"Terima kasih."

Saat mami sedang ke toilet, Kemal mendekatiku yang berada di luar.

"Boleh aku meminta nomormu?"

Kuberikan, sebagai balasannya ia memberikan kartu nama. Sebelum benar-benar berpisah kami bertukar senyum kembali. Dia ikut mengantar sampai ke mobil. Aku tahu di belakang sana tatapan Avram seakan membunuhku. Ada apa dengan dia? Atau mungkin tak suka dengan sikapku karena menganggap sebagai miliknya? Segera kumasuki mobil.

***

Aku dan Kemal menuju hotel transit yang tak jauh dari bandara. Entah kenapa aku tidak suka melihat interaksinya dengan Athena sejak bertemu. Tahu kalau dia sering mencuri pandang. Beruntung perempuan itu tidak terlalu memperhatikan. Namun sempat tadi kulihat mata mereka bertemu. Saat kutatap tajam, Athena segera mengalihkan pandangan. Syukurlah dia paham bahwa aku tak suka.

Kemal adalah teman semasa kecil. Rumah kami tak jauh dulu sehingga sering bermain bersama. Kami juga pernah menempuh pendidikan di kota yang sama hanya saja berbeda jurusan. Sahabatku itu meneruskan pendidikan untuk menjadi seorang chef. Dia adalah pria pekerja keras, aku sangat tahu dan satu lagi pantang menyerah. Karena itu tak heran kalau sekarang dia menjadi Head Chef di sebuah hotel berbintang lima di Dubai. Tampilannya saat bekerja jauh berbeda dengan ketika berlibur.

"Apakah Athena sudah lama bekerja pada Aunty Dewita?" pertanyaannya membuatku terkejut.

"Hampir satu tahun, kenapa?"

"Apakah dia memiliki kekasih?"

Aku benar-benar tidak suka dengan pertanyaannya. "Setahuku sudah."

"Sayang sekali. Aku suka padanya. Cantik dan terlihat sangat Indonesia. Maukah kamu memperkenalkan kami?"

"Kamu yakin dengan perempuan seperti dia?" pancingku. Tidak mungkin menjelekkan Athena saat ini.

"Ya, katakanlah aku suka pada pandangan pertama. Tapi jangan khawatir, kami sudah bertukar nomor. Akan kuhubungi begitu tiba di Dubai."

Aku terkejut mendengar kalimat terakhirnya. Kapan itu terjadi? Bukankah sejak tadi mereka ada dalam pantauanku? Ya, mungkin saat ke kamar mandi.

"Aku akan memintanya pada aunty. Baru kali ini tertarik saat melihat seseorang untuk pertama kali." Kalimat itu diucapkan Kemal dengan mata yang berbeda, khas orang yang sedang jatuh cinta.

Aku tidak mengatakan apapun hingga akhirnya mengantarnya ke hotel. Tapi kali ini memutuskan langsung pulang setidaknya harus bertanya pada Athena tentang perasaannya pada pria berdarah Turki itu. Aku akan memantau perkembangan sejak sekarang. Dari seluruh waktu yang ada, kenapa baru sekarang? Athena adalah milikku, dan sampai kapanpun akan begitu. Sesampai di rumah kuketuk pintu kamarnya. Dia baru saja mandi, aroma segar dari tubuhnya seketika membuat lelahku hilang.

"Ada apa?"

Kumasuki kamarnya, meski terlihat tak rela dia cuma diam.

"Aku hanya mau memperingatkan. Jangan pernah dekat sahabatku."

"Siapa?"

"Siapapun itu, selama dia adalah sahabatku."

"Oh, yang tadi. Kamu tenang saja, aku bukan perempuan yang mudah jatuh cinta. Nggak usah takut, pikirkan saja dirimu sendiri."

"Kenapa jadi memperingatkanku?"

"Nggak apa-apa. Tapi kalau nanti kamu sudah punya jawabannya, tolong beri aku penjelasan tentang kenapa menikahiku? Bukankah lebih mudah kalau kamu menikahi Bu Zea?"

"Tidak usah mencampuri urusan pribadiku. Aku hanya tidak ingin mami kehilangan asisten pribadinya. Kalau kamu menikah dengan orang lain mami akan sendirian."

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKМесто, где живут истории. Откройте их для себя