala sang anak hingga membuat sang empu terlonjak kaget.

“Pap.. eh ayah? Maaf aku datang kesini.” Ucap Nandara penuh penyesalan.

Simon terheran, mengapa anaknya nampak ketakutan seperti itu, apa dirinya terlihat menyeramkan?

“Hey, sedang apa?” Simon mencoba mengalihkan dan tak lupa tersenyum untuk mencairkan suasana.

“Belajar, seperti yang ayah minta.” Jawab si anak seraya mengembalikan lagi fokusnya pada soal kimia yang sedang ia coba selesaikan.

Safe Space | JaeminWhere stories live. Discover now