Melihat raut wajah (Y/n) yang kian menyendu setiap saatnya, Oreki hanya bisa menghela nafas panjang. "(Y/n)-chan maaf, aku tidak bermaksud begitu." Kepala (Y/n) terangkat mendengar ucapan itu. Menggaruk kepalanya yang tak gatal, Oreki kemudian menawarkan, "Aku tau kau jenuh mengerjakan latihan soal sebanyak ini. Bagaimana jika besok kita pergi? Tapi setelah itu kau harus belajar."

Mendengar penuturan Oreki, dalam sekejap mata (Y/n) dipenuhi oleh binar bahagia. "Beneran?! Besok kita pergi jalan-jalan??" tanyanya masih dengan nada tidak percaya. Oreki hanya membalas dengan anggukan dan seulas senyum kecil di bibirnya.

Sesaat kemudian ruangan yang sepi itu dipenuhi oleh jeritan bahagia dari gadis itu. Ia benar-benar senang sampai melompat-lompat dengan kedua tangannya yang naik ke atas. Melihat hal itu, Oreki hanya bisa terkekeh pelan sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Jadi, ada tempat yang ingin kau kunjungi?"

Pertanyaan dari Oreki membuat gerakan (Y/n) terhenti, lalu beralih menatapnya lekat. "Aku ingin ke pantai."

Oreki tampak mengangguk-anggukan kepalanya setuju. "Pilihan bagus. Oke, besok kita—"

"Ke pantai ...." belum selesai Oreki menamatkan ucapannya, (Y/n) sudah memotong perkataan itu dengan tatapan penuh arti yang tertuju pada kekasihnya. "Di dekat rumah lama kita, dulu."

Oreki tertegun. Ia hanya bisa terdiam tanpa melepaskan tatapan mata satu sama lain. Hingga di detik berikutnya, ia menghembuskan nafas singkat, seiring dengan seulas senyum yang terbit di bibirnya.

"Baiklah."

.
.
.
.
.

Dua orang itu tampak menuruni bis satu persatu. Sang gadis sempat tersandung oleh trotoar ketika berpijak, untung sekali tangannya yang digenggam Oreki membuat tubuhnya tidak jatuh menghantam jalanan.

"Terima kasih," ungkapnya sembari merapikan helaian rambut ke belakang telinga, yang kemudian ditanggapi oleh senyuman. "Tidak masalah." Oreki mengangguk lembut.

Setelah memastikan barang bawaan mereka sudah lengkap, bis yang mereka naiki langsung melaju, meninggalkan keduanya di halte dekat tujuan mereka. (Y/n) tampak masih mencoba merapikan pakaiannya, sementara Oreki menunggu dengan sabar di sampingnya.

"Sudah?"

Pertanyaan lembut yang keluar dari kekasihnya membuat (Y/n) mendongak. Mengangguk beberapa kali, ia membalas, "Sudah."

Oreki tampak tersenyum mendengar jawaban itu, lalu mengulurkan tangannya pada gadis itu. "Ayo." (Y/n) langsung merespon dengan senyuman yang terulas, lantas meraih tangan Oreki yang kemudian menuntunnya berjalan di depan.

Hanya dengan perjalanan yang menghabiskan waktu dua jam, mereka sudah tiba di sini. Tempat keduanya berasal, tempat di mana keduanya pertama kali bertemu. Butuh waktu beberapa menit dengan jalan kaki untuk sampai tepat di tujuan mereka.

Angin berhembus lembut, membawa sensasi khas pantai ketika angin itu menerpa wajah dan menerbangkan surainya ke belakang. Perbatasan antara daratan dan perairan itu sudah tertangkap oleh mata, tampak tenang, tetapi menyimpan seribu rahasia di dalamnya.

Langkah terhenti seketika, mengharuskan laki-laki yang berjalan lebih dulu ikut berhenti menyadari gadisnya menahan tangan Oreki. Ia menoleh, menatap wajah khawatir sang gadis. "Kau baik-baik saja?"

(Y/n) terdiam sesaat, membiarkan udara di sekitar membuat anak rambutnya menari-nari. Berdeham, ia menggelengkan kepalanya cepat. "Aku baik." ia mengangkat tangannya, mengusap dahi yang ternyata sudah basah oleh keringat dingin. "Aku pikir aku sudah terbiasa, ternyata masih saja begini."

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now