Amestha dan putri duyung kecil

2 0 0
                                    

Pada suatu hari di dekat pantai Athiopia terdapat seorang remaja cantik beranama Amestha dia adalah anak dari seorang nelayan di pantai tersebut.

Amestha sangat menyukai pantai setiap hari saat matahari terbit dia akan pergi ke jembatan di dekat pantai untuk melihat kilauan air dan warna langit yang indah, namun saat itu dia melihat ada yang sirip ikan yang besar di dekat jembatan.

Karena Amestha penasaran akhirnya dia memegang sirip tersebut dan terkejutnya dia melihat sesosok manusia namun tidak punya kaki melainkan ekor yang berwarna warni mengkilau karena pantulan sinar matahari.

Karena terpukau Amestha tidak sadar bahwa sosok manusia ber-ekor tadi bicara "jangan tangkap aku, aku tidak mengacau apa pun" dengan nada suara yang bergetar, Amestha tersadar saat sosok tadi bicara dia bergetar artinya dia ketakutan pikir Amestha.

Amestha lantas tersenyum dan berbicara "jangan takut aku tidak akan mengusik mu" entah sihir dari mana sosok tadi terlihat lebih tenang, bisa dilihat dari raut wajahnya yang sudah rileks dan tidak tegang.

"Aku Amestha kamu siapa" Amestha menatap lekat mata dari sosok tersebut dia sangat penasaran sebenernya apa sosok ini. "Mae, itu nama ku dan aku bukan manusia" ternyata sosok itu bernama mae dan dia mengaku sendiri kalau dia bukan manusia

"Lantas mengapa kalau kamu bukan manusia" Mae menatap bingung Amestha karena dia baru pertama kali ini melihat manusia tidak kabur saat melihatnya. "Kamu Amestha tidak takut dengan Mae" Mae bertanya sambil memegang pipi Amestha

"Engga buat apa takut, kita sama sama mahluk hidup kita bisa jadi teman Mae" Amestha tersenyum saat mengatakan itu, senyuman Amestha sangat indah itulah yang ada dipikiran Mae saat ini.

"Mae aku lihat kamu sendirian dimana teman teman mu?" Tanya Amestha. Sedih itulah raut wajah Mae yang Amestha lihat, "mereka diculik oleh manusia sejujurnya aku mendekati darat ingin menolong mereka namun ketika aku mencapai daratan semakin lama tubuh ku sakit karena tidak berada di air"

Perkataan Mae tadi membuat Amestha sangat terkejut sesaat kemudian dia ingat beberapa hari lalu kampung nya mendadak mendapati banyak sekali minyak esktra ikan yang sangat bagus kualitasnya, terlintas dipikiran Amestha teman teman Mae lah yang dibuat jadi olahan minyak ekstra ikan itu.

Mae tiba tiba meneteskan air mata, Amestha bisa melihat raut wajah Mae yang sangat hancur. "Aku mau menyelamatkan mereka, manusia manusia itu membuat sebagian kaum kami musnah". Marah itulah yang dirasakan Amestha saat ini, manusia manusia egois yang hanya memikirkan diri mereka sendiri tanpa menyadari bahwa banyak sekali orang yang terluka karena perbuatan mereka salah satu hal yang Amestha benci.

"Mae aku teman mu aku bakal bantu kamu, ingat kamu ga sendiri lagi" Amestha sudah membulatkan tekad dia akan membantu Mae untuk menyelamatkan kaum Mae yang masi tersisa meskipun nanti mungkin dia akan dibenci satu kampung karena membantu Mae tetapi Amestha tidak peduli itu dia sudah terlalu marah.

"Oke Mae jadi dimana letak kamu terakhir melihat mereka dengan begitu aku bisa nentuin letak dimana mereka dibawa" Mae menatap Amestha, dia menjelaskan semua hal yang dia lihat saat itu, Amestha mulai mendengar dengan fokus agar tidak terlewatkan satu poin pun.

"Mae sepertinya aku tau dimana tempat teman teman mu di bawa" mata Mae sangat berbinar saat mendengar Amestha bicara seperti itu "menurut mu dimana Amestha?" Amestha tersenyum mungkin mengatakan hal yang sebenarnya tidak baik untuk sekarang

"Serahkan semuanya kepada ku Mae, kamu tenang aja dan anggap saja jembatan ini adalah tempat bertemu kita saat ini aku akan pergi ke tempat itu hanya ingin mengecek kepastiannya apakah benar ada atau tidak, tepat pukul 12:00 nanti kita bertemu disini" Mae yang mendengar itu lantas langsung tersenyum sumringah. "Terimakasih kasih Amestha kamu satu satunya manusia yang baik di muka bumi ini" Amestha hanya tersenyum mendengar ucapan Mae.

Setelah mengucapkan perpisahan Amestha langsung pergi ke tempat yang dia maksudkan tadi yaitu adalah gudang minyak pesisir Athiopia, memasuki tempat itu saja sangat susah Amestha perlu mengendap ngedap untuk  masuk.

Gudang minyak itu memiliki banyak sekali pintu Amestha bingung pintu mana yang harus dia pilih karena keterbatasan waktu, Amestha hanya mengandalkan insting saja. Dia pergi ke arah pintu terbesar saat dia masuk Amestha melihat ruangan ini terhubung langsung dengan pantai dan ada sedikit kolam air yang lebar

Betapa terkejutnya Amestha menemukan lebih dari 6 mahluk yang rupanya mirip dengan Mae mereka semua memiliki luka di sekujur tubuh mereka, Amestha lalu pergi memeriksa ruangan tersebut apakah ada cara untuk mengeluarkan mereka semua dengan aman.

Sudah lama Amestha mengitari ruangan itu akhirnya dia menemukan  cara untuk mengeluarkan teman teman Mae yaitu dengan membuat saluran air yang tentu saja terhubung dengan laut agar mereka bisa berenang melarikan diri.

Amestha langsung pergi dari ruangan tersebut dia langsung lari ke arah jembatan tempat pertemuan dia dan Mae, Mae harus tau semua ini. Dua jam berlalu akhirnya Mae datang "Mae aku punya kabar baik dan buruk, aku sudah ke tempat itu dan benar teman teman mu ada disana tapi kabar buruknya adalah mereka semua terluka" ujar Amestha

Mae terlihat senang lalu berikutnya raut wajahnya kembali murung, "jalur mereka keluar dari itu bisa dibilang sangat mudah, namun kemungkinan karena mereka terluka itu membuat berkali kali lipat sulit" Amestha mulai menjelaskan pada Mae

Dirasa langit semakin gelap, Amestha menatap kilauan air laut yang menurutnya sangat indah saat ini. "Kau tau Mae Kilauan air lautnya sangat indah saat ini aku punya insting bahwa kita akan berhasil, berhentilah bersedih" Amestha menyemangati Mae

"Tapi apa yang akan kita lakukan" benar meskipun mereka sudah berbincang lama namun Amestha lupa memberi tau apa yang akan mereka berdua lakukan. "Hahaha maaf maaf aku lupa, yang kita lakukan yaitu membuat saluran air yang cukup untuk mereka melarikan diri kamu tunggu disini aku ambil sekop dulu " ujar Amestha

Dua puluh menit berlalu Amestha kembali dengan dua sekop di tangannya dia memberi Mae satu sekop dan satu lagi untuknya sendiri. "Mae dengar aku, tempat yang ku maksud tadi itu adalah gudang minyak pesisir Athiopia teletak di bagian selatan kamu berenang lah ke arah selatan setelah itu tunggu lah aku" ujar Amestha

Mereka berdua langsung pergi dan bergegas ke arah selatan. Setelah sampai Amestha langsung pergi ke arah pantai untuk menemui Mae, Amestha bisa melihat Mae bersembunyi di bawah pohon besar.

Lalu mereka berdua mulai menggali pasir  terus menerus tanpa lelah karena mereka berdua tau tidak baik berada disini lama lama, teman teman Mae mulai naik ke atas permukaan dan raut wajah mereka terlihat senang.

Dua jam berlalu saluran air itu sudah selesai, satu satu teman teman Mae keluar dan kolam itu sudah kosong. Amestha pergi ke pantai untung mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.

"Aku harap kalian semua hidup bahagia" ujar Amestha, Mae menatap Amestha "terimakasih Amestha aku tidak akan melupakan kebaikan mu" Amestha tersenyum mendengar ucapan Mae barusan.

Setelah mengucapkan perpisahan tadi Mae dan teman temanya mulai menjauh dari pantai bersama Kilauan Kilauan air laut yang semakin terang, Amestha sangat senang membantu Mae, manusia harus memanusiakan yang lain itulah dasar kuat mengapa Amestha mau membantu Mae. Amestha sendiri ingin membalas dendam tetapi itu hanya akan menimbulkan konflik baru jadi dia hanya berdoa agar orang yang mengurung teman teman Mae terkena karma semoga.

pepepeoeWhere stories live. Discover now