"bibi, jujurlah! Aku tahu tadi kalian sempat bertukar pandang. Kenapa harus melakukan hal itu pada tamu kita?" kata ayah pada bibi yang baru saja datang.
"kita harus melakukannya, supaya dia tidak melakukan kesalahan yang sama lagi." Kata bibi.
"kesalahan apa?" tanya ayah Jeno.
"Jeno mengatakan padaku kalau gadis itu mengatakan kebohongan kepada tuan." Kata bibi santai.
"kebohongan apa?" tanya ayah Jeno.
"semuanya. Semuanya yang dikatakan olehnya adalah kebohongan. Bagaimana ayah bisa percaya begitu saja dengan apa yang dikatakannya? Ayah bahkan sampai memblokir kartu kreditku." Kata Jeno.
"ayah tahu dia berbohong." Kata ayah santai.
"lalu? Kenapa mengikuti permainannya?" kata Jeno tidak terima.
"ayah mendengarkan dan percaya pada orang tuanya. Karina adalah anak yang baik, cantik, pintar, dan sensitif. Walaupun dia terlihat seperti orang yang tidak mudah dikalahkan, tapi sebenarnya dia rapuh, dia juga cukup cengeng. Kondisi dan perasaan dirinya mudah dipengaruhi oleh sekitarnya karena dia sangat sensitif. Yang ditahu olehnya hanyalah belajar belajar dan belajar, karena itu dia selalu mendapat ranking 1 disekolah." Kata ayah Jeno lalu melipat kedua tangan diatas meja.
"jika mendengar dia yang seperti itu, apakah kau pikir ayah akan mengabaikannya? Walaupun dia berbohong, ayah yakin pasti kau melakukan sesuatu yang membuatnya untuk bertindak seperti itu." Kata ayah lagi.
Ayah bersandar lalu melihat Jeno serius.
"sekarang giliranmu, ceritakan apa yang kau lakukan sampai membuatnya melakukan hal itu." kata ayah Jeno meminta penjelasan.
"aku tidak melakukan apa-apa, hanya saja dia sepertinya tidak menginginkan pernikahan ini. Sudah ada beberapa kali dalam hari ini dia mengatakan kalau dia tidak mau denganku. Lalu aku mengatakan tidak boleh karena tanggalnya sudah ditetapkan. Hanya itu saja, tidak ada yang lain." Kata Jeno.
"benarkah? Kau yakin?" tanya ayah dengan tatapan curiga.
"terserah ayah saja, apapun yang aku katakan, ayah tidak akan percaya karena ayah hanya percaya pada perkataan dan pemikiran ayah sendiri saja." Kata Jeno.
"aku lelah, aku akan istirahat dulu di kamarku." Kata Jeno lalu bangkit berdiri.
"tunggu dulu!" kata ayah menghentikan langkahnya.
"bawakan beberapa cemilan untuk Karina, dia pasti cukup lapar karena tidak menghabiskan makan siangnya." Kata ayah lagi.
"dia bisa mengambilnya sendiri." Kata Jeno menolak.
"ayah menyuruhmu untuk membawanya bukan untuk bertemu ayah, tapi agar kau mencoba untuk akrab dengannya. Lalu kau bisa membujuknya untuk tidak membatalkan pernikahan ini." Kata ayah.
Jeno melihat ayahnya dengan seksama.
"seperti perjanjian kita 1 bulan yang lalu." Kata ayah serius.
Jeno pun berdecak kesal kemudian mengambil beberapa cemilan dari lemari makan lalu mebawanya menuju ke kamar yang dipakai oleh Karina.
"baik-baiklah pada calon menantuku bibi. Dia anak yang baik." kata ayah pada bibi selepas kepergian Jeno, bibi mengangguk dan tersenyum.
-----
Karina keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang dililitkan pada tubuhnya karena seperti perkataan bibi tadi kalau baju yang akan dipakaiannya akan diletakkan diatas tempat tidur.
Karina mengambil pakaiannya lalu hendak berjalan ke dalam kamar mandi. Tiba-tiba Karina menghentikan langkahnya saat ponselnya berdering. Karina pun mengangkat panggilan yang berasal dari sahabatnya itu, Winter.
YOU ARE READING
From Message To Reality
Fanfiction📌 Follow dulu sebelum baca 😊 Masa depan! Adalah hal yang selalu dipikirkan oleh Karina. Masa depan yang cerah akan menantinya karena itulah dia bekerja keras di dalam belajar, dan moto 'usaha tidak akan mengecewakan hasil' adalah pegangannya. Ungg...
