Mungkin sesekali melanggar aturan Kevin Huo—atau aturan Yang—tidak terlalu buruk juga.

***

Serangan asma yang cukup berat membuat Tian mesti diobservasi di rumah sakit. Paling tidak, dalam 24 jam ke depan, ia harus tidak mengalami serangan ulang agar bisa keluar lebih cepat. Memang tidak ideal, tetapi mana mungkin Tian meninggalkan proyek lama-lama? Wei tak punya pengaruh sebesar dirinya di workshop karena masih baru—meski Tian akui mereka berdua sering berpandangan sama dalam menyikapi masalah. Belakangan, frekuensinya menegur Wei sudah berkurang; ia bahkan merasa menemukan sosok sahabat dalam diri desainer Fenghuang itu.

"Untung Anda dirawat di rumah sakit ini."

"Mengapa begitu, Tuan Zhang?"

"Endoskopi saya besok akan dilakukan di sini juga. Setelah itu, saya bisa menjenguk Anda. Boleh, kan?"

"Uh, tentu, tapi—endoskopi? Anda cuma bilang check-up kesehatan bulanan saat minta izin kepada saya. Apakah Anda punya penyakit kronis?"

"Yah ... saya minta maaf tidak memberitahu lebih awal. Sebetulnya, saya menderita tukak lambung yang kumat-kumatan sejak sekolah dasar."

Percakapan personal antara dua desainer utama proyek Fenghuang pun mengalir dari sana. Wei bercerita bahwa keluarganya sangat memperhatikan menu dan jadwal makannya. Namun, karena orang tua mereka tidak ikut ke Shanghai, Ling seoranglah sekarang yang bertanggung jawab menjaga kesehatan Wei. Alis Tian terangkat, tak percaya Ling bisa mengurus adiknya selagi memanggul beban sebagai ujung tombak koleksi Fenghuang.

Setelah Wei tersenyum teduh dan meyakinkan bahwa memang itu kejadiannya, rasa tak percaya Tian berubah menjadi iri.

Wei pamit setelah makan malam bersama Tian di kamar rumah sakit, sekitar pukul tujuh. Seorang staf Kevin Huo yang ditugaskan menjaga Tian masih menelepon ke sana kemari untuk melaporkan perkembangan kondisi sang desainer, maka meskipun ruangan itu diisi dua orang, Tian masih merasa sendiri. Dia berharap ada seseorang yang lebih akrab dengannya di ruangan ini, misalnya ...

"Tuan, ada telepon dari nomor tak dikenal ke ponsel pribadi Anda."

... penelepon dari nomor tak dikenal ini, yang ternyata adalah kakak keduanya. Sekadar mendengar suara orang ini membuat Tian dibanjiri kegembiraan bercampur gugup. Tian bisa merasakan tatapan staf ke punggungnya, jadi ia berusaha mengatur perasaannya dan menyembunyikan identitas peneleponnya. Ternyata sulit. Setelah telepon diakhiri secara sepihak oleh Xiang, Tian kembali rebah di ranjang. Lengannya menutup kedua mata yang tahu-tahu terasa basah.

"Nona Wen, maaf, bisakah Anda pulang hari ini? Saya sedang ingin sendirian."

"Direktur Feng meminta saya untuk menjaga Anda."

"Jika mengalami serangan lagi, saya bisa memencet bel perawat. Pulang dan istirahatlah, Nona Wen, saya tidak apa-apa. Besok Anda boleh datang agak siang, pukul tujuh atau setengah delapan tak masalah."

"Saya tidak bisa meninggalkan Anda sendirian. Itu melanggar perintah."

Staf ini masih baru, harus diberikan jaminan untuk keamanan posisinya. Sebelumnya, Tian tidak pernah menjamin keamanan pegawai mana pun di Kevin Huo, tetapi demi telepon Xiang besok pagi ....

"Anda bisa hubungi saya jika Direktur Feng menegur Anda. Saya akan melindungi Anda."

Dengan itu, sang staf meninggalkan rumah sakit, masih berat hati dan cemas, terutama karena ia meninggalkan ponsel pribadi Tian di rumah sakit. Perasaannya sangat berlawanan dengan Tian yang akhirnya bisa merasakan kebebasan sementara. Ponsel pribadinya ia letakkan dekat bantal.

Kevin Huo's ProposalWhere stories live. Discover now