P A R T 0 8 || A D E K (?)

19 4 1
                                        

"Gue denger, yang lagi di sebelahnya itu ceweknya."

"What? Dia langsung dapet yang baru? Kan kemaren baru nembak Lavender."

Lavender memakan baksonya sembari mendengarkan teman-temannya menggibah. Gibahin seseorang yang sekarang duduk tidak jauh dari tempatnya. Lavender pun melihat sendiri bagaimana Aelf tengah bercanda gurau dengan seorang perempuan.

Perempuan itu terlihat asing. Yang jelas, dia bukan orang yang Lavender lihat tengah berjalan dengan Aelf di mall kapan hari. 

"Gue bilang juga apa, dia emang buaya!" Lavender menyetujui ucapan Vanna.

"Tapi beruntung nggak, sih, bisa deket sama spek kayak Kak Aelf? Meskipun buaya bisa dibicarain baik-baik, lah," jelas Sisil membuat Vanna mengerlingkan bola matanya.

"Pokoknya lo harus jauh-jauh dari Aelf, Lav," tutur Vanna.

"Gampang. Lagian kalo gue pikir-pikir, kalo dia beneran suka sama gue, dia jelas ga langsung nyerah gitu aja waktu gue tolak," ucap Lavender mengeluarkan unek-uneknya.

"Bener! Keliatan banget main-mainnya."

"Mending lo sama Abel. Ga kalah jauh juga sama Aelf." Ucapan Sisil seperti memberi sengatan pada Lavender.

"Iya! Dia kok ga ke kantin, ya." Lavender mulai celingukan mencari keberadaan Abel.

"Abel udah ada pacar."

"Hah?!" teriak Lavender yang shok mendengar apa yang keluar dari mulut Vanna.

"Masa, Van? Yang ganteng cepet sold out, ya," ucap Sisil.

Lavender kini merasa malas. Ia bahkan enggan untuk menghabiskan makanannya yang tinggal sedikit.

"Dan lo tau ceweknya." Vanna menggantung ucapannya membuat Lavender semakin malas. "Cewek yang kapan hari ngasih tau kita namanya Abel."

"Heh, demi apa lo? Mau ditaro di mana muka gue!!" Mata Lavender sontak mendelik, panik. Berbeda dengan Sisil yang malah terbahak.

"Pantes muka dia kesel gitu. Gue masih inget sama ekspresinya."

"Aaa, kenapa cowok yang gue taksir udah punya cewek, sih!" erang Lavender sembari menarik rambutnya frustasi.

Lavender tadi memang sempat berbicara jika tidak ingin memiliki Abel. Tapi mengetahui Abel dimiliki oleh orang lain rasanya tidak rela!

"Nggak papa, Lav. Sebelum janur kuning melengkung lo masih bisa ngerebut Abel dari ceweknya." Sisil mencoba memberi semangat Lavender.


*****




Untuk yang kedua kalinya. Lavender mendapat sebuah kejutan saat pulang sekolah. Tepat saat ia keluar dari kelas, seseorang langsung menarik tangannya untuk pergi. Lavender dan kedua temannya kaget.

"Eh, eh, lo apaan sih? Lepasin! Vanna, tolongin dong!" racau Lavender dengan kaki yang terus melangkah mengikuti tarikan Aelf.

Vanna dan Sisil panik, bagaimana caranya ia mencegah Aelf untuk tidak membawa Lavender?

"Gimana sama makan seblak nya, Lav?" pekik Sisil yang hanya dijawab lambai an oleh temannya.

Aelf baru melepaskan genggaman tangan mereka saat sampai di samping motornya.

"Lo apaan, sih? Ngapain asal tarik gue?" Aelf menghiraukan pertanyaan Lavender. Ia meraih helm untuk dipasangkan di kepala Lavender. Namun, gadis itu menolaknya.

"Gue mau ajak lo jalan kali ini."

"Ngggak bisa. Gue ada janji sama temen-temen gue."

"Bisa besok, kan?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MejikuhibIneedUWhere stories live. Discover now