🌻063. Menuju Epilog

Mulai dari awal
                                    

Sejuk menepuk pundak Thaletha lalu berkata. "Tha. Kita doain yang terbaik buat teman kita itu."

Jika ingin melihat keadaan didalam UGD. Ainaya baru saja menjalani operasi bedah, dimana operasi itu tentu saja dilakukan untuk mengangkat peluru yang tertancap didalam perut Ainaya. Berbagai alat medis pun dipasangkan ketubuh gadis ini. Beberapa menit kemudian, setelah itu operasi dinyatakan berhasil. Peluru sudah dikeluarkan sedangkan untuk Ainaya sendiri. Nafas nya belum terhenti. Artinya, dia masih selamat.

Dokter bedah yang menangani nya tadi terlihat sedang meletakkan alat bedah nya pada tempat nya kembali, setelah itu, dia melangkahkan kakinya menuju kepintu luar UGD.

Ceklek

Menyadari pintu itu terbuka, Spontan orang-orang yang berada diluar itu segera mendekat ke arah dokter yang tadi menangani Ainaya

"Dok, bagimana keadaan anak saya?" tanya Riris.

Dokter pun menjawab, "Operasi sudah berjalan lancar. Sekarang, kita hanya perlu menunggu pasien pulih. Tidak ada hal yang perlu di khawatirkan."

Mereka semua mengambil nafas selega-leganya. Rasa syukur, itulah yang mereka semua rasakan sekarang.

Walaupun Ainaya masih belum sadarkan diri. Cukup mengetahui fakta kalau jantung nya masih berdetak saja sudah membuat ketenangan dibatin mereka.

"Cepat pulih gadisnya bunda."

.......

Rara sedang berbincang-bincang santai dengan mamahnya Fatih yang baru saja datang untuk menjenguk dirinya dipenjara.

"Kamu makan dengan baik kan nak? Badan kamu sehat kan?"

Rara tersenyum simpul saat melihat aksi mamahnya yang begitu peduli tentang dirinya. "Aku nggak apa-apa mah. Mamah jaga diri mamah baik-baik aja ya. Nanti Rara pulang, okeh?"

Fatih senang mendengarnya. Pastilah, dia sudah sangat bangga dengan anaknya yang sekarang. Apakah hukum bisa mempersingkat hukuman anaknya itu? Ia jelas ingin anaknya bisa kembali lagi.

Leoyra terancam 2 tahun dipenjara, atas pasal-pasal yang menjeratnya.  Itu adalah final dari hasil persidangan.

"Mamah jadinya tunggu aku pulang dari sini, abis itu baru ke Singapura?"

Fatih mengangguk kepalanya. Tanda. Iya.

Rara membulatkan mulutnya menjadi bentuk huruf O sempurna.

Ah, agak sedikit canggung obrolan mereka saat ini, entah apa penyebab nya.

"Jadi. Apa motif kamu menembak korban bernama Ainaya."

Suara lantang yang sampai terdengar dikuping Rara itu, membuat Rara membulatkan matanya dengan lebar. Gadis ini sangat terkejut mendengar nama Ainaya yang disebut. Ditambah ada kata menembak.

"Mah, tunggu disini." kata Rara.

Rara beranjak dari sofa yang  telah disediakan kantor polisi ini khusus untuk tahanan menemui keluarga atau kerabatnya.

Rara menghampiri ke arah sumber suara. Ah, itu hanyalah polisi yang terlihat sedang mengintrogasi pria.

ALZASKA?

Tidak, Rara bukan nya terkejut karena dia melihat Alzaska. Karena, kan memang Rara tau kalau pria itu masih hidup.
Rara hanya terkejut saat melihat kedua tangan laki-laki itu sedang diborgol.

Satu fakta yang Rara simak sekarang, Alzaska telah menembak Ainaya.

BUGH!

Satu pukulan melayang dari tangan Rara. Pukulan itu tempat mengenai wajah Azka.

Ainaya ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang