Meminangmu Di awal Ramadhan

27 5 2
                                    

Assalamualaikum

Gimana puasanya? lancar? Aaamiin, semoga ya 

Aku balik lagi dengan cereta pendek yang aku tulis untuk evem #RamadhanSamuderaPrinting yang nantinya akan dirangkum dalam buku antologi cerpen. 

Aku merenung dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku merenung dalam diam. Kutatap alur sajadah didepanku dengan gamang. Aku baru saja menyelesaikan zikir usai Magrib sambil menunggu waktu Isya. Kulayangkan pandanganku mengitari area masjid yang sudah mulai sepi. Tak banyak orang yang bertahan usai salat Maghrib. Biasanya mereka akan kembali lagi nanti setelah aku menyelesaikan kumandang Azanku.

Di depan mimbar, saf paling depan, kulihat Haji Baharudin sedang bercakap-cakap dengan seorang pemuda dengan baju koko merah marun yang mahal dan kopiah buatan mesir asli. Pemuda yang duduk di sisi kiri Haji Baharudin itu tampak bercakap ramah tanpa rasa canggung. Dan pemandangan seperti ini sudah menjadi hal yang biasa bagi kami. Aku mengenal keduanya.

Haji Baharudin adalah pemilik yayasan sekolah Islam yang cukup besar di kota ini. Namanya tersohor sampai ke luar negeri karena kemampuannya mengembangkan system pendidikan berbasis Islam. Bahkan yayasan pendidikannya pun memiliki cabang dimana-mana. Sebagai seorang ahli pendidikan, Haji Baharudin juga sering dipanggil untuk menjadi pembicara diberbagai tempat, bahkan sampai keluar negeri.

Meskipun sangat kaya, Haji Baharudin tidak sombong. Dia dan ketiga putra-putrinya dikenal sangat dermawan dan baik hati. Mereka mendirikan masjid megah ini ditanah mereka sendiri dan menghibahkannya pada kampung kami untuk kami manfaatkan dengan baik.

Haji Baharudin memiliki dua putra yang memiliki usaha sendiri sendiri dan sudah berkeluarga, dan satu putri yang selalu membantunya mengelola yayasan. Hanya putri bungsunya ini yang tertarik untuk meneruskan bisnis pendidikan yang didirikan Haji Baharudin. Namaya Fatimah. Dia sangat cantik, solekah, cemerlang, pintar, baik hati, pandai memasak seperti ibunya dan cerdas dalam berbisnis seperti ayahnya. Fatimah adalah wanita paling luar biasa yang aku kenal. Jadi jangan heran jika banyak laki-laki yang bermimpi untuk meminangnya menjadi istri. Sayangnya, sampai usianya yang ke 25, Fatimah tidak pernah terlihat dengan laki-laki manapun. Dia tidak pernah tertarik pada laki-laki manapun sepertinya. Aku sangat tahu karena setiap harinya, akulah yang ada disampingnya, sambil diam-diam mengagumi nya.

Pemuda berbaju maroon itu adalah Candra Bratakusuma. Pemuda berusia 30 an itu berparas tampan, kaya, dan lulusan luar negeri. Candra beserta keluarganya dikenal sangat kaya, dermawan dan salah satu penyokong dana dan yayasan pendidikan dan rumah yatim piatu yang dikelola Haji Baharudin. Meskipun Candra lebih banyak tinggal diluar kota untuk memimpin perusahaan dan mengembangkan bisnisnya, pemuda ini selalu akan kembali di akhir pekan seperti ini.

Tak lama kemudian, seorang pemuda seusiaku juga, dengan celana jeans dan kemeja hitam masuk kedalam masjid menghampiri mereka. Dia menyelipkan kacamatanya di ujung kancing teratas kemeja. Kemudian dia menyalami Haji Baharudin lalu melepas gulungan lengan kemeja sambil duduk di sebelah kanan Haji Baharudin, tanpa menyapa Candra.Dia adalah Muhamad Zaki. Putra dari walikota kami yang juga kaya raya. Haji Baharudin dengan ramah menyapa dan berbincang dengan keduanya. Dua pemuda yang tampan, sama-sama lulusan universitas luar negeri dan kaya raya. Keduanya dengan terang terangan menunjukan rasa sukanya pada Fatima, putri satu-satunya Haji Baharudin.

Meminangmu Di Awal RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang