Chapter 11 : Malresa's Ceremony and Wedding day.

Start from the beginning
                                        

"Kami akan menunggu dipintumu." Dolores dan Mariano pergi meninggalkan kami berdua. "Tía akan menunggumu dibawah." Aku ikut pergi meninggal Malresa sendirian.

"Oh iya! Jangan gugup! Anggap saja seperti kau adalah seorang model~" Ucapku sesaat sebelum meninggalkan pintu keluar.

✦✧✦

"Hermosa! Kenapa kau selalu menghilang disaat-saat sebelum acara dimulai? Jangan-jangan sesaat sebelum kita menikah juga kau akan menghilang?!" Camilo mencubit kedua pipiku, "Thidakh akhan! Lhepas!" Aku menepuk kedua tangannya pelan. Ia pun melepaskan cubitannya.

Lampu sorot bergerak, tirai merah terbuka, sebagian lantai berubah warna, menjadi seperti red carpet menghadap lurus kedepan. Terdapat Malresa diujung sana.

Ia memberanikan diri untuk berjalan, dan kini ia berada di depanku. Tanpa diduga-duga, Malresa segera menarik tanganku dan dia memaksaku untuk berjalan bersama, tangannya memegang tanganku erat.

Aku pasrah dan mengikuti arahan Malresa.

Kami telah sampai didepan pintu, aku menyampingkan diriku dan membiarkan Mirabel berbicara dengan Malresa.

Malresa menarik nafas, ia berjalan mendekati pintunya. Malresa meraih kenop pintu, kejadian yang sudah cukup familiar dimataku kembali terjadi. Cahaya menyebar keseluruh pintu, Malresa melepaskan genggamannya pada kenop pintu, "Tidak terjadi apa-ap-WOAH!" Sebuah Kristal muncul dari belakangnya secara tiba-tiba.

Kristal itu muncul semakin banyak, Malresa berusaha mengendalikannya. Ia menatapku, "Tenangkan dirimu." Bisikku padanya.

Ia mulai tenang dan kristal itu berhenti bermunculan, pintu telah terbentuk 100%. Terdapat wajah Malresa yang terukir disana.

"Kita memiliki Karunia baru!" Semuanya bersorak secara bersamaan. Kami memasuki kamar Malresa, Kristal berwarna oren kebiruan bagaikan sebuah api mendominasi kamar ini.

Dolores dan Mariano langsung memeluk Malresa erat, "Karunia yang sangat indah!" Dolores menciumi pipi anaknya brutal. Sedangkan Mariano menggendong Malresa dipundak dan membawanya berkeliling.

"Memiliki anak perempuan sepertinya menyenangkan." Celetuk ku tiba-tiba, "Mau? Ayo buat." Camilo menyenggol ku, aku masih terfokus memerhatikan isi kamar Malresa tanpa menyadari Camilo ada disebelah ku. "Iya, ayo buat-eh?"

Aku menoleh kesamping, "Sabar! Masih 3 bulan lagi." Aku memukul kepalanya. "3 bulan itu lama."

"3 bulan itu sebentar." -(Name)

"Bagiku lam-" Aku segera meraih kerah baju Camilo dan menariknya, aku menempelkan bibirku dan bibirnya sekilas, "Udah. Diam ya, bayi." Aku menepuk kepalanya dua kali lalu pergi menyusul Mirabel dan yang lainnya.

Camilo segera mengejarku, "Hermosa, ayo lagi!"

"Tidak." Aku mempercepat jalanku, "Ayolah, sekali saja!" Camilo ikut mempercepat jalannya.

"Kubilang tidak ya tidak. Aku ingin ke tempat Malresa, kau jangan mengganggu." Aku berjalan zig-zag agar memperlambatnya, tapi tetap saja dia terus mengikutiku.

"Kau lebih menyayangi Malresa daripada aku?" Ucapnya dengan nada sedih.

Aku memutar tubuhku, "Mau dimana?" Camilo langsung tersenyum sumringah, "Kamar, hehe." Aku langsung menamparnya lalu mengulangi pertanyaan ku, "Mau dimana?" Camilo mengelus pipinya yang ku tampar, ia terlihat berpikir sejenak.

"Oh! Bibir!" Ia tersenyum lebar sambil menunjuk bibirnya, aku menutup mataku paksa dan berjinjit. Ah, aku lupa mengatakan ini, saat umurnya 18 tahun, Camilo berhasil tumbuh lebih tinggi dariku. Dan sekarang dia tambah tinggi saja, sialan.

My New Home【 Camilo X Reader 】Where stories live. Discover now