Chapter 14 - Penyerangan

1K 178 8
                                    

Saat ini keempat anggota keluarga inti kekaisaran Obelia berada di dalam kereta kuda menuju Istana Garnet. Posisi Achilles dan Acacia duduk di depan Jennete, sementara Anastacius duduk bersebelahan dengan Jennete.

Di kanan kiri kereta terdapat Kenzo dan Ezra yang menaiki kuda mereka sebab bertugas mengawal. Sementara di depan dan belakang kereta kuda terdapat masing-masing tiga ksatria.

Mereka membencimu, bisik Aeternitas di pikiran Jennete.

Tidak! batin Jennete mengepalkan tangannya.

Rasanya merinding, batin Achilles dan Acacia melihat asap hitam berbentuk orang di belakang Jennete membesar.

"A-Ayah, ucapan Ayah di pesta tentang ibuku menjebak Ayah, apa itu benar? Berarti ayah tidak menginginkanku?" tanya Jennete menunduk.

Anastacius yang menopang dagu dengan sikut menyentuh jendela melirik Jennete. "Bukankah sudah jelas jawabannya 'ya'? Ini semua terjadi karena kesalahan wanita sialan itu, ibumu! Aku tidak pernah menginginkanmu. Seharusnya kau tidak lahir di dunia ini."

"Ayah!" bentak Acacia. Kalau begini, Aeternitas akan semakin mudah mempengaruhi pikirannya, batinnya.

"Apa? Apa ucapanku salah?" balas Anastacius sinis. "Aku bahkan ingin sekali membunuh anak ini sekarang karena kesal melihat wajahnya yang mirip sekali dengan 'wanita jelek itu'."

Yah ... aku juga ingin membunuhnya sekarang supaya masalah ini cepat selesai. Tapi aku tidak bisa, aku tidak boleh sembrono, pikir Achilles.

Mereka tidak memedulikanmu! Mereka ingin membunuhmu! Bagaimana caramu bertahan hidup? bisik Aeternitas lagi.

"Ayah, ucapanmu keterlaluan. Ini terjadi memang karena nona Judith, tapi juga karena Ayah tidak berhati-hati dulu. Kau bisa membenci nona Judith, tapi Jennete tidak memiliki kesalahan apapun. Dia tidak pantas menanggung akibat dari kesalahan kalian," ucap Achilles.

Acacia maju dan berjongkok di depan Jennete sambil menggenggam kedua tangan adik tirinya itu. "Jennete, kau berhak bahagia bersama keluargamu yakni kami. Abaikan perkataan ayah tadi, emosinya sekarang sedang tidak terkendali karena mengingat masa lalu buruknya saat dia dijebak ibumu. Tapi ini bukan salahmu, ini salah ibumu. Ayah juga akan paham hal ini nanti."

"Ka-Kakak," panggil Jennete bergetar.

"Ya, aku kakakmu." Acacia menarik Jennete ke pelukannya. "Kakak ada di sini, kau akan baik-baik saja."

Kau percaya padanya? Apa kau tidak mendengar rumor di pesta tadi kalau tuan putri Acacia dan putra mahkota membenci anggota keluarga barunya? Dia sekarang hanya berakting! bisik Aeternitas.

Tidak, itu tidak benar! batin Jennete membalas pelukan Acacia.

Kau lupa tatapan datar tuan putri Acacia tadi saat melihatmu? Kau lupa tatapan dingin putra mahkota saat kau memanggilnya 'kakak'? Kau lupa ayahmu bilang kau tidak diinginkan di keluarganya?! teriak Aeternitas di pikiran Jennete.

"Tidak!" teriak Jennete, dia kembali mengingat reaksi ketiga anggota keluarganya ketika melihatnya di pesta debutante tadi.

Asap hitam di belakang bahu Jennete membesar lalu mendorong kuat tubuh Acacia sampai punggungnya membentur kaki bangku kereta.

"Akh," ringis Acacia.

"Acacia!" Achilles memegang bahu Acacia dan membantunya berdiri.

"Kau! Apa yang kau laku--" Anastacius terdiam ketika melihat sorotan mata Jennete menjadi kosong, bahkan asap hitam yang sebelumnya hanya dapat dilihat Acacia dan Achilles, sekarang dapat dilihatnya juga. Asap hitam itu bukan hanya sihir hitam, tapi yang berbentuk orang itu adalah arwah! Jangan-jangan itu arwah Aeternitas yang dulu menempeliku? pikirnya.

Anastacius Childrens [WMMAP Fanfiction] ✔ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang